Menggatal

Yuwen dan Serena terus berjalan dengan senyap, melewati hutan belantara. Menyebrang sungai, memanjat tebing dan bebatuan, hingga akhirnya sampai di sebuah Desa.

Yuwen menutup wajah serena dengan luaran Hanfu miliknya, mendekap Serena erat dan menariknya berjalan cepat. Serena sendiri bingung tapi berusaha mengimbangi langkah Yuwen yang lebar.

“Kenapa?.” Bingung Serena.

“Tidak apa? Aku tidak suka keramaian.” Jawab Yuwen.

“Sayang.” Panggil Serena menggoda.

“Apa?.” Yuwen menoleh.

Serena salting sendiri karena Yuwen tidak mempermasalahkan, panggilan Sayang darinya. Untung saja wajah Serena tertutup hanfu, jadi wajahnya yang memerah tidak begitu terlihat.

"Masih jauh pasarnya?." Tanya Serena.

"Melewati Desa ini, tinggal satu hutan dan kita sampai di pasar kota." Ucap Yuwen.

"Kau setiap hari berjalan sendirian sejauh ini?." Tanya Serena.

"Kenapa?." Yuwen menoleh.

"Ini sangat melelahkan, kau pasti kelelahan kan?." Ujar Serena.

"Tidak, apa kau lelah." Tanya Yuwen.

"Tidak, aku senang berjalan bersama denganmu seperti ini." Ucap Serena, suaranya terdengar ceria.

Yuwen nampak tersenyum tipis, sangat tipis jadi tidak terlihat. Mereka berjalan bersama dan bergandengan tangan, sampai di Pasar yang ramai. Yuwen membawa Serena ke tukang penjagal.

Serena mengamati, bagaimana Kelinci dan Rusa milik Yuwen di tawar, dan bagaimana Yuwen meminta dinaikan harganya. Setelah buruan terjual, mereka berniat kembali ke rumah mereka.

"Dapat berapa?." Tanya Serena.

"Ini, pegang saja." Ujar Yuwen.

"Aku tidak tau mata uang disini, apa kita bisa membeli bumbu dapur dengan uang ini?." Tanya Serena.

"Tentu saja, apa yang kau butuhkan?." Tanya Yuwen.

"Minyak, tepung, penyedap, garam, gula, cabai, bawang merah, bawang putih, dan tumbuhan palawija lainnya. Tolong beli tepung juga." Ucap Serena.

"Aku mengerti, tunggulah disini. Aku akan membeli semua yang kau katakan tadi." Ucap Yuwen, meminta Serena duduk di kursi depan sebuah ruko.

"Tidak apa-apa aku disini?." Tanya Serena.

"Iya, jangan kemana-mana." Yuwen menyentuh kepala Serena sekilas, seakan mau mengelus tapi tidak jadi.

Saat Yuwen sedang membeli di dalam ruko, seorang pemuda biasa saja datang menghampiri Serena. Pemuda itu terlihat flexing.

"Hai nona manis, kenapa kau duduk sendirian disini? apa kau dari Desa? sepertinya kau kelaparan ya?." Ucapnya.

"Tidak." Jawab Serena.

"Siapa nama mu? mau berkencan denganku? aku akan memberikanmu bakpao daging yang enak." Ujarnya.

"Tidak mau." Risih Serena.

"Kurang ajar, kencan dibayar bakpao. Sama kambing aja sana biar cuma dikasih rumput juga diem." Batin Serena kesal.

Srattt~~

Tangan Serena ditarik kasar, Serena berusaha melepaskan cekalan itu tapi dia justru tertarik nyaris jatuh. Untung saja Serena bisa menjaga keseimbangannya.

Yuwen keluar dari Ruko, melihat Serena sedang ditarik pemuda asing. Wajah Serena terlihat marah dan takut, Yuwen merasa kesal karena ada pemuda tidak sopan yang berani menyentuh tubuh wanita asing.

Greb.

"Apa yang kau lakukan, bajingan." Suara Yuwen terdengar menakutkan.

Si Pemuda mendongak, melihat tubuh Yuwen yang tinggi menjulang dan kekar berotot. Meskipun wajahnya tertutup cadar dan topi jerami, ada aura menyeramkan yang menguar.

"J-jangan ikut campur, dia ini pacarku." Ujarnya.

"Apa?." Yuwen semakin emosi.

"Aku sudah mengajaknya berkencan, aku akan membelikannya bakpao daging. Kenapa kau malah mengacau." Ucapnya berteriak marah.

"Kenapa kau bilang? karena wanita ini Istriku, brengsek." Yuwen mencengkeram kerah Hanfu pemuda itu.

Pemuda itu memucat ketakutan, melepaskan cengkeraman Yuwen dengan susah payah. Dia berlari ketakutan, Serena cukup puas melihatnya, dengan sedikit pancingan Yuwen sudah bereaksi seperti ini.

"Sayang." Panggil Serena.

"Hm? apa dia menyakitimu?." Tanya Yuwen.

"Yah untung saja kau cepat datang, ayo pulang." Ajak Serena.

Yuwen menggandeng tangan mungil Serena dan berjalan pergi, saat melewati penjual bakpao daging. Yuwen membeli satu bakpao besar untuk Serena, Serena terlihat senang dan makan dengan lahap.

"Aaa.. enak sekali loh." Ucap Serena menyuapi Yuwen.

"Untukmu saja, aku sudah kenyang." Bohong Yuwen.

"Ayo gigit saja, nanti sampai dirumah aku akan memasak untukmu." Ucap Serena.

"Benarkah?." Yuwen nampak tertarik.

"Iya, ayo kita makan bakpao bersama. Untuk mengganjal perut." Ucap Serena.

Keduanya makan bakpao bersama, berjalan dengan santai namun tidak lambat. Sampai di hutan dekat rumah terpencil mereka, Serena melihat sesuatu yang membuatnya melotot.

Deg.

"Itu kan?." Serena menghentikan langkahnya.

"Apa?." Yuwen waspada, hendak menarik pedangnya.

"Itu pohon kunyit, ayo lihat kesana. Sepertinya ada banyak tanaman rempah." Serena terlihat senang.

Yuwen membuka jalan semak belukar dengan pedang, takut ada ular atau hewan lainnya yang bersembunyi disana. Serena mencabut beberapa kunyit, ternyata ada pohon bawang dan beberapa sayur.

"Nanti kita Tanam mereka di halaman belakang dekat sumur. Lumayan untuk pemasukan bumbu, biar kita tidak harus membelinya." Ucap Serena.

"Kau tau banyak tentang tanaman?." Tanya Yuwen, ikut membantu.

"Hanya sedikit, ada di pelajaran saat sekolah." Jawab Serena.

Serena melihat ada kangkung yang tumbuh di aliran sungai kecil, Yuwen yang melihat itu mengerutkan kening. Kenapa Serena mencabut rumput liar yang kotor di selokan.

"Untuk apa?." Tanya Yuwen.

"Dimasak." Jawab Serena.

"Apa?." Kaget Yuwen.

"Ini bukan rumput ataupun hama, ini sayur Kangkung. Percayalah padaku." Ucap Soraya.

Setelah memetik beberapa sayur dan tanaman palawija, mereka kembali kerumah. Sampai dirumah Serena langsung menanam pohon kunyit dan bawang, ada sereh kuno juga. Entah sereh atau apa, tapi baunya mirip.

"Aku akan memasak, kau bisa istirahat sebentar." Ucap Serena.

"Kau akan membuat apa?." Tanya Yuwen, kurang yakin jika Serena bisa memasak.

"Bakpao tepung, tumis kangkung dan oseng daging kering. Lumayan masih ada daging yang bisa dimasak kan." Ucap Serena.

"Biar aku membantu." Ucap Yuwen.

"Bantu aku membuat api saja, aku belum bisa melakukannya. Kemarin, aku berusaha tapi tanganku lecet." Ucap Serena.

Akhirnya Yuwen menyalakan api dan membantu Serena membuat bakpao, tungkunya ada Dua jadi Serena bisa masak di sebelahnya.

Serena memotong kangkung dan mencucinya hingga benar-benar bersih dari lintah atau ulat. Setelah dijamin bersih, Serena memotong daging kering tipis-tipis lalu mencucinya.

Setelah kangkung dan daging siap di masak, Serena melihat bumbu yang di beli oleh Yuwen. Serena memotong bawang Bombay, bawang putih, cabai kering, untuk memasak tumis kangkung dan oseng daging kering.

Pertama Serena menulis Kangkung, hanya menggunakan cara masak biasa. Menuangkan sedikit minyak, masukan bawang dan cabai lalu aduk hingga harum, setelah itu masukan kangkung tambahkan penyedap dan garam. Aduk merata lalu tunggu sampai benar-benar matang.

