Mendekat

"Ekhem... maksudku." Serena malu, karena Yuwen tidak menjawab.

"Aku mengerti, ayo lakukan itu." Ucap Yuwen.

Deg.

"Kau serius?!." Kaget Serena.

"Ya, tidak ada salahnya. Bukankah kita memang suami istri." Ucap Yuwen.

"Kalau begitu... artinya, kau mau membuka hati padaku?." Serena berdebar.

"Ya." Jawab Yuwen, singkat tapi tegas.

Serena beringsut masuk ke pelukan Yuwen tiba-tiba, di menempelkan wajahnya di dada bidang Yuwen. Serena bisa mendengar detak jantung Yuwen yang menggila, dirinya juga menggila.

Serena berusaha terlelap saja, tapi gerakan Yuwen membuat Serena salting. Pertama kalinya Yuwen membalas pelukan Serena, keduanya saling berpelukan dan siap menuju alam mimpi.

Pagi berikutnya, Serena bangun dengan tubuh yang lebih ringan. Melihat Yuwen sudah ada di dapur, entah sedang berbuat apa, Serena turun untuk mandi.

"Sedang apa?." Tanya Serena, saat melewati saur dapur.

"Aku sudah menghangatkan Bakpao dan lauk daging buatanmu. Ini untuk bekalku saat masuk gunung, aku boleh membawanya kan?." Ucap Yuwen.

"Tentu saja, aku ingin ikut berburu." Ujar Serena.

"Apa? itu berbahaya." Ucap Yuwen.

"Aku serius, aku akan selalu ikut kemana pun kau pergi. Mau itu tempat berbahaya atau bahkan neraka sekalipun, aku akan tetap berada di sisimu." Ucap Serena.

"Apa alasannya? jika kau seperti ini karena disini hanya mengenalku, kau bisa mengenal banyak orang di kota." Ucap Yuwen.

"Tapi kau lupa, tidak semua orang sepertimu." Ujar Serena.

"Aku tidak sebaik yang kau kira." Ucap Yuwen, misterius.

"Aku pun sama, tapi aku nyaman menjadi Istrimu. Aku satu-satunya istrimu kan? kecuali jika kau punya Istri lain, aku tentu akan meninggalkanmu begitu saja." Ucap Serena.

"Tidak ada yang lain." Lirih Yuwen.

"Kalau begitu, aku boleh ikut kan? menemani suamiku mencari nafkah." Ucap Serena tersenyum.

"Ya, pergi mandilah. Aku akan menunggu di teras depan." Ucap Yuwen.

Serena bergegas mandi, Yuwen menunggu di teras depan dengan pikiran berkecamuk. Entah apa yang dia sembunyikan, tapi sangat mustahil jika manusia sepertinya ini merupakan orang biasa.

"Serena.... nama yang asing dan aneh." Gumam Yuwen.

Setelah beberapa saat, Serena keluar memakai Hanfu sederhana. Keduanya berjalan beriringan menuju hutan, naik ke atas gunung untuk berburu. Serena berencana mencari tanaman obat atau tumbuhan yang bisa dimakan.

"Yuwen, boleh aku bertanya?." Ucap Serena.

"Apa." Yuwen menoleh.

"Apa pernikahan kita tercatat?." Tanya Serena.

"Tidak." Jawab Yuwen.

"Alamaakkk, gawat ini. Kalo sampe ngga tercatat posisi gue bisa terancam." Batin Serena.

"Kenapa?." Serena berusaha terlihat kecewa.

"Karena pencatatan pernikahan hanya ada di Kota, apa kau mau melakukan pernikahan disana?." Tanya Yuwen.

"Mau, kenapa tidak? aku ingin menjadi istrimu secara legal!." Desak Serena.

"Sele-ina, apa kau memiliki rencana? kenapa kau mendesak." Ujar Yuwen.

"Hahhaha, pelafalanmu lucu sekali saat menyebut namaku." Serena terkekeh.

"Jawab saja." Yuwen mode serius.

"Emm, tentu saja aku punya rencana. Rencanaku adalah, ingin berada di sisimu dimana posisiku tidak bisa ditinggalkan begitu saja, bayangkan saat aku sudah nyaman dan menganggap dirimu sebagai suami. Tiba-tiba kau menghilang, aku tidak bisa menuntut ataupun mencari, seperti orang bodoh. Ini namanya antisipasi serta harga diri wanita." Ucap Serena, mencari alasan yang masuk akal.

"Kau yakin ingin menjadi Istriku." Yuwen selalu menanyakan hal berulang.

"Yuwen, sebenarnya apa yang kau sembunyikan?." Serena menatap serius.

Mata Yuwen nampak bergetar samar, artinya memang dia menyembunyikan sesuatu yang penting. Serena tau Yuwen tidak mungkin jujur begitu saja, tapi Serena sangat penasaran apalagi respon Yuwen yang terlihat sensitif dan tertutup.

"Aku sudah memberitahumu rahasiaku yang time travel, bisakah kau menceritakan tentang dirimu? lagi pula apa yang bisa aku lakukan? kau bisa membunuhku disini jika merasa aku merugikan atau mengancam." Ucap Serena logic.

"Ini bukan masalah merugikan atau mengancam, tapi rahasia tetaplah rahasia." Ucap Yuwen dingin.

"Baiklah aku tidak akan mendesakmu, tapi jangan ragu untuk berbagi cerita denganku. Jika kau merasa di dunia ini tidak ada lagi yang bisa kau percaya, kau bisa mempercayaiku. Percaya pada Serena bukan Siren atau siapa pun, percayalah pada Serena." Ucap Serena tegas.

"Kenapa?." Yuwen menatap rumit.

"Karena aku percaya padamu, Yuwen." Serena menggoda Yuwen, jalur psikologis.

Yuwen menatap Serena terkejut, tatapannya dalam seakan mancari bukti kebohongan. Namun nihil, Serena menatap Yuwen dengan tatapan jernih dan polos, tidak ada celah kebohongan sekecil apapun.

"Shen Yue." Ucap Yuwen tiba-tiba.

"Ya? siapa itu? nama kekasihmu?." Heran Serena.

"Itu nama mu, nama aslimu terlalu sulit diucapkan." Ucap Yuwen membuang muka, sepertinya dia tersipu.

"Begitu ya, nama baru untukku? Kau mau memanggilku apa? harus yang manis ya." Serena menatap Yuwen berbinar, Yuwen sendiri menghindari tatapan Serena karena malu.

"Panggilan manis itu seperti apa?." Yuwen berusaha cuek.

"Aku kan memanggilmu Sayang, itu panggilan yang manis." Serena tersenyum manis.

"Bukankah itu hanya bercanda?." Yuwen menatap, mencari kebenaran.

"Tidak, aku memanggil suamiku dengan panggilan cinta. Aku ini Istri berbakti." Cengir Serena.

"Dasar aneh, kau baru satu hari bersamaku tapi mengatakan cinta? apa di zaman mu Cinta akan tumbuh secepat ini." Yuwen terlihat tidak senang.

"Di zaman ku, Cinta itu bukan masalah waktu. Melainkan masalah keberanian, jika kita mengulur waktu dengan alasan terlalu cepat, maka biasanya kita akan menangis, karena melihat orang yang kita cintai bersanding dengan orang lain." Ucap Serena.

"Apa di sana kau punya kekasih?." Tanya Yuwen.

"Aku hidup untuk bekerja, aku malas mencari kekasih karena aku ingin langsung menikah saja biar cepat. Aku malas harus berkenalan dan berkencan dengan pria, melelahkan sekali." Gerutu Serena, menunduk.

"Berapa usiamu?." Tanya Yuwen.

"22 tahun." Jawab Serena.

"Apa? tua sekali." Yuwen terlihat kaget.

"APA MAKSUDMU TUA, BUKANKAH KAU JUGA SEUMURAN DENGANKU. MEMANGNYA KAU SUDAH KAKEK-KAKEK?!." Serena berteriak kesal, tapi anehnya suaranya berat seperti Pria.

Yuwen menatap cengo, ternyata Serena bisa bersuara berat. Apa wanita di depannya ini benar-benar wanita? kenapa mencurigakan sekali.

"Kenapa suaramu__

"Wow, ini suara asliku. Ternyata aku bisa menggunakan suaraku di sini ya." Serena terdengar senang.

"Kau... Laki-laki?." Yuwen terlihat bergidik.

"Laki-laki Pantatmu!! Aku perempuan." Kesal Serena.

"Tapi suaramu." Yuwen terlihat menjaga jarak.

"Wah kurang ajar sekali, aku ini bisa mengubah suaraku. Kalau marah aku bisa bersuara seperti laki-laki, tapi suara asliku seperti ini. Apa menurutmu suaraku berbeda dengan Siren?." Tanya Serena, mulai nyaman dengan suaranya.

"Sangat berbeda." Yuwen mengakui.

"Benarkah?!." Serena senang.

"Siren selalu meledak-ledak dan suaranya melengking. Sedangkan suaramu berat, tapi jika bicara nada rendah kau terdengar lembut dan berwibawa. Bukan, lebih ke suara seorang pemimpin." Ucap Yuwen, menilai.

"Bagaimana kau tau." Serena pura-pura terkejut.

"Memangnya kau pemimpin apa?." Yuwen jadi tertarik.

"Pemimpin Perusahaan Raksasa." Jawab Serena sombong.

"Apa? kau menjual budak Raksasa?." Kaget Yuwen.

"Bukan, maksudku Raksasa itu hanya kata Kiasan. Perusahaan milikku itu besar dan terkenal makanya di sebut Raksasa." Serena kesenjangan bahasa.

"Dilihat dari caramu memandang, caramu berjalan bahkan suaramu. Sepertinya kau wanita yang hebat." Ucap Yuwen.

"B-biasa saja kok, aku hanya berusaha menjadi wanita mandiri. Meskipun dalam hatiku tentu saja aku ingin bergantung pada Pria." Lirih Serena.

"Memangnya apa alasanmu ingin mandiri?." Yuwen tertarik dengan hidup Serena.

"Wanita jika ditinggalkan laki-laki biasanya tidak memiliki apapun, kecuali anak. Aku sering melihat perceraian, dimana Istri selalu menjadi miskin dan tidak punya tujuan. Aku merasa sakit hati, sebagai wanita aku ingin memiliki pondasi agar tidak bisa direndahkan laki-laki, biarpun aku di buang aku tidak akan pernah menjadi Sampah." Ucap Serena tegas.

"Aku senang dengan pola pikirmu yang luas." Jujur Yuwen.

"Tapi, menjadi wanita dominan juga tidak menyenangkan. Kebanyakan laki-laki akan merasa rendah diri atau ada juga yang tipe laki-laki pemalas, dimana dia yang bergantung padaku. Lama-lama aku jadi merasa seperti Pria, aku jadi malas membuka hati atau memulai suatu hubungan." Ucap Serena.

"Kenapa kau tidak mengajari Pria itu agar bisa menjadi sukses dan pantas bersanding denganmu." Tanya Yuwen.

"Apa kau pikir pria seperti itu mau? tentu saja dia tidak mau. Kalaupun berhasil sukses, dia akan meninggalkanku." Serena menggeleng miris.

"Shen Yue, Cara berpikirmu memang mengesankan." Puji Yuwen.

"Astaga, Sayang. Kakiku jadi lemas jika di puji begitu, ngomong-ngomong apa masih jauh?." Tanya Serena celingukan.

"Sudah sampai, aku memasang jebakan di sekitar sini, kemari duduklah di akar pohon ini. Jangan bergerak sembarangan jika tidak mau mati sia-sia." Ucap Yuwen.

Serena duduk dengan tenang, dia sangat sayang nyawa. Melihat hutan rimbun yang asri, udaranya juga sejuk padahal matahari sudah naik.

Yuwen kembali membawa buah peach dan apel, Serena dengan senang hati menerima. Binar mata Serena yang polos, kebahagiaan yang sederhana itu membuat Yuwen merasa lucu.

"Mulai hari ini, nama mu Shen Yue. Lupakan nama lama mu, dan mulailah kehidupan barumu.... bersamaku." Yuwen nampak berbisik di akhir.

"Tentu. Terimakasih untuk nama yang indah, sayang." Ucap Serena a.k.a Shen Yue.

Shen Yue menatap Yuwen yang bergerak dengan lincah, mengambil buruan yang terperangkap. Merasa hidupnya cukup nyaman meksipun miskin, setidaknya ketenangan seperti ini bukanlah hal buruk.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!