Transmigrasi Istri Pemburu
Di pagi hari yang cerah, burung burung berkicau dan angin dingin yang menusuk. Seorang gadis meringkuk diatas dipan reyot, dia menggigil dan berusaha meraih selimut, namun tidak ada apapun di sekitarnya.
Gadis itu mmebuka matanya perlahan, duduk dan merasakan tubuhnya terasa sakit. Menyadari sesuatu yang aneh, gadis itu mematung lalu berteriak.
“AAKKHHHH DIMANA INI.”
Gadis itu celingukan, dia terbaring di dipan usang, disekitarnya hanya ada dinding lumpur, lantai tanah yang kotor berdebu, sarang laba-laba di langit-langit, Genteng yang bocor, semuanya usang dan tidak layak huni.
“M-mustahil kan? apa gue kecapean jadi aktor sampe mimpi begini?.” Gumam gadis itu.
Gadis itu mencubit lengannya keras, berharap ini cuma mimpi. Tapi, dirinya merasakan sakit artinya ini nyata. Jantungnya berdebar, tidak mau menerima fakta menakutkan di depan matanya.
“Ngga… nggamau… KEMBALIKAN KEKAYAAN GUE!!!!.” Teriaknya frustasi.
Gadis itu adalah ***Serena Halim ***Seorang Aktor terkenal dari Negara Indonesia. Usinya masih 22 tahun, anak muda gen z yang paling takut miskin dan cacingan.
Serena memiliki tubuh yang cantik dan jenjang, dengan tinggi badan 173cm, kulit putih bersih, rambut panjang merah menyala. Berkat kharisma dominan ini lah, Serena selalu mendapatkan peran Antagonis.
Serena sukses membintangi bermacam-macam film, dia bukan pemain sinetron dan hanya fokus di dunia perfilman. Mulai dari Romantis, Aksi, Anak sekolah, Horor dan banyak lagi.
Sebelum mengalami kejadian aneh yang di sebut Transmigrasi Jiwa, Serena sedang melakukan perjalanan ke luar negri melewati jalur udara. Serena ingat saat dirinya sedang sibuk membaca buku novel, tiba-tiba pesawat mengalami trubelence dan ingatannya terputus sampai di sana.
Kembali pada Serena saat ini, dia berada di tubuh gadis kurus. Tangannya kecil tapi kulitnya putih bersih, gadis itu sepertinya pemalas melihat betapa kotor tempat tinggalnya.
“Sialan, udah cape-cape kerja biar hidup enak. Malah di banned jadi miskin lagi, anjir lah paok.” Gerutu Serena, hendak bangkit berdiri.
Namun, belum juga berdiri dengan benar. Ingatan asing muncul di kepalanya, ingatan yang begitu banyak dan bertumpuk. Kepala Serena berdenyut dan merasa dunia berputar dan pandangannya menggelap.
Serena berpegangan pada dipan, berusaha tetap sadar. Dia merasa sesuatu yang hangat keluar dari hidung mungilnya, Serena tidak peduli. Dia hanya fokus tetap sadar dan berusaha menguatkan dirinya agar tidak tumbang.
Hoshh…
Hoshh..
Hoshh..
Serena mengatur nafasnya, pandangannya mulai kembali fokus. Sakit kepalanya mereda secara teratur, setelah Serena merasa lebih baik dia pun kembali duduk dan mengelap darah di hidungnya.
Dirinya kini telah mengerti, saat ini Serena mengalami Time travel ke Dimensi lain tepatnya di peradaban China kuno. Serena tidak tau apakah ini peradaban sebelum masehi atau hanya sebuah Dimensi Paralel.
Tubuh yang di tempati Serena adalah milik seorang gadis bernama Siren. Dia adalah seorang budak yang dibuang di laut karena pembangkang, saat dia hampir mati seorang pemuda menyelamatkannya dan menikahinya.
Bukannya berterimakasih, Siren justru menjadi Istri durhaka karena benci pada suaminya yang miskin. Suami Siren adalah seorang pemburu, pendapatannya tidak menentu. Terakhir kali pemuda itu pulang tanpa membawa hasil buruan, Siren mengusirnya dan tidak memperbolehkannya pulang jika tidak membawa hasil buruan.
“Gila, bahkan dia ga ngasih makan suaminya dulu.” Serena merasa hatinya berdenyut.
