Awalnya kupikir Roni adalah tipikal suami yang baik, romantis, lembut, dan bertanggung jawab, namun di hari pertama pernikahan kami, aku melihat ada yang aneh dari diri Suamiku itu, tapi aku sendiri tidak berani untuk menduga-duga sebenarnya apa yang tersembunyi di balik semua keromantisan suamiku itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi tan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Melihatnya
Pagi ini aku tengah menyiapkan sarapan, sekarang aku lebih semangat memasak karena ada Mas Roni dan Rafi yang pasti akan menyantap masakanku.
Sejak pindah ke rumah ini aku jadi lebih rajin untuk membersihkan, merapikan, menata rumah, bahkan membuat makanan kecil untuk camilan, dan juga aku sangat rajin memasak apa saja.
Mas Roni semakin memanjakanku, bahkan sekarang dia tidak lagi mengizinkanku untuk menemaninya di toko, karena dia tahu hanya duduk diam di toko itu sangat menjenuhkan, dan itu pasti akan membuat lelah.
Jadi beberapa hari ini aku sangat menikmati tinggal di rumah, meskipun begitu di jam makan siang, karena jarak dari toko ke rumah itu dekat, jadi Mas Roni sering makan siang di rumah, apalagi sekarang selalu siap tersaji makanan di meja makan, yang membuat dia juga Jadi semangat pulang untuk makan siang di rumah.
Kecuali Rafi, karena Rafi sudah dapat jatah makan siang dari tempatnya bekerja, jadi dia tidak pernah pulang siang, dia pasti pulang sore hari.
“Siang ini sepertinya mas tidak bisa pulang untuk makan siang, soalnya ada pelanggan yang katanya ingin datang melihat-lihat barang, nanti mas akan makan siang di toko saja!“ kata Mas Roni ketika sedang menyantap sarapan paginya.
“Tumben Mas, biasanya selalu pulang untuk makan siang, tapi tidak apa-apa deh, namanya juga ada pelanggan yang datang!" Sahutku yang menemani Mas Roni dan Rafi, sarapan di meja makan ini.
“Oh ya Kak Fani, sepertinya hari ini aku akan pulang telat, karena atasanku mengajak aku makan di luar, bersama beberapa temanku juga!“ ujar Rafi.
"Iya Fi tidak apa-apa, Yang penting kamu betah kerja di tempatmu yang sekarang, asal kamu mengabari kakak dan membuat kakak tidak khawatir Itu sudah cukup!" ucapku.
Setelah selesai sarapan pagi, aku pun mengantar Mas Roni ke depan, karena dia akan segera berangkat ke toko, sementara Rafi sudah berangkat duluan, karena menurutnya dia agak kesiangan.
Seperti biasa setelah mencium keningku dan Aku mencium tangan mas Roni, Mas Roni kemudian langsung melajukan motornya keluar dari pekarangan rumah, aku pun kembali masuk untuk membereskan meja makan dan juga peralatan dapur yang tadi belum sempat aku bereskan.
Aku membuka kulkas, melihat masih ada beberapa bahan makanan yang biasanya aku olah untuk makan siang, tapi siang ini Mas Roni mengatakan kalau dia tidak pulang dan tidak makan di rumah.
Tiba-tiba terbersit ide di kepalaku, Kenapa tidak aku masak saja bahan makanan yang ada di kulkas itu, lalu aku antarkan ke Toko Mas Roni, dia pasti akan senang, kalau aku datang sambil membawa makan siang untuknya.
Akhirnya dengan penuh semangat aku kembali mengolah bahan makanan yang ada di kulkas, kebetulan ada ikan dan juga sayur kacang panjang, Aku ingin membuat ikan balado dan tumis kacang panjang, Meskipun sederhana tapi Mas Roni selalu lahap menghabiskan apapun yang aku masak.
Tanpa terasa waktu sudah menunjukkan pukul 10.00 pagi, sebentar lagi akan beranjak siang, setelah selesai memasak untuk makan siang aku pun kemudian kembali ke kamar untuk beristirahat, sebelum aku datang ke tokonya Mas Roni di jam 11.00 nanti.
Sambil menunggu jam 11.00 siang aku istirahat sebentar dan menonton TV, supaya tidak jenuh.
Tiba-tiba aku teringat Sisi sahabatku, sudah lama juga aku tidak berkomunikasi dengan dia, gegas Aku langsung mengambil ponselku dan mulai menelepon Sisi.
“Halo Fan! Ada kabar apa nih? Kalau kamu menelepon, sumpah pasti kamu sedang ada masalah, biasalah kamu mencari aku kalau ada maunya doang!“ carocos Sisi dari seberang telepon.
"Siapa bilang? Saat ini aku sedang tidak ada masalah, Aku justru mau bercerita padamu Si, saat ini hubunganku dengan Mas Roni semakin baik dan kami semakin harmonis, sejak kami pindah di rumah ini rasanya aku begitu bersamangat melakukan apapun, mungkin itu bawaan bayi juga dan Aura rumah ini juga kelihatan positif!" Ungkap ku panjang lebar.
“Ah Syukurlah kalau memang kamu sudah baik-baik saja Fan, aku senang mendengarnya, semoga saja rumah tanggamu selalu baik dan harmonis tidak ada lagi masalah apapun!" Ucap Sisi.
"Terima kasih Si, aku berencana kapan-kapan akan mengundangmu sekeluarga datang ke rumahku, kamu belum tahu kan rumah Baruku?“ Tanyaku antusias.
"Wah boleh tuh, Aku memang ingin tahu rumah baru kalian, pokoknya kamu kabar-kabarin saja deh kalau mau mengundangku, supaya aku ada persiapan, maklum pasukannya lumayan banyak!“ sahut Sisi sambil tertawa.
Setelah aku menelepon Sisi, tak terasa sudah menjelang jam 11.00 siang, aku pun segera bersiap-siap, aku berganti pakaian dan memoles sedikit wajahku, setelah itu aku menyiapkan makan siang di sebuah tempat makan, setelah siap aku pun langsung keluar dari rumah dan memesan taksi online.
Sejak Mas Roni tahu kalau aku sedang hamil, dia melarangku untuk naik ojek online atau motor apapun itu, kecuali taksi online, jadi aku pun tidak berani memesan ojek online, Mas Roni pasti akan marah.
Tak lama kemudian taksi online yang aku pesan pun sudah datang dan kini terparkir di depan rumah, tanpa menunggu lama aku pun segera masuk ke dalam taksi online itu, dan segera meluncur menuju ke tokonya Mas Roni.
Kalau naik motor jalan menuju ke tokonya Mas Dani ditempuh paling hanya 15 menit saja, tapi berhubung naik taksi online waktunya agak lama sedikit, jadi 20 menitan Aku baru sampai di depan toko Mas Roni.
Suasana toko siang itu terlihat sepi, Setelah turun dari taksi online aku pun kemudian bergegas masuk ke dalam toko itu, beberapa pegawai toko nampak terkejut melihatku, mereka saling berpandangan, dan aku tidak melihat Mas Roni ada di dalam toko itu.
“Permisi Bang Jajang, Mas Roni ada kan?” Tanyaku saat sudah masuk ke dalam tokonya.
“Eh, Bu Fani, itu Bu, Anu, Pak Roni …” sahut Bang Jajang gugup dan tiba-tiba menghentikan ucapannya.
“Anu kenapa? Pak Roni di mana Bang?” Tanyaku sekali lagi.
“Itu Bu, lagi makan siang, dengan …”
“Dengan siapa? Dengan pelanggannya kan? Bilang di mana suamiku makan siang Bang!” Potongku cepat.
“Itu di Cafe depan Bu!” Sahut salah seorang pegawai wanita sambil menunjuk ke arah sebrang jalan.
Tanpa bertanya lagi aku pun segera bergegas keluar dari toko, menuju ke Cafe seberang jalan yang ditunjuk oleh salah satu pegawai Mas Roni tadi.
Entah kenapa perasaanku menjadi tak menentu ada rasa tidak enak di dalam hatiku tiba-tiba, pada saat akhir sampai di seberang jalan Aku kemudian menuju ke Cafe yang dimaksud, cafe yang lumayan besar dan siang ini juga terlihat sangat ramai.
Aku mengedarkan pandanganku ke seluruh Cafe, berharap akan menemukan suamiku yang sedang makan dengan pelanggannya, hingga akhirnya mataku tertuju di meja pojok Cafe yang agak tersembunyi, dan betapa terkejutnya aku ketika melihat Mas Roni sedang makan siang, tapi bukan dengan pelanggannya, melainkan dengan, Dokter Eva Suryani.
Bersambung ….