Aroma tumis kangkung benar-benar menggugah selera, Yuwen bahkan sampai menelan ludah. Tidak menyangka baunya akan seharum ini, setelah Serena mencicipi dan rasanya enak, tumis kangkung di pindahkan ke piring kayu usang.

Serena kembali menuangkan minyak ke wajan, menumis bawang merah, bawang putih dan cabai, menambahkan sedikit gula, garam dan penyedap. Setelah bumbu harum masukan potongan daging kering, aduk sebentar, lalu tuangkan air cukup banyak dan tutup sampai air meresap sempurna.

"Pakai minyak untuk merebus daging?." Heran Yuwen.

"Sebenarnya ini tumis kok, hanya saja karena dagingnya kering dan alot. Aku menambahkan cukup banyak air agar daging menjadi empuk." Ucap Serena.

"Ini, cicipi bakpao nya. Aku juga tidak terlalu pandai membuatnya." Ucap Yuwen, menyerahkan bakpao tepung yang terlihat menggoda.

Serena menerima lalu memakannya, rasanya enak. Tidak hambar karena ditambahkan gula dan garam sedikit, cukup bagus untuk pengganti nasi.

"Enak!!!." Ucap Serena puas.

Setelah daging matang, ternyata jumlahnya jadi cukup banyak. Serena mengambil Daging ke piring sedikit, lalu bersiap makan bersama dengan Yuwen.

Pertama kali makan tumis kangkung, Yuwen melotot karena rasanya enak. Daging buatan Serena juga tidak kalah enak, rasanya lezat dan membuat Yuwen makan dengan lahap.

"Untunglah lauknya jadi banyak, bisa buat makan malam dan sarapan besok." Ucap Serena.

"Kau sungguh berbakat memasak rupanya." Ucap Yuwen, terlihat senang.

"Heheh, mana hadiahnya?." Ujar Serena malu-malu.

"Hadiah?." Bingung Yuwen.

"Semacam kecupan, atau apa." Ujar Serena salting sendiri.

Yuwen mendekat, hendak mencium Serena. Jantung Serena berdebar tak karuan, merasa kecintaan dengan suaminya yang misterius ini, dia harus berusaha keras agar suaminya mau jujur padanya.

Cup.

Kecupan hangat dan manis mendarat di bibir Serena, Serena merasa puas. Ini awal yang baik bagi mereka berdua, setelah ini Serena akan terus mengikuti Yuwen, kemanapun dia pergi.

"Malam ini kau akan tidur denganku kan?." Tanya Serena.

"Apa? aku akan berangkat berburu malam ini." Ucap Yuwen.

"Tidak, besok pagi saja. Aku juga mau ikut." Rengek Serena.

"Baiklah." Yuwen malah berdebat, karena tau Serena akan bersikeras.

Serena tidur berdampingan dengan Yuwen, ada hal asing yang mengusik Serena. Biasanya pria modern itu agresif, tapi Yuwen ini pasif atau memang menahan diri.

Pembawaannya tenang, cara berpikirnya seperti orang berpendidikan. Dia sama sekali tidak terlihat seperti pemburu miskin, badan dan wajahnya saja sangat indah. Serena yakin jika Yuwen memiliki identitas misterius.

"Gue harus buat dia punya anak dari gue, biar nanti dia mikir, kalo mau macem-macem sama gue. Siapa tau dia ini anak orang kaya yang kabur, kan kalo udah balik ke rumah besar, posisi gue tetap kokoh karena gue udah lahirin anak dia." Batin Serena.

"Apa yang kau pikirkan?." Suara Yuwen, membuat Serena terkejut.

"Ah... itu." Serena jadi malu.

"Apa kau tidak nyaman aku ada disini?." Yuwen hendak pindah.

"BUKAN." Serena buru-buru menahan.

"Lalu?." Yuwen menatap lurus, ke arah mata Serena.

"Aku..... aku ingin kita memperbaiki hubungan kita." Ucap Serena.

"Bukankah kita sudah berbaikan." Heran Yuwen.

"Bukan itu saja." Serena menutup wajahnya malu.

"Apa lagi?." Bingung Yuwen.

"Aku ingin kita saling menerima dan mencintai, layaknya suami istri." Cicit Serena.

"Sialan lah woi, kenapa malah jadi gue yang nembak." Batin Serena merasa bodoh.

Serena bisa melihat ekspresi terkejut Yuwen dari celah jarinya, ekspresi yang terlihat syok dan tidak menyangka. Tapi hanya sebentar, setelah itu Yuwen bisa mengatur eskpresinya kembali datar, meksipun ada semburat merah di telinganya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!