“Gue tau banget betapa susahnya cari uang, kok bisa ada wanita se tega ini. Apa dia ngga kepikiran, suaminya di luar sana makan apa? tinggal dimana? aman atau tidak? gue bersyukur banget lo mati dan gue yang nempatin tubuh lo.” Gumam Serena.
Serena menarik nafas dalam-dalam, menenangkan hati dan pikirannya. Sekarang dia mulai menerima takdirnya, mungkin tuhan mengirimnya kesini karena ingin menolong pemuda malang itu.
“Oke, gue OCD parah. Gabisa liat yang jorok dan kotor begini, pertama gue harus bersih-bersih.” Serena menyemangati dirinya.
Mulai beranjak dan melihat semua sudut, melihat ada kamar mandi, Serena mulai mandi terlebih dahulu dan menggunakan pakaian yang disebut Hanfu simple dan usang.
Serena mengikat rambutnya tinggi-tinggi, melipat lengan hanfu nya lalu mulai mengangkat semua barang yang masih layak ke atas dipan. Setelah lantai kosong dan tinggal sampah berdebu, Serena menyapu lantai tanah itu menggunakan sapu lidi.
Menyapunya sampai benar benar bersih, Serena bersin berkali-kali tapi tetap melanjutkan pekerjaanya. Setelah rumah terbebas dari debu dan kotoran, Serena mendekat ke sumur. Mengambil air dengan hati-hati, air itu digunakan untuk menyiram lantai agar tidak berdebu.
sambil menunggu lantai kering, Serena merapihkan tungku, mengambil abu untuk bahan dasar mencuci piring dan pakaian. Lalu menata kayu bakar dengan rapih dan estetik, setelah rumah terlihat lebih baik Serena bernafas lega.
“Fyuhhhh, oke lah udah lebih baik. Tinggal cuci baju terus makan dulu.” Gumam Serena menyeka keringat.
Serena mencuci baju di sumur, lokasinya di halaman belakang. Serena mencuci sebisanya, lalu menjemur pakaian itu di sebuah jemuran tali di teras belakang rumah.
Selesai menjemur, Serena melihat ada dendeng di meja, jadi makan dendeng untuk mengganjal perutnya. Serena merasa sedih, pertama kali merasakan kemiskinan sampai sebegini nya.
“Bosen deh, kayaknya renov rumah bagus nih. Sebagai permintaan maaf buat pemuda malang itu, siapa sih namanya kok pemilik tubuh ini ga inget nama suami sendiri.” Gerutu Serena.
Serena beranjak dan mencari kain di lemari, ada beberapa kain berwarna merah terang meskipun sudah usang. Serena mencari alat jahit, lalu mulai membuat kelambu dan beberapa gorden. Karena kekurangan bahan, Serena bahkan memakai Hanfu yang menurutnya sudah sangat tidak layak pakai.
Hampir menghabiskan waktu seharian dengan menjahit, Serena mulai kembali merasa lapar. Melihat ke luar jendela dan langit sudah mulai menguning, menandakan malam sebentar lagi akan tiba.
Serena menghentikan jahitannya, lalu pergi ke dapur. Melihat ada beberapa potongan daging yang tergantung, serena pun mencuci dan membakarnya.
“Bahkan bumbu dapur ngga ada, kaya gini mirip orang zaman purba. Kapan si suami gue pulang, susah banget bertahan hidup disini kalo sendirian.” Gumam Serena merasa sedih.
Setelah makan daging bakar hambar itu, Serena menyalakan lentera minyak tanah dan mulai kembali menjahit. Berusaha menyibukan diri agar tidak merasa takut, suara hewan membuatnya takut dan merinding. Apalagi suasana gelap mencekam tanpa ada listrik ataupun teknologi.
Serena fokus menyelesaikan jahitan kelambu miliknya, mulai memasangkan kelambu dengan tali diatas dipan. Setelah di pasang kelambu, tempat tidur terlihat jauh lebih baik, sisa kain Serena buat sebagai gorden.
Di zaman ini jendela hanya di lapisi kertas, tentu saja bisa di intip. Serena menutup jendela dengan kain gorden, lalu berusaha merebahkan diri dan terlelap.
Detak jantung Serena berdegup kencang, entah kenapa dia merasa sangat was-was dan tidak tenang untuk tidur. Serena berguling kesana kemari berharap bisa menemukan posisi yang nyaman.
