Bab 5

Di ruang kerja pribadi Luis Figo, layar monitor menyala dengan kilatan merah. Sistem keamanannya mendeteksi serangan siber yang nyaris menembus dinding pertahanan digital organisasi.

Figo berdiri tegak, matanya menyipit di balik topeng.

“Siapa berani menyentuh wilayahku?” gumamnya.

Rafael yang berdiri di samping buru-buru meneliti laporan teknis.

“Tidak ada tanda-tanda dari geng lawan, Tuan. Bukan Bratva, bukan Triad. Gaya retasannya… berbeda. Lebih halus, seperti hanya mengamati, bukan menghancurkan.”

Figo terdiam sejenak. Tangannya mengetuk meja, ritmis. “Jadi seseorang hanya ingin tahu. Itu lebih berbahaya daripada mereka yang terang-terangan menyerang.”

Ia memberi instruksi singkat. “Lacak sumbernya. Aku ingin tahu siapa yang cukup bodoh atau cukup pintar untuk mengendus rahasia organisasiku.”

---

Di rumah mewahnya, Lydia menutup laptop dengan hati-hati. Ia menatap layar gelap yang kini memantulkan wajahnya sendiri.

Ia menyadari tadi malam ada sistem yang nyaris menangkap identitasnya. “Nyaris terlalu dalam,” gumamnya. “Itu bukan sistem biasa. Rasanya seperti… jaringan mafia kelas atas.”

Ia menyandarkan tubuh ke kursi, bibirnya membentuk senyum samar. “Lucu. Ternyata rumah ini bukan sekadar tempat tinggal, tapi juga pusat rahasia.”

Namun Lydia cepat-cepat menghapus jejak, menyembunyikan semua file dan aktivitasnya. Ia tahu, sekali saja ia ceroboh, sosok misterius bernama Luis Figo bisa mencium keberadaannya. Dan itu akan membuka banyak hal yang ia sembunyikan.

--

Beberapa jam kemudian, Lydia berjalan-jalan di taman rumah. Langkahnya ringan, tatapannya tenang. Beberapa pelayan menyapanya dengan penuh hormat.

Namun Sofia hanya berdiri di beranda, menatapnya dengan pandangan curiga. "Perempuan itu bukan gadis polos seperti kelihatannya," batinnya.

Lydia memetik bunga mawar putih, lalu meremas durinya hingga tangannya berdarah sedikit. Bukannya kesakitan, ia malah tersenyum tipis, seolah luka kecil itu tidak berarti.

Seorang pelayan terkejut. “Nyonya, tangan Anda!”

Lydia hanya menjawab ringan. “Tidak apa-apa. Aku sudah terbiasa.”

Tatapan Sofia makin tajam. “Kau… siapa sebenarnya, Lydia?”

---

Di Markas Figo

Malamnya, Rafael kembali dengan laporan.

“Kami menemukan sesuatu, Tuan. Hacker itu berasal dari jaringan pribadi… bukan organisasi. Dan lebih mengejutkan lagi, sinyal terakhir terlacak ke wilayah Anda sendiri—ke rumah besar.”

Mata Figo berkilat tajam. “Rumah besar?”

“Benar, Tuan.” Rafael menunduk. “Bisa saja ada pengkhianat di antara pelayan. Atau…” ia ragu sejenak, “…istri Anda.”

Ruangan mendadak hening. Hanya suara detak jam yang terdengar.

Figo berjalan pelan ke arah jendela. Tangannya mengepal di balik sarung tangan hitam. “Lydia…” bisiknya. “Apakah kau sekadar pion tak berdaya… ataukah sesuatu yang lain?”

---

Di kamar pribadinya, Figo membuka topeng perlahan. Wajahnya yang penuh luka samar dari masa lalu tampak jelas. Bekas sayatan di pelipis, garis keras di rahang, dan tatapan mata yang selalu dingin.

Ia menatap cermin, membayangkan wajah Lydia." Apa yang akan dia lakukan jika melihatku tanpa topeng ini? Akan takut? Atau akan berani menatap balik?"

Ada rasa penasaran yang jarang ia rasakan. Penasaran yang membuatnya gelisah.

“Aku tidak boleh goyah,” gumamnya. “Dia hanya wanita pengganti. Tidak lebih.”

Namun, dalam hati kecilnya, Figo tahu Lydia berbeda.

---

Lydia duduk di tepi ranjang, memandangi langit malam dari jendela besar. Ia memeluk lutut, diam tapi pikirannya sibuk. “Suamiku, pria bertopeng itu… mengapa ia begitu misterius? Mengapa meninggalkanku sendirian di sini?”

Ia meraba cincin di jarinya. Jika aku hanya pion, mengapa hatiku sedikit pun tidak menolak?

Hening malam terasa panjang.

Di tempat lain, Luis Figo berdiri di ruang kerja markasnya, menatap layar penuh data. Nama Lydia terlintas di pikirannya berkali-kali.

Dua orang yang terikat pernikahan tanpa cinta itu kini sama-sama gelisah, sama-sama penasaran, meski jarak memisahkan.

---

Pagi mulai menyingsing. Di rumah besar, Lydia berlatih bela diri diam-diam di ruang tersembunyi, tubuhnya lentur, gerakannya cepat dan mematikan. Sementara di markas mafia, Luis Figo bersiap menghadapi perang baru dengan geng lawan.

Keduanya tak sadar, jalan mereka akan segera bertemu bukan hanya sebagai suami-istri di atas kertas, tapi sebagai dua sosok penuh rahasia yang saling menguji.

“Segalanya baru dimulai,” bisik Lydia.

“Permainan ini semakin menarik,” ucap Figo hampir bersamaan.

...----------------...

Pagi itu, sinar matahari menembus jendela besar kamar Lydia. Ia terbangun lebih awal, seperti biasa, dengan tatapan teduh yang penuh perhitungan. Di mata semua pelayan, ia hanyalah seorang istri muda yang kalem dan terlalu baik hati. Tidak ada yang tahu bahwa semalaman ia sebenarnya meneliti peta jaringan rumah besar itu, mencari tahu jalur keluar masuk, posisi kamera tersembunyi, bahkan siapa saja pelayan yang berpotensi jadi mata-mata.

Lydia menutup bukunya cepat ketika Sofia tiba-tiba masuk tanpa mengetuk. “Nyonya, kenapa sudah bangun sepagi ini? Tidak sabaran menunggu Tuan Figo yang bahkan tidak pernah datang?” sindirnya dengan nada tajam.

Lydia hanya tersenyum. “Kebiasaan lama, aku memang terbiasa bangun pagi.”

Jawaban lembut itu justru membuat Sofia semakin jengkel.

---

Sementara itu, di markas utama, Luis Figo sedang duduk di ruang kerjanya yang penuh berkas hitam, peta jalur bisnis, dan dokumen transaksi. Tangannya menandatangani kontrak dengan dingin, matanya tajam meneliti setiap angka. Namun di sela-sela itu, pikirannya teralihkan.

Ia teringat pesan singkat yang semalam dikirimkan oleh pengawalnya: “Nyonya terlihat selalu tenang. Tidak pernah bertanya soal Tuan. Tidak pernah meminta ditemui.”

Hal sederhana itu justru menimbulkan tanda tanya besar dalam benaknya. Kebanyakan wanita yang dipaksa menikah dengannya pasti akan histeris, menolak, atau setidaknya menangis meminta penjelasan. Lydia berbeda. Diamnya terlalu anggun, terlalu rapi, seakan ia menyembunyikan sesuatu.

---

Hari itu, Lydia berjalan di taman rumah besar. Bunga-bunga mawar merah mekar indah, namun matanya justru memerhatikan kamera kecil di balik ranting. Dalam hati ia bergumam, “Jadi ini cara dia mengawasi… Luis Figo, kau bahkan tidak menyadari siapa sebenarnya orang yang kau jadikan istri pengganti.”

Di balik layar, Luis Figo memang sedang duduk menatap rekaman CCTV. Untuk pertama kalinya, ia memperhatikan Lydia lebih lama dari yang seharusnya. Wajah lembut itu, senyum kecil yang ia tunjukkan kepada pelayan, bahkan cara Lydia menyentuh bunga… Ada sesuatu yang tidak bisa ia pahami.

---

Sore hari, terjadi insiden kecil. Salah satu pelayan baru menjatuhkan nampan berisi gelas kaca, serpihan tajam berhamburan. Sofia bersorak pura-pura panik, “Hati-hati, Nyonya, nanti tanganmu terluka!”

Namun sebelum siapa pun sempat bereaksi, Lydia dengan cekatan menangkap satu gelas yang hampir pecah di tepi meja. Gerakannya terlalu cepat untuk ukuran seorang wanita lembut biasa. Pelayan lain tercengang, tapi Lydia segera menutupinya dengan senyum. “Hanya refleks… aku kebetulan sigap.”

Sofia memicingkan mata. Ia yakin baru saja melihat sesuatu yang tidak wajar.

---

Malamnya, Lydia kembali ke kamarnya. Ia menutup pintu, duduk di meja kecil, lalu menyalakan laptