Cahaya matahari pagi menembus celah pepohonan, membentuk garis-garis keemasan yang menari di udara lembab hutan. Li Yuanxin menggeliat kecil di atas batu besar yang semalam menjadi alas tidurnya. Bahunya pegal, rambutnya kusut seperti sarang burung.
“Haaah… punggungku kayak papan dilindas kereta naga,” gerutunya sambil menguap lebar. Ia menatap ke arah makhluk besar di depannya naga putih dengan tubuh sepanjang puluhan meter yang masih terbaring lemah, tapi napasnya sudah stabil.
Sisik-sisik naga itu berkilau halus diterpa sinar matahari, memantulkan cahaya seperti mutiara hidup. Li Yuanxin menatapnya lama, terkagum. “Cantik banget sih kamu kalau nggak ngeluarin aura membunuh kayak tadi malam.”
Tanpa membuka mata, suara berat terdengar langsung di kepalanya.
“Manusia berisik.” ujar sang naga
Li Yuanxin menyipitkan mata. “Eh, ini ucapan terima kasih atau hinaan, ya?”
Naga itu menggerakkan ekornya malas-malasan, menimbulkan hembusan angin kuat yang hampir membuat Li Yuanxin jatuh. Ia menahan rok lusuhnya agar tidak terangkat.
“Hei! Aku baru nolongin kamu semalaman! Gimana sih, dasar naga tanpa tata krama!” kesal Li Yuanxin
“Aku tidak pernah meminta pertolonganmu.” jawab naga enteng
“Dan aku juga nggak minta kamu jadi sopan. Tapi ucapan terima kasih nggak akan bikin sisikmu rontok, tahu?” ujar Li Yuanxin lagi
Suasana hening sejenak. Hanya suara sungai dan burung yang terdengar. Li Yuanxin melipat tangan di dada, menatap makhluk besar itu dengan pandangan jengkel tapi lucu.
Akhirnya, naga itu membuka matanya pupilnya tajam seperti perak cair. “Siapa namamu?”
“Nadra. Nadra Elianora… eh, tapi sepertinya di dunia ini namaku Li Yuanxin.” Ia menatap ke langit, berpikir. “Dua-duanya boleh sih, tergantung siapa yang manggil.”
“Nama yang aneh. Aku Qiu Long.” jawab si naga
Li Yuanxin mengedip. “Qiu Long? Kedengarannya keren. Artinya Naga Musim Gugur, ya?”
“Kau terlalu banyak bicara.” ujar Qiu Long kesal
“Dan kamu terlalu kaku.”Li Yuanxin nyengir, lalu menatap luka di sisi tubuh naga itu. “Masih sakit?”
“Tubuhku bisa sembuh sendiri. Tak perlu manusia rapuh seperti—” ujar Qiu Long terpotong
“Diam.” Suara Li Yuanxin memotong dengan cepat, tegas tapi ringan. “Kalau kamu terus keras kepala, lukamu malah tambah parah. Mau tahu kenapa kamu berdarah semalaman? Karena kamu terus ngeluarin aura kebanggaanmu yang berlebihan. Energi itu bikin lukanya lambat pulih.”
Qiu Long menatapnya dengan ekspresi kalau bisa disebut begitu seperti naga yang bingung. Tidak ada manusia berani memotong bicaranya, apalagi menguliahi dirinya dengan nada seenaknya.
“Kau berani mengajarkan aku tentang kekuatanku sendiri?” ujar Qiu Long
Li Yuanxin menatapnya balik tanpa takut. “Iya, karena kamu jelas nggak tahu cara istirahat yang benar. Mau aku bikin teh herbal penenang? Dijamin nggak pake racun.”
Naga Qiu Long itu mendengus, tapi diam. Li Yuanxin menepuk tangannya puas. “Nah, begitu. Dengerin perempuan, hidupmu lebih panjang.”
Ia berbalik menuju gubuk bambu mungilnya di tepi sungai, lalu membawa keranjang daun dan akar-akar kering. Qiu Long memperhatikannya diam-diam. Gerakannya cekatan, sama sekali tidak ragu meski berada di tengah hutan terlarang.
“Kau manusia, tapi tidak takut pada binatang buas?” tanya Qiu Long heran
“Takut? Oh, aku takut banget kalau disuruh bayar pajak. Tapi kalau cuma binatang, santai aja,” jawab Li Yuanxin tanpa menoleh.
Naga itu lagi-lagi terdiam. Ia tak tahu apakah harus marah atau kagum.
Beberapa jam kemudian, aroma ramuan herbal menguar di udara. Li Yuanxin duduk di samping naga itu dengan mangkuk besar berisi cairan hijau gelap.
“Nah, buka mulutmu.” pinta Li Yuanxin
“Apa?” tanya Qiu Long bingung
“Buka mulut. Kamu harus minum ini.” jawab Li Yuanxin
“Aku naga langit. Aku tidak menelan ramuan manusia—”
“Yaudah, mati aja kalau gitu.” ujar Li Yuanxin
Qiu Long menatapnya tak percaya. “Kau…”
“Apa?” Li Yuanxin mendekat, mengangkat alis menantang. “Aku udah repot-repot nyari daun giok putih yang cuma tumbuh di tebing, hampir jatuh juga. Kamu pikir aku rela kalau hasil jerih payahku mubazir cuma gara-gara naga sombong nggak mau minum obat?”
“Kau berani memerintahku?”
Li Yuanxin tersenyum lebar. “Iya. Karena kamu pasienku sekarang.”
Untuk pertama kalinya dalam hidupnya yang panjang, Qiu Long kehilangan kata. Ia menatap gadis kecil di depannya tubuh manusia yang tampak lemah, tapi sorot matanya… seolah menyimpan sesuatu yang jauh lebih besar dari dunia ini.
Akhirnya, dengan dengusan kesal, naga itu membuka sedikit mulutnya.“Cepatlah.”
Li Yuanxin bersorak pelan. “Nah, gitu dong, pasien patuh! Aaaa, buka mulut besar-besar~”
Suara tawa ringannya membuat Qiu Long sedikit menunduk bukan karena malu, tapi karena entah mengapa, auranya sedikit bergetar.
Setelah meminum ramuan itu (dengan ekspresi jijik yang amat kentara), Qiu Long memalingkan kepala.“Rasanya seperti lumpur.”
“Bagus. Artinya bekerja.” jawab Li Yuanxin
“Kau wanita aneh.”
“Dan kamu naga rewel.” Li Yuanxin berdiri, menepuk tangannya. “Oke, hari ini cukup. Kamu istirahat, jangan banyak gerak. Aku mau cari makan dulu.”
“Manusia, hutan ini penuh binatang buas. Kau bisa mati.”
“Tenang, aku jago bela diri.” Li Yuanxin tersenyum. “Lagipula, kalau aku mati, siapa yang obatin kamu?”
Ia berlari kecil ke arah barat sungai, meninggalkan naga putih yang diam memandanginya pergi.
Untuk sesaat, Qiu Long merasa ada sesuatu dalam dirinya yang bergetar bukan luka, tapi sesuatu yang lebih halus, seperti aliran energi aneh. Ia tidak menyadari bahwa sebagian kecil kekuatan spiritualnya mulai mengalir ke tubuh Li Yuanxin, menciptakan ikatan samar di antara mereka.
...----------------...
Di sisi lain hutan, Nadra atau Li Yuanxin menunduk memeriksa tanaman liar. Ia memetik buah ungu kecil dan menciumnya.
“Hmm, ini kayak beri tapi aromanya tajam. Jangan-jangan beracun.” Ia menggigit sedikit ujungnya, lalu meringis. “Iya, beracun. Catat: jangan dimakan.”
Tak jauh dari situ, seekor serigala abu-abu melompat keluar dari semak, menatap Li Yuanxin dengan taring terhunus.
“Ya ampun, aku ngomong beracun dikira doa ya?!” teriak Li Yuanxin refleks sambil mundur.
Serigala itu menyerang. Li Yuanxin berguling ke samping, mengambil tongkat bambu dan menangkis cakarnya. Gerakannya cepat, terlatih tubuh Li Yuanxin ternyata menyimpan refleks luar biasa.
“Wah, kayak latihan silat gratis nih!” serunya sambil menendang serigala itu ke arah pohon. Hewan itu meraung, lalu kabur dengan ekor di antara kaki.
Li Yuanxin berdiri, menepuk tanah di bajunya. “Nah, gitu dong, tahu diri.”
Ia tertawa kecil, tapi tak sadar dari balik awan, mata Qiu Long mengawasinya. Naga itu menatap gadis itu dengan tatapan sulit dijelaskan.
“Tubuh manusia, tapi bergerak seolah pernah menjadi pejuang surgawi… siapa sebenarnya dia?”
---
Sore tiba. Nadra kembali ke gubuk dengan sekumpulan umbi liar dan daun herbal di pelukannya. Ia meletakkannya di batu datar di dekat naga itu. “Nih, aku bawain camilan buat kamu.”
“Aku tidak makan makanan manusia.” ujar Qiu Long
“Bagus, lebih banyak buat aku.” Li Yuanxin duduk bersila dan mulai memanggang umbi di api kecil. Aroma hangus manis segera memenuhi udara.
Qiu Long menatapnya dengan ekor bergetar. “Kau benar-benar tidak tahu takut, manusia.”
Li Yuanxin mengunyah pelan, tersenyum. “Takut sih, tapi aku lebih takut lapar.”
Ia menatap naga itu yang mulai menatap ke langit, seolah melamun. Li Yuanxin mendekat sedikit. “Kamu nggak kesepian tinggal di hutan sendirian?”
“Aku tidak butuh teman.” jawab Qiu Long cepat
“Boong.” Li Yuanxin mencondongkan tubuh, menatap matanya. “Kalau nggak butuh teman, kenapa masih ngobrol sama aku?”
“Kau terlalu banyak bicara.” jawab Qiu Long cepat
“Karena kamu terlalu pendiam.” Li Yuanxin terkekeh, lalu mengelus sisik di dekat lukanya. “Tapi terima kasih udah nggak ngebakar aku pakai napas api. Itu kemajuan besar.”
“Aku tidak menggunakan api. Aku menguasai angin dan petir.” jawab Qiu Long
“Oh, wow. Berarti kamu naga cuaca! Bisa tolong bikin angin sepoi-sepoi pas aku lagi panas nanti?” ujar Li Yuanxin seenaknya
“Manusia bodoh.” ujar Qiu Long kesal
“Terima kasih!” jawab Li Yuanxin
Qiu Long mendengus, tapi matanya yang dingin sedikit melembut. Ia tak mengerti bagaimana gadis itu bisa membuatnya terus menahan tawa.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments
ᵉᶠ ↷✦; 𝓔 𝓵 𝓵 𝓮 ❞
suka banget sama pasangan ini, bikin heboh dan gokil /Facepalm/
juga, suka banget sama karakter nadra atau yuanxin.
karakter yang paling aku suka, apalagi ditambah jago kultivasi. the best deh
2025-10-10
1
🔵≛⃝⃕|ℙ$Fahira𝓛𝓲𝓷𝓰𝓧𝓲☕︎⃝❥
ya ampun, lucu banget, Yang satu sok jaim, yang satu lagi cerewet /Facepalm/
2025-10-10
0
Tiara Bella
lucu,kocak si Nadra ini.....yg satu cerewet yg satu kaku klop deh
2025-10-10
0