Reinkarnasi Sang Dewi Semesta
Hujan turun deras membasahi langit kota. Jalanan yang biasanya ramai kini sunyi, hanya suara air mengalir di parit yang menemani seorang gadis yang tengah berlari tanpa payung.
Nadra Elianora memegangi ponselnya yang sudah basah kuyup, wajahnya panik. “Aduh, kenapa juga aku lewat jalan taman?! Ini malah banjir... hah?”
Dari kejauhan, ia melihat sesuatu bergerak di permukaan danau yang meluap. Sosok kecil, seperti anak-anak yang terjatuh dan berusaha menggapai udara. Tanpa berpikir panjang, Nadra melempar tas dan melompat ke air.
“Tenang, dek! Kakak datang!” seru Nadra
Airnya dingin dan deras. Ia berenang sekuat tenaga, tangannya berhasil meraih lengan kecil anak itu dan mendorongnya ke tepian. Tapi arus balik menyeret tubuh Nadra kuat sekali.
“Haah....tunggu!” serunya, namun tubuhnya ditarik pusaran air. Dunia berputar, dadanya sesak, pandangannya kabur. Satu-satunya yang ia lihat terakhir kali hanyalah langit abu-abu dan bayangan seseorang memanggil namanya.
Gelap.
Sunyi.
Lalu…
Cahaya hangat menyentuh pipinya. Burung-burung bernyanyi. Aroma bunga liar mengisi udara.
“Ehmm?” Nadra membuka mata, menatap langit biru yang begitu jernih. Ia duduk perlahan, lalu membeku.
Di sekelilingnya ada pepohonan besar menjulang tinggi, air sungai berkilau jernih di sisi tubuhnya. Ia tidak sedang di rumah sakit. Tidak di kota. Tidak di dunia yang ia kenal.
“Aku… di mana ini?” gumamnya bingung.
Ia menatap tangannya ramping, pucat, dan berbeda dari biasanya. Lalu pandangannya jatuh pada bayangan di permukaan sungai. Wajah yang menatap balik bukan dirinya. Rambut hitam panjang terurai, kulit seputih salju, dan sepasang mata gelap yang lembut tapi tampak sedih.
“W-wait, ini bukan aku! Jangan-jangan… aku reinkarnasi kayak di novel-novel itu?” serunya kaget
Ia mencubit pipinya. “Aw! Aduh sakit! Jadi ini nyata?!”
Belum sempat berpikir lebih jauh, nyeri tajam menyerang kepalanya. Potongan kenangan asing membanjiri pikirannya, seorang gadis berpakaian sutra merah muda berlutut di tengah hujan, diseret pelayan keluar gerbang besar.
“Li Yuanxin, mulai hari ini kau bukan lagi tunangan Tuan Muda Mo! Kau menodai nama keluarga!”
“Tidak! Aku dijebak! Aku tidak melakukan apa pun!”
Namun tidak ada yang mendengarkan. Tubuh gadis itu dilempar ke sungai di belakang gunung.
Nadra memegangi kepala. “Oh Tuhan… jadi tubuh ini… tubuh gadis yang dibuang tunangannya?”
Ia menghela napas panjang. “Ceritanya klasik banget ya, tapi serius, nasibmu tragis banget, nona Li Yuanxin.”
Ia menatap aliran sungai yang tenang, lalu berdiri perlahan. “Kalau aku sudah dikasih tubuh ini, aku nggak akan biarkan hidupmu sia-sia. Kita balas dendam dengan elegan.”
Nada suaranya ringan, tapi sorot matanya tajam.
Hari pertama di dunia baru tidak mudah. Nadra berjalan menyusuri hutan, perutnya lapar, pakaian sutranya kotor penuh lumpur. Tapi semangatnya tak hilang.
“Setidaknya air sungainya jernih, bisa minum. Kalau lapar, tinggal cari buah liar. Hah, kayak camping, kan?” katanya sambil tertawa kecil.
Ia menemukan tempat datar dekat sungai dan mulai mengumpulkan ranting. Dengan pengetahuan modernnya, ia membuat api kecil menggunakan batu dan gesekan kayu.
“Terima kasih, Google, atas tutorial bertahan hidup yang dulu sering aku tonton!”
Setelah makan buah liar dan minum air, Nadra mulai memikirkan tempat tinggal. Ia mengambil batang bambu kering dan dedaunan lebar, lalu mulai membuat gubuk kecil sederhana.
Dua hari berlalu. Gubuk mungil itu akhirnya berdiri. Tak besar, tapi cukup untuk berlindung dari hujan. Ia menghias bagian depannya dengan bunga liar.
“Hmm, kalau ini dunia kuno, aku nggak tahu tahun berapa, tapi biarlah. Yang penting aku hidup.”Nadra yang sekarang sudah jadi Li Yuanxin
Sore itu, saat ia tengah mencuci di sungai, seekor kelinci putih muncul dengan kaki berdarah. Li Yuanxin langsung menghampiri.
“Kasihan kamu… sini, aku obati ya.”
Dengan hati-hati, ia mencuci luka itu, lalu menumbuk beberapa daun untuk dijadikan obat. Tangannya lincah seperti dokter sungguhan.
“Untung dulu aku suka baca buku herbal Cina, siapa tahu berguna… eh ternyata benar!” ujarnya sembari tersenyum
Kelinci itu menatapnya lama, lalu pergi setelah kakinya dibalut. Li Yuanxin tersenyum senang. Tapi malam harinya, suara gemuruh aneh terdengar dari hutan dalam.
Rasanya seperti raungan petir.
Ia keluar dari gubuk, menatap langit. “Petir? Tapi langitnya cerah…”
Tiba-tiba, kilatan cahaya putih menyambar di kejauhan. Tanah bergetar. Hewan-hewan berlarian menjauh.
Tanpa pikir panjang, Li Yuanxin mengambil tongkat dan berlari ke arah sumber cahaya.
Di tengah lembah, ia melihat sesuatu besar terbaring di antara pepohonan yang tumbang.
Seekor naga putih, bersisik berkilau dan bersayap besar, tubuhnya terluka parah. Darah peraknya mengalir ke tanah.
Li Yuanxin membeku. “Eeeeh… itu bukan… ular kan?”
Suara dalam yang berat menggema di kepalanya.
“Manusia kecil… beraninya kau mendekat?”
Nadra menatap naga itu, lalu bukannya takut malah mengangkat alis.
“Wah, kamu bisa bicara telepati juga? Mantap. Tapi hei, kamu berdarah parah tuh. Mau aku obatin?” tanya Li Yuanxin antusias
“Kau berani menawariku bantuan, padahal satu embus napasku bisa menghancurkanmu?”
Li Yuanxin menyilangkan tangan. “Ya terus mau gimana? Kamu mau mati di sini? Kalau kamu nggak mau aku bantu, ya udah, aku pergi. Tapi sayang banget, naga keren mati gara-gara gengsi.”
Naga itu diam. Tatapan matanya yang dingin berubah aneh. Tak ada manusia yang pernah berbicara seperti itu padanya.
“Kau… sungguh aneh.” ujar naga itu
“Terima kasih, aku sering dengar itu,” jawab Li Yuanxin santai. “Sekarang, diam dulu. Aku cari ramuan.”
Selama semalaman penuh, Li Yuanxin merawat luka naga itu tanpa takut. Ia mengganti perban dari daun, menumbuk herbal, bahkan memarahi naga karena bergerak terlalu banyak.
“Kalau kamu goyang lagi, jahitannya lepas, tau nggak?!”ujar Li Yuanxin
“Jahit? Apa itu?” tanya sang naga
“Ah sudah, kamu terlalu kuno. Pokoknya diam.” jawab Li Yuanxin
Meski terlihat konyol, perlakuan Nadra membuat naga itu terkesan. Esok paginya, ia menatap gadis itu yang tertidur di sampingnya setelah semalaman berjaga.
“Manusia ini… tidak seperti yang lain.”
Kilatan lembut muncul di matanya. Entah mengapa, di dada naga putih itu, sesuatu bergetar tanda awal dari kontrak spiritual yang belum ia sadari.
Dan dari kejauhan, langit tampak bergetar lembut, seolah semesta menyambut kembalinya sang jiwa yang dulu hilang.
Reinkarnasi Sang Dewi Semesta baru saja dimulai.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments
Tiara Bella
mampir Thor ...tp yg satu judul lg aku blm sempet mampir....banyak banget yg up aku bingung...
2025-10-10
1
beybi T.Halim
sdh mampir aku yaa👍👍💪💪💝💝semangat
2025-10-12
1
kaylla salsabella
lanjut Thor
2025-10-11
1