Tap
Tap
Tap
Suara langkah kaki terdengar mendekat, Serena reflek terduduk dengan waspada. Saat berada di halaman belakang siang tadi, Serena tidak melihat ada rumah tetangga. Disini seperti rumah terpencil di kelilingi hutan belantara yang menakutkan, Serena memang belum melihat halaman depan tapi tetap saja dia takut.
Krieettttt~~
Tap
Serena melotot, saat pintu terbuka. Dirinya merasa bodoh karena tidak mengunci pintu, melihat langkah kaki masuk Serena melihat dengan jantung berdebar.
Serena melihat bayangan tinggi besar menakutkan, bayangan itu melangkah dengan tenang ke belakang. Serena terus mengamati dan mengintip, melihat gerak geriknya yang santai, apalagi mendengar suara percikan air seperti orang mandi, Serena bernafas lega karena sepertinya sang suami sudah pulang.
“Itu pasti suami gue kan? ngga mungkin orang asing masuk rumah orang tiba-tiba mandi.” Batin Serena.
Serena turun dari dipan dan keluar dari kelambu, Serena berjalan dengan tenang sambil membawa lentera. Melihat apa yang dibawa pulang suaminya, ternyata rusa dan beberapa kelinci yang masih hidup.
Klak-
Serena menoleh, melihat sesuatu yang membuat matanya melotot. Terlihat seorang Pria tinggi, berotot, dengan kulit coklat sexy. Otot perut yang memanjakan mata dan tatapan tajamnya yang menusuk, rambutnya hitam panjang menambah kesan menakutkan dan buas.
“Bjirr ganteng, mana ngga ada bulu. My tipe banget sih, manusia seganteng ini kok di sia-siain.” Batin Serena.
“Sedang apa kau disini.” Suara Boriton terdengar.
Deg.
“Ekhem, itu… maaf, aku belum memasak.” Lirih Serena.
“Sejak kapan kau bisa memasak?.” Pria itu mendekat, serena bisa menghirup aroma rumput yang menenangkan.
“Aku bisa memasak, bahannya saja yang tidak ada. Aku mencari bumbu tapi tidak ada.” Serena klarifikasi.
“Benarkah?.” Pria itu menatap dengan intens.
“Iya, lalu Maaf atas perkataanku yang kemarin. Aku tidak bermaksud mengusirmu seperti itu, maaf.” Serena menunduk.
“Aku akan membawamu ke kota besok, pergi lah ke tempat asalmu, Siren.” Ucap nya.
“Tunggu, sebentar. Apa kau mau mendengarkan penjelasanku?.” Serena panik.
“Katakan.” Pria itu menatap lurus.
“Aku sudah tau kesalahanku, jadi aku tidak akan mengulanginya lagi. Aku akan jadi Istri yang baik dan penurut, aku akan menemanimu berburu dan selalu berada di sisimu. Maaf, aku benar-benar minta maaf.” Serena menatap pria kekar di depannya, menunjukan eskpresi penyesalan yang mendalam. Apalagi matanya yang berkaca-kaca dan mulai menangis.
“Kumohon, jangan tinggalkan aku sendirian.” Tangis Serena pecah.
“Bukankah kau yang menginginkannya, selama satu bulan penuh kau mengatakan hal yang sama.” Ucapnya.
“Benar, aku memang bodoh. Tapi, aku sudah menyadarinya sekarang, saat aku sendirian disini aku benar-benar kesepian dan berharap kau cepat kembali. Saat gelap dan merasa ketakutan, aku selalu berharap kau datang, tanpa sadar aku bergantung padamu. Maafkan sikap aroganku selama ini, aku akan berubah aku berjanji.” Ucap Serena. berusaha bertahan hidup, demi Pria tampan.
Pria itu hanya menatap Serena, tidak mengatakan apapun. Serena tau, pria itu pasti sudah merasa sakit hati selama satu bulan ini. Serena mengecam Siren yang tidak tau diuntung, perlahan serena mendekat dan memeluk perut suami dadakannya.
Pria itu tersentak, tapi tidak menolak pelukan Serena. Mereka berpelukan dalam waktu yang cukup lama, sebenarnya hanya Serena saja yang memeluk. Meskipun begitu, setidaknya hubungan mereka sudah membaik meskipun sedikit.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments
kalea rizuky
baru nyimak moga bagus ampe and
2025-10-25
3
Dewiendahsetiowati
hadir thor
2025-10-25
1
Murni Dewita
👣
2025-10-25
1