"Hentikan berbuat konyol untuk menarik perhatianku, segera tanda tangani surat cerai?!" kata pria itu sedikit arogan.
Lisa menatap pria itu, dan tidak mengenalinya sama sekali. Kecelakaan yang dialami membuatnya amnesia.
Lisa tak lagi memandang Jonathan penuh cinta, dan bahkan setuju untuk menandatangani surat cerai. Namun, sikap yang acuh malah membuat Jonathan kalang-kabut.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon erma _roviko, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 1
Perlahan mata Lisa terbuka, dan dia mengedarkan pandangan menyeluruh ke seluruh ruangan. Dia terlihat beberapa alat medis yang memahami sesuatu, dan dia merasa bahwa dia berada di rumah sakit.
"Bagaimana aku bisa disini?" tanya Lisa, dengan suara yang lembut dan penuh kebingungan.
Dia mencoba mengingat apa yang terjadi sebelumnya, tapi ingatannya seperti kabur.
Lisa merasa bahwa dia tidak ingat apa-apa, dan dia hanya bisa berharap bahwa seseorang akan memberitahu dia apa yang terjadi.
Kemudian, Lisa memegang sudut kepalanya yang terasa berdenyut, sakit kepala seperti dihantam oleh sesuatu.
Dia merasakan sakit yang tajam dan menusuk, membuat dia ingin menangis. Lisa mencoba untuk mengingat kembali, tapi setiap kali dia mencoba, sakit kepala itu semakin parah.
Pintu terbuka mengalihkan perhatian Lisa, dan seorang pria tampan yang mengenakan jas berwarna krem berjalan menuju ke arahnya.
'Wah, siapa pria tampan ini?' batin Lisa menyanjung pria itu, sambil memandang wajah yang tampan dan elegan.
Tapi khayalannya pupus seketika saat pria itu melemparkan dokumen mengenai wajahnya.
"Hentikan trik kuno dan murahan mu itu, seberapa keras kau berusaha aku tidak akan tertarik!" ucap pria itu memberikan peringatan, dengan suara yang keras dan penuh kemarahan.
"Jangan membuang waktu berhargaku, cepat tanda tangani surat perceraian itu!" kecamnya dengan suara mengancam.
Lisa shock dan terkejut, menunjuk dirinya sendiri merasa heran. Ya, seingatnya dia belum menikah, apalagi jika kedua orang tuanya tahu akan hal ini, maka orang tuanya pasti menghabisinya.
"Cerai? Kapan kita menikah?" tanya Lisa polos, menatap pria yang sama sekali tidak dia kenal, dan tidak tahu namanya.
Pria itu terkejut dengan reaksi Lisa, dan untuk sejenak, dia terlihat bingung.
"Kamu tidak ingat?" tanya pria itu, dengan suara yang sedikit lebih lembut, tapi masih ada nada kemarahan di dalamnya.
Lisa menggelengkan kepala, masih merasa bingung dan tidak tahu apa yang sedang terjadi.
"Saya tidak tahu siapa kamu, dan saya tidak ingat pernah menikah denganmu," jawab Lisa, dengan suara yang jujur dan polos.
Pria itu memandang Lisa dengan mata yang tajam, seolah-olah dia tidak percaya dengan apa yang dikatakan Lisa.
Lisa melihat reaksi pria itu, tersenyum mengejeknya.
"Trik itu tidak akan berhasil," kata pria itu dengan suara yang penuh ejekan.
"Kamu tidak bisa membuatku percaya bahwa kita menikah, apalagi jika aku tidak ingat apa-apa."
Pria itu memandang Lisa dengan mata yang semakin marah, tapi Lisa tidak gentar.
"Tanda Tangan surat perceraian itu!" kata pria itu lagi, dengan suara yang semakin keras dan penuh tekanan.
Lisa hanya tersenyum dan menggelengkan kepala.
"Tidak," jawab Lisa, dengan suara yang tegas dan penuh keyakinan.
"Saya tidak akan menandatangani apa pun yang saya tidak ingat," lanjutnya, sambil memandang pria itu dengan mata yang tajam dan penuh tantangan.
"Oh, ternyata benar, kau pura-pura tidak mengenalku," kata pria itu, dengan suara yang penuh keyakinan. "Untuk membuktikan, apa kamu sedang berbohong atau tidak," lanjutnya, sambil bergegas memanggil dokter.
Lisa merasa sedikit cemas, dan dia tidak bisa menghilangkan rasa tidak percaya dirinya.
'Apa yang dia lakukan?' pikir Lisa, sambil memandang pria itu dengan mata yang penuh kecurigaan.
Pria itu berbicara dengan dokter yang masuk ke ruangan, dan Lisa tidak bisa mendengar apa yang mereka bicarakan. Tapi, dia bisa melihat ekspresi pria itu yang semakin serius, dan dia merasa bahwa situasi ini semakin tidak terkendali.
Dokter memeriksa Lisa dengan teliti dan juga cermat, dengan hasil yang sudah pasti bisa mendiagnosis pasiennya.
"Pasien mengalami amnesia, beberapa kali tes membuatnya hidup di kenangan umur 18 tahun," jelas dokter itu, sambil memandang Jonathan dengan serius.
Sontak Jonathan terkejut, dan dia tidak bisa mempercayai apa yang dikatakan dokter itu. Dia yakin bahwa Lisa tidak mungkin mengalami amnesia, tapi hasil tes yang dilakukan dokter itu membuatnya ragu-ragu.
"Tapi bagaimana mungkin?" tanya Jonathan, dengan suara yang penuh keraguan.
"Kecelakaan itu membuat kepala pasien terbentur dengan keras, yang membuatnya lupa akan kenangan umur di atas 18 tahun," jawab dokter itu, sambil menjelaskan hasil diagnosisnya.
Jonathan memandang Lisa dengan mata yang penuh keheranan, dan dia tidak bisa mempercayai bahwa Lisa benar-benar mengalami amnesia.
Dia merasa bahwa ini semua adalah trik Lisa untuk melepaskan diri dari pernikahan mereka. Tapi, hasil tes yang dilakukan dokter itu membuatnya semakin yakin bahwa Lisa benar-benar tidak ingat apa-apa.
Lisa menghela nafas jengah, melihat interaksi dari dua orang di hadapannya.
‘Jadi aku amnesia,’ gumam Lisa dalam hati, sambil memandang Jonathan dengan mata yang penuh kebingungan.
"Bagaimana aku bisa menikah dengan pria arogan ini?" gumam Lisa samar, untung saja tidak terdengar oleh Jonathan.
Lisa merasa bahwa ini semua sangat tidak masuk akal, dan dia tidak bisa mempercayai bahwa dia pernah menikah dengan pria seperti Jonathan.
Dia memandang Jonathan dengan mata yang penuh curiga, dan dia tidak bisa menghilangkan rasa tidak percaya dirinya.
"Apa yang membuatku menikah dengan pria seperti ini?" Lisa merasa seleranya menjadi sangat buruk, pria tampan yang arogan sedikit narsis membuatnya hampir muntah. Sambil memandang Jonathan dengan mata yang penuh keheranan, dan berpikir kalau dia buta.
Sementara itu, Jonathan masih memandang Lisa dengan mata yang penuh keheranan, dan dia tidak bisa mempercayai bahwa Lisa benar-benar mengalami amnesia.
Dia merasa bahwa ini semua adalah kesempatan baginya untuk membuat Lisa mengingat kembali pernikahan mereka, dan dia tidak akan melepaskan kesempatan itu.
‘Aku harus mendapatkan kembali ingatannya!’ kata Jonathan dalam hati, sambil memandang Lisa dengan mata yang penuh tekad.
Jonathan mulai berpikir tentang cara untuk membuat Lisa mengingat kembali pernikahan mereka.
Dia ingin menunjukkan kepada Lisa bahwa mereka memiliki hubungan yang sangat dekat, dan bahwa pernikahan mereka adalah sesuatu yang sangat penting.
‘Lalu aku menceraikannya!’ Jonathan sudah bersiap dengan langkah berikutnya menyingkirkan istrinya yang selalu mencari kesalahan.
Lisa tidak tahu apa yang sedang direncanakan oleh Jonathan. Dia hanya tahu bahwa dia harus berhati-hati dengan pria arogan ini, dan bahwa dia tidak bisa mempercayai apapun yang dikatakan oleh Jonathan.
Setelah kepergian dokter, di ruangan bangsal masih tersisa Lisa dan Jonathan yang terdiam beberapa saat. Lisa terkejut ketika pria itu kembali mengambil dokumen perpisahan dari tasnya dan meletakkannya di atas meja samping tempat tidur.
"Kita akan bercerai setelah kau pulih dari amnesia!" celetuk Jonathan dengan nada yang tegas, sambil memandang Lisa dengan mata yang tajam.
Lisa merasa tidak percaya dan marah dengan pernyataan Jonathan.
"Apa maksudmu?" tanya Lisa dengan suara yang keras, sambil memandang dokumen perpisahan dengan mata yang penuh kebencian.
"Kita tidak perlu lagi mempertahankan pernikahan yang sudah tidak berarti," jawab Jonathan dengan nada yang dingin, sambil memandang Lisa dengan mata yang tidak berkedip.
“Aku juga tidak peduli, lagi pula aku tidak mengenalmu!” sahut Lisa santai membuat Jonathan mengepalkan tangan.
cinta nanti dulu biarakam si Alex membuktikan jangan cuma ngomong doang