Hail Abizar, laki-laki mapan berusia 31 tahun. Belum menikah dan belum punya pacar. Tapi tiba-tiba saja ada anak yang memanggilnya Papa?
"Papa... papa...!" rengek gadis itu sambil mendongak dengan senyum lebar.
Binar penuh rindu dan bahagia menyeruak dari sorot mata kecilnya. Pria itu menatap ke bawah, terpaku.
Siapa gadis ini? pikirnya panik.
Kenapa dia memanggilku, Papa? Aku bahkan belum menikah... kenapa ada anak kecil manggil aku papa?! apa jangan- jangan dia anak dari wanita itu ....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Realrf, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Siapa kamu?
Suara tawa anak-anak mengisi sore itu di taman bermain kecil yang dikelilingi pepohonan rindang. Para orang tua menemani buah hati mereka, terkecuali seorang gadis kecil yang sedari tadi sibuk bermain sendiri Angin sepoi-sepoi menggoyangkan ranting, membuat suasana terasa sejuk meski di tengah padatnya perkotaan.
Di salah satu ayunan yang agak jauh dari anak-anak lain, gadis kecil berusia hampir tiga tahun, mengenakan dress selutut warna pink, yang di padu dengan leging panjang warna senada. Rambutnya di kuncir dua dengan jepit rambut cinamonroll yang tersemat diatas ikatan rambutnya. Matanya berbinar penuh rasa ingin tahu saat menatap sekeliling, sesekali terpaku saat melihat anak-anak lain yang ditemani orang tua mereka. Tapi hanya sesaat sebelum dia kembali sibuk dengan dunianya lagi. Kakinya yang mungil berayun perlahan. Mendorong dirinya sendiri, menggerakkan ayunan yang ia duduki.
Tak jauh dari taman itu, seorang pria tinggi, bertubuh tegap berotot, mengenakan kemeja hitam dan celana jeans. Wajahnya yang tampan dan sikapnya yang tenang sedang berbincang dengan seorang pria yang lebih tua darinya, sesekali ia mengangguk saat si pria tua di hadapannya menjelaskan kertas yang ia pegang.
Gadis kec itu menghentikan geraknya saat tanpa sengaja matanya menangkap pria berkemeja hitam itu, dia memiringkan kepalanya. Alis menukik dengan mata menyipit menajamkan pandangannya, lalu tiba-tiba wajahnya berseri. Kornea mata gadis itu melebar. Seolah menemukan harta karun, dia melompat turun dari ayunan dan berlari kecil.
"Papa!" teriaknya penuh semangat
Kakinya yang pendek berusaha mengejar langkah pria yang mulai meninggalkan tempat dia berdiri. Namun, karena terburu-buru, ia tersandung dan jatuh, tangan kecilnya berdarah. Air matanya mulai memenuhi mata, tapi tekad di hatinya lebih kuat, dia harus segera mengejar Papa-nya. Dia bangkit lagi, menepuk pelan dress mungilnya, membersihkan dari debu yang menempel, lalu berlari lebih cepat.
"Papa!" teriaknya lagi lebih keras, penuh harap.
Pria itu sempat menoleh ke belakang, mengedarkan pandangan bingung mendengar suara kecil yang memanggil.
"Ada apa Mas?" tanya si pria tua yang heran kenapa tiba-tiba calon pembeli tanahnya berhenti.
"Tidak apa-apa," jawabnya kemudian Ia mempercepat langkah, mengira mungkin suara kecil itu memanggil orang lain. Ya, pasti memanggil yang lain. Dia masih lajang, mana mungkin dipanggil Papa.
Pria tua itupun hanya mengangguk dan kembali melangkah. Namun sebelum pria benar-benar pergi, dua tangan mungil berhasil memeluk kakinya erat-erat.
"Papa... papa...!" rengek gadis itu sambil mendongak dengan senyum lebar.
Binar penuh rindu dan bahagia menyeruak dari sorot mata kecilnya. Pria itu menatap ke bawah, terpaku.
Siapa gadis ini? pikirnya panik.
Kenapa dia memanggilku, Papa? Aku bahkan belum menikah... kenapa ada anak kecil manggil aku papa?!
Dia jongkok perlahan, mencoba melepaskan tangan si kecil yang memeluk kakinya sangat erat dengan hati-hati. Tapi gadis manis ini seolah enggan untuk melepaskan kakinya.
"Uhm... siapa namamu?" tanya pria gugup. Karena ini pertama kali dia berinteraksi dengan mahluk mungil semanis ini.
Tangan besar Hail perlahan melepaskan jemari gadis itu tanpa memaksa, dan akhirnya gadis itu menurut melepaskan pelukannya. Dengan mata bening dan kelopak mata lentik yang membingkai, dia hanya menatap pria di depannya penuh cinta, tanpa menjawab, seolah yakin sepenuh hati bahwa pria ini memang ayahnya.
"Siapa namamu? Kenapa kamu sendirian? Apa kamu tersesat? Dimana orang tua mu?" Cerca Hail, tapi gadis itu tidak merespon. Hanya terus menatapnya saja.
Hail menghela nafas, mata menelisik melihat ke arah taman bermain. Mungkin gadis ini dari sana, mungkin orang tua atau babysisternya ada di sana. Tapi tidak ada yang terlihat panik mencari gadis ini.
"Aduh," kata pertama yang keluar dari bibir mungilnya saat Hail tanpa sengaja meremas tangan gadis itu sedikit keras.
Mata Hail membeliak, melihat parut luka yang masih berdarah di telapak kecil itu.
"Kau terluka? Kenapa bisa? Apa kau terjatuh?" cerca Hail panik, meski luka itu tidak parah tapai tetap saja terasa nyeri dan pedih.
Tapi gadis itu bahkan tidak menangis sama sekali.
"Papa ... Papa kemana saja? Kenapa tidak pernah pulang ke rumah?" tanya gadis itu.
"Aku bukan Papamu ..."
dan kalau kamu ragu, mending kamu bicara jujur saja sama hail. apalagi kalau ada sangkut pautnya sama cala. mending bicara in baik2
minimal di sah akan dulu dong omm..
iket Evelyn nya, jangan sampai lepas
mau pergi lagi ?
ga kasihan emang sama cala ?
hail sedang mencari keadilan untuk kamu dan papa kamu
jangan mikir mau pergi dari Hail lagi Eve. sekali lagi egois demi kebahagiaan kamu boleh koq .