Setelah cukup lama berpelukan, Pria tampan itu menyudahinya. Serena nampak tidak senang, tapi harus bersabar. Masih mending hanya didorong pelan, daripada di tepis sejak awal.
“Kau belum makan?.” Ujarnya.
“Bagaimana jika masak bersama, Sayang?.” Serena sengaja, karena dia tidak tahu nama suaminya sendiri.
“Kau ini kenapa? apa yang kau rencanakan?.” Pria itu menatap rumit.
“Jika aku jujur, apa kau akan marah.” Serena sedikit ragu.
“Aku akan lebih marah jika kau diam saja.” Ucap pria itu tegas.
“T-tadi pagi, aku terpeleset di sumur. Begitu aku bangun, aku seperti orang linglung, aku bahkan lupa siapa namaku dan dimana aku sekarang. Aku berusaha mencari ingatan dengan membersihkan rumah dan terus berusaha mengingat, akhirnya aku ingat semuanya secara berangsur tapi…..” Serena memotong ucapannya.
“Tapi apa?.” Desaknya.
“Aku tau sudah memiliki suami, dan aku sangat jahat pada suamiku sendiri. Padahal suamiku sudah menolongku, tapi aku sangat tidak tahu terimakasih. Aku merasa malu, aku tidak bisa mengingat wajah suamiku dan aku bahkan lupa namanya. Tapi, sekarang aku tau. Kau suamiku kan?.” Ucap Serena, beralasan dengan menggabungkan kebenaran dengan kebohongan.
“Berhenti__
“Baiklah, aku tau kau tidak akan percaya melihat bagaimana watakku sebelumnya. Tapi, aku tidak berbohong.” Ucap Serena menatap dengan berani.
“Lalu, apa yang kau inginkan sekarang, Siren?.” Ucapnya.
“Aku…. aku ingin memperbaiki semuanya, maaf karena aku terlalu lama untuk sadar. Aku sudah menyia-nyiakan pria tampan dan pekerja keras sepertimu. Aku sangat bodoh, kumohon berikan aku kesempatan.” Ucap Serena, berusaha keras.
“Kesempatan apa?.” Pancingnya.
“Kesempatan hamil anakmu, Eh?.” Serena keceplosan.
“Itu.. Bukan, ya… anu, jadi… Pokoknya bukan. Intinya itu, aku akan berusaha jadi lebih baik lagi. Aku akan jadi Istrimu yang berbakti.” Serena merasa wajahnya terbakar saking malunya.
“Melahirkan anakku? kau?.” Pria itu menatap menelisik.
“AKU BILANG BUKAN!!! LUPAKAN SAJA.” Teriak Serena malu, bahkan menutup wajahnya rapat-rapat.
“Kenapa kau malu?.” Pria itu terlihat aneh.
“Kenapa? apa menurutmu ini bukan hal memalukan?.” Kesal Serena.
“Bukankah wajar jika seorang Istri hamil anak suaminya?.” Pria itu datar-datar saja.
“Yasudah, aku akan menghamilimu.” Serena typo.
“Apa?.” Pria itu syok.
“BUKAN!!! ARRGGGHHHH, sudahlah lupakan saja.” Serena berbalik hendak kembali ke ranjang, merasa malu karena mulutnya suka typo.
Sraatttt~~
Greb.
“Mau kemana kau?.” Suara boriton itu terdengar menggoda iman.
“T-tidur.” Cicit Serena.
Pria itu menarik tangan Serena, membawanya ke dekat tungku. Mengambil sesuatu yang tertutup daun lalu menyerahkannya pada Serena.
“Ini apa?.” Bingung Serena.
“Aku mendapat buruan ayam hutan, aku membakarnya dan itu sisanya. Katanya kau belum makan.” Pria itu berucap perhatian dengan wajah datar.
“Terimakasih.” Serena mulai melahapnya.
Meskipun rasanya hambar, entah kenapa terasa enak di mulut Serena. Serena makan dengan lahap, bahkan reflek menyuapi suaminya, meskipun awal-awal canggung.
Urggg~~
“Wah kenyang.” Serena menepuk perutnya polos.
Pria itu hanya menggeleng samar, fokus menali kelinci yang masih hidup dan se’ekor rusa yang cukup besar.
“Ini untuk apa?.” Tanya Serena.
“Dijual.” Cueknya.
“Namamu siapa?.” Tanya Serena.
“Yuwen.” Jawabnya.
“Tidak ada Marga?.” Heran Serena, setahunya China itu kental dengan marga.
“Lin Yuwen.” Ujarnya sekali lagi.
“Ohh, umur berapa? dimana keluargamu?.” Serena cerewet.
“22 tahun, aku sebatang kara.” Jawab Yuwen.
“Bukankah sekarang kau tidak sendirian lagi, Yuwen.” Ucap Serena.
“Apa maksudmu?.” Yuwen menoleh.
“Kau sudah punya Istri, mungkin di masa depan kau juga akan menjadi Ayah.” Ucap Serena tersenyum.
“Anak? mungkin anakku akan mengutuk diriku karena membuatnya hidup melarat.” Ucap Yuwen.
“Kau tidak akan selamanya seperti ini, aku yakin kau akan menjadi sosok yang berhasil. Sekarang mungkin jalannya masih sulit, tapi aku akan menemanimu sampai ke puncak itu.” Ucap Serena.
“Apa kau, Siren?.” Yuwen mendekat dan mencengkeram bahu Serena.
“Y-ya? apa maksudmu?.” Serena merasa takut.
“Kau bukan Siren, siapa kau?.” Tatapan tajam Yuwen hampir menusuk jantung Serena.
“Aku… aku Serena.” Cicit Serena dengan air mata berlinang.
“Dimana Siren?! Apa kau membunuhnya?! Kenapa kau menggunakan wajah Siren!? Apa kau penyihir?.” Yuwen mencekik Serena.
Serena melotot, merasa lehernya sakit dan nafasnya berhenti. Paru-parunya terasa panas dan sakit karena kekurangan oksigen, Serena berusaha melepaskan cekikan Yuwen.
Tiba-tiba Serena teringat dengan suatu adegan dalam Film. Semakin kita memberontak, maka semakin keras musuh akan mencekik. Serena, menggunakan bakat ekting nya mulai pingsan dengan natural.
Benar saja. saat Serena melemas dan kepalanya mendongak ke belakang. Yuwen melepaskan cekikannya dan mendekap Serena, melihat ekspresi Serena yang menghawatirkan.
Matanya terbuka sedikit, tatapan matanya kosong. Benar-benar seperti orang mati. Yuwen memeriksa denyut nadinya, bernafas lega karena Serena masih hidup. Yuwen menggendong Serena ke ranjang, merebahkannya dengan hati-hati. Ada perasaan bersalah dalam hatinya.
Dalam hati Serena, dia senang karena di peluk dan digendong pria tampan. Serena memilih untuk tidur saja, besok dia akan memikirkan bagaimana cara merayu Yuwen.
Pagi hari berikutnya, Serena terbangun dan merasa lehernya sakit. Yuwen datang membawa segelas air jahe, Serena melanjutkan ektingnya dengan beringsut mundur ketakutan, bahkan matanya berkaca-kaca dan tubuhnya gemetar.
Yuwen yang melihat itu melotot samar, lalu mendekat. Tapi, Serena berteriak dengan ketakutan, dia harus melakukan sandiwaranya sampai tuntas, agar Yuwen masuk ke dalam jebakannya.
“AARRGGGGGHHH, AKU TIDAK MEMBUNUHNYA!!! AKU TIDAK TAU, AKU TIDAK TAU!!!.” Teriak Serena dengan air mata berlinang, terlihat memilukan.
“Tenanglah.” Yuwen berusaha meraih Serena.
“Jangan… jangan marah padaku, aku benar-benar tidak tahu.” Lirih Serena.
Yuwen duduk di sebelah Serena, menarik Serena dalam pelukannya. Berusaha menenangkan Serena agar mau diajak bicara, Serena tentu saja menikmati kesempatan dengan sebaik mungkin. Meskipun harus terus menangis dan terlihat menyedihkan.
“Katakan padaku, siapa Serena?.” Tanya Yuwen.
“Aku Serena, aku dari masa depan. Aku terjebak disini dan berusaha bertahan hidup, hanya dengan mengandalkan ingatan yang tertinggal di tubuh ini.” Ucap Serena.
“Buktikan padaku, mana mungkin aku percaya pada omong kosong semata kan?.” Ucap Yuwen, menarik dagu Serena agar mendongak menatapnya.
“Tentu saja, kau pasti akan tahu perbedaannya. Aku dan dia kan tidak sama, itu saja buktinya. Aku kan tidak punya apa-apa dan tidak punya siapa- siapa disini.” Ucap Serena.
“Namamu terlalu asing.” Ucap Yuwen.
“Karena aku memang orang asing kan? My name is Serena, Im From Disney, nice to meet you.” Serena mendadak bicara bahasa inggris dengan ngawur.
“Apa itu bahasa orang asing?.” Tanya Yuwen.
“Bagimu tentu saja itu asing.” Serena mengangguk.
“Lalu kenapa kau bisa menggunakan bahasa yang sama denganku, apa di masa depan bahasa ini masih digunakan?.” Tanya Yuwen.
“Pertama, aku tiba-tiba bisa karena tubuh ini fasih menggunakannya. Kedua, di masa depan bahasa ini disebut Bahasa Mandarin, ini bahasa yang sulit jadi hanya orang tertentu yang bisa menggunakannya.” Jujur Serena.
“Disana, kau ini apa?.” Tanya Yuwen.
“Aku? tentu saja manusia.” Heran Serena.
“Maksudku, apa kau orang kaya dan berpengaruh?.” Tanya Yuwen.
“Oh, tentu saja aku kaya raya.” Sombong Serena.
“Benarkah? Apa kau seorang Ratu? atau Tuan Putri?.” Yuwen penasaran.
“Hahahahh, tidak ada seperti itu lagi di masa depan. Tidak ada Raja atau pun Kaisar, Hanya ada Presiden. Siapa saja bisa jadi Presiden, asalkan dia pintar dan rakyat memilihnya. Intinya seperti itu.” Ucap Serena berusaha menjelaskan.
“Jadi kau Presiden?.” Ujar Yuwen.
“Bukan, aku ini Pebisnis. Aku wanita Karir, wanita yang memiliki Usaha besar dan penghasilan fantastis. Wanita yang tidak bergantung pada laki-laki.” Ucap Serena pamer.
“Orang sepertimu mau membersihkan rumah?.” Yuwen mulai curiga.
“Aku punya OCD.” Ucap Serena.
“Apa itu?.” Heran Yuwen.
“Seperti penyakit anti jorok dan kotoran. Aku paling tidak bisa melihat sesuatu yang tidak bersih dan rapih. Intinya seperti itu.” Ucap Serena.
Yuwen hanya menatap Serena, perlahan menurunkan Serena dari pangkuannya dan beranjak kembali ke dapur. Serena jadi kesal karena lagi-lagi dirinya di campakan.
“Mau kemana?.” Tanya Serena.
“Menjual hasil buruan ke kota, kau disini saja.” Ucap Yuwen.
“Tidak mau, aku mau ikut.” Kesal Serena.
“Perjalanannya jauh, kau akan kelelahan.” Ucap Yuwen.
“Kan ada kau yang akan menggendongku.” Kukuh Serena.
“Menurutlah, aku akan secepatnya kemabali.” Ucap Yuwen.
“Tidak, tidak mau. Kau punya selingkuhan di kota ya? Kau punya Istri lain disana?!!! Iyakan? Kau pergi menemui selingkuhanmu makanya aku tidak boleh ikut.” Desak Serena.
“Tidak ada yang seperti itu.” Ucap Yuwen.
“Bohong!.” Sungut Serena.
“Kau akan menyesal jika ikut.” Yuwen mulai lelah.
“Benar, aku akan menyesal karena melihatmu bersama selingkuhanmu.” Serena melotot.
“Hah…. Baiklah, ikut saja.” Yuwen kesal.
Serena buru-buru mandi dan ganti baju. Berlari menyusul Yuwen yang sudah siap di depan rumah. Mereka berjalan bersama, melewati hutan belantara, Serena berusaha mencari tetangga, tapi tidak ada satupun.
“Kenapa rumahmu terpencil begini? tidak ada tetangga.” Ujar Serena.
“Karena aku tidak suka hidup dengan mereka.” Jawab Yuwen.
Serena juga heran kenapa Yuwen memakai penutup wajah yang seperti cadar berwarna hitam. Memakai topi jerami dan terkesan menyembunyikan identitas, mata tajam Serena membunyikan sirine.
“Kayaknya dia ini orang penting yang lagi nyamar, atau justru buronan? Duh hidupnya penuh rahasia banget.” Batin Serena.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments
ᵉᶠ ↷✦; 𝓔 𝓵 𝓵 𝓮 ❞
bisa jadi Yuwen emang orang penting atau bahkan orang kerajaan
2025-10-25
1
Murni Dewita
nyimak
2025-10-25
1