Nerina menatap kedua orang dihadapannya dengan mata membesar.
"Jadi selama ini Paman memang menjaga perbatasan antara dunia laut dan daratan?Berarti paman dan bibi juga seorang mermaid?"
"Benar, Nak. Itu sebabnya kami memilih tinggal di sini sebagai manusia. Dari luar, orang-orang melihat kami biasa saja, tapi sesungguhnya kami bagian dari lautan juga" Anna mengangguk pelan.
"Tapi meski kita menjaga, tetap saja ada manusia yang licik, yang sering merusak laut. Alia menimpali dengan suara lebih pelan.
"Kita tidak boleh mendahului prasangka. Itu sebabnya ibumu mengirimmu ke sini, Nerina. Mungkin waktunya kita bergerak lebih jauh daripada sekadar menjaga perbatasan, apalagi ini sudah sampai beberapa mermaid muda menghilang" Jason menepuk bahu Alia lembut.
"Aku ingin tahu siapa dalang di balik semua ini, Paman. Aku tidak bisa membiarkan saudara-saudariku menghilang begitu saja" Nerina mengangguk sorotan matanya tegas.
"Kalau begitu, kita akan membantumu. Kau tidak sendirian, Nerina. Ini juga tugas kita sebagai mermaid penjaga daratan" Anna menatap Nerina.
"Ya! Aku juga ingin ikut. Aku belum pernah ke laut, tapi aku bisa belajar banyak darimu. Dan kalau ada bahaya, kita bisa saling melindungi, kan?" Alia tersenyum bersemangat.
"Terima kasih aku benar-benar merasa tidak sendiri sekarang" Nerina menatap mereka semua, hatinya yang sempat berat mulai terasa lebih ringan.
"Kalau begitu, kita harus segera merencanakan langkah pertama. Dua mermaid lain yang ditugaskan di daratan juga harus kita hubungi. Mereka mungkin punya petunjuk soal hilangnya para mermaid muda itu"Jason bangkit berdiri, sorot matanya tajam.
"Sudah lah Jason,besok saja Nerina pasti cape"jelas Anna yang melihat keponakannya lelah.
"Iya ayah,hari ini aku mau bermain dengan Nerina"Alia tersenyum ke ayahnya.
"Ya sudah kalau begitu biar ayah dan ibu saja yang bertemu dengan dua penjaga yang lain"tegas sang ayah.
"Terimakasih paman"Nerina tersenyum.
"Makanlah nak"Anna menyendokkan nasi dan beberapa lauk ke piring Nerina.
Nerina bingung itu makanan apa karena bukan rumput laut yang biasa ia makan.
"Ini apa bi?"tanya Nerina bingung.
Nerina menatap piringnya lagi. Kuah bening dengan sayuran hijau masih mengepul, sementara potongan cokelat tipis renyah tersaji di sampingnya.
"Ini apa, Bi?" tanya Nerina polos, wajahnya bingung.
"Yang putih itu nasi kalau yang hijau itu sayur bayam, bagus untuk kesehatanmu. Dan yang ini tempe goreng. Coba dulu, Nak" Anna tersenyum lembut.
Nerina menatap sendoknya ragu, lalu mengambil sedikit kuah dan sayur bayam. Begitu masuk ke mulutnya, matanya langsung berbinar.
"Hangat sekali rasanya berbeda dengan rumput laut yang biasa kumakan"
"Tentu saja berbeda! Bayam itu favoritku. Coba tempenya, pasti kau suka" Alia tertawa.
Dengan hati-hati, Nerina menggigit sepotong tempe. Ia terdiam sebentar, lalu tersenyum lebar.
"Enak sekali makanan ini"
"Nah, mulai sekarang kau harus terbiasa dengan makanan daratan. Kau butuh tenaga untuk apa pun yang menantimu di sini" Jason tertawa kecil.
"Baiklah paman,aku senang berada disini" Nerina tertawa mulutnya dipenuhi makanan.
Setelah makan, Alia bangkit dari kursinya lalu menatap ke arah kedua orang tuanya.
"Ayah, Ibu bolehkah aku ajak Nerina jalan-jalan sebentar? Aku mau tunjukkan pantai di dekat sini kalau sore?"
Anna mengangguk sambil merapikan piring. "Boleh, tapi jangan terlalu lama. Jangan sampai kalian pulang malam malam"
Nerina menoleh ke Alia. "Pantai?"
"Iya" jawab Alia bersemangat sambil menggandeng tangannya.
"Ayo, kau pasti suka. Anginnya segar, dan kita bisa lihat laut dari sisi yang berbeda. Pasti kamu suka"
Nana mengelus elus kaki Nerina, mengeong kecil seolah tak mau ditinggal.
"Baiklah, ayo Nana ikut juga" kata Nerina sambil mengelus kepala kucing kecil itu.
Mereka berjalan beriringan keluar rumah, menyusuri jalan setapak menuju pantai. Suara debur ombak semakin jelas terdengar, sementara langit perlahan berubah jingga keemasan. Hingga sampailah ia di dekat pantai disana ada tiga orang pria muda seumuran Nerina dan Alia sedang meminum es kelapa.
"Itu apa yang berwarna hijau,kenapa mereka memakannya?"tanya Nerina bingung.
"Oh itu buah kelapa?kamu mau es kelapa?"tanya Nerina menatap penjual es kelepa yang disana ada tiga pria juga yang sedang menatap mereka.
"Itu Alia bareng siapa cantik banget anjir"kata salah satu pria tanpa berkedip.
"Kayak bidadari turun dari kayangan" guman salah satu pria disana.
"Ethan lo dekatilah gadis di sebelah Alia,cocok itu buat lo daripada lo cari gadis yang tidak tahu asal usulnya itu"kata salah satu pria.
"Males, gue harus menemukan gadis yang menyelamatkanku itu jacob"balas Ethan masi asyik menatap laut sambil meminum es kelapa ditangannya.
"Lupakan lah gadis itu,kita saja sudah mencari lama tidak ada dimana mana"balas Haidar.
"Sudahlah kalau kalian mau dekatilah sana"kesal Ethan.
Alia dan Nerina mulai mendekat ke arah penjual es kelapa itu walau Alia malas menemui pria pembuat onar itu. Hingga sampailah Alia dan Nerina disana dan benar saja apa yang dipikirkan Alia bahwa mereka akan menggoda.
"Halo neng cantik,beli es kelapa juga ya"sapa Haidar dengan senyum jahilnya.
"Ya menurut lo" Alia menatap Haidar dengan tatapan malas.
"Galak amat lo Al"Jacob terkekeh.
"Diem ga kalau kalian ganggu kita gue tampol juga lo satu satu"Alia mulai kesal.
Sedangkan Nerina hanya tersenyum canggung,tetapi tatapannya menatap ke arah Ethan seolah merasa bahwa mereka pernah bertemu disuatu tempat.
"Sudahlah kalian tidak usah mengganggu wanita"Jelas Ethan yang akhirnya menatap ke arah Alia dan Nerina.
Saat kedua bola matanya menatap ke arah Nerina,Ethan merasa hatinya berdegup hebat.
"Kenapa wanita itu seperti yang aku kenal?"batinnya merasa sudah pernah bertemu Nerina.
Ethan menatap Nerina dengan serius, mencoba mengenali wajahnya.
"Kita pernah bertemu?" tanyanya pelan.
"K-kamu siapa aku tidak kenal denganmu" Nerina menggeleng sedikit bingung dengan tingkah manusia yang menatapnya.
Ethan melangkah sedikit mendekat, matanya tak lepas dari wajah Nerina. Sorot matanya tajam, seolah berusaha membaca sesuatu yang tersembunyi. Saat matanya menatap leher Nerina, ia tersentak melihat sebuah kalung kerang yang tampak sangat familiar.
"Apa kalung itu?sepertinya aku pernah melihatnya" gumamnya dalam hati, jantungnya berdegup kencang. Ia ingin bertanya, tapi sebelum sempat mengucapkan sepatah kata pun, Alia menatapnya tajam dan bersuara keras.
"Ethan menjaulah dari saudaraku"Alia berteriak sorot matanya tajam seperti mau menerkam Ethan.
"Aduh than neng Alia marah marah mending kita pergi aja"kata Haidar mendekat ke arah Ethan.
Tetapi Ethan masi menatap Nerina dengan tatapan yang sulit diartikan,ia merasa bahwa gadis yang selama ini ia cari ada di depannya tetapi ia belum bisa memastikan.
"Ethan,awas ya lo sampai ganggu Nerina di depan gue,gue amuk juga lo" suara Alia penuh amarah, membuat Haidar dan Jacob terdiam dan mundur beberapa langkah.
Ethan segera mundur beberapa langkah sambil mengangkat kedua tangannya seolah merasa takut dengan amarah Alia.
"Oke...oke gue ga bakal ganggu dia. Tapi gue rasa pernah kenal dengan dia"kata Ethan sambil menunjuk Nerina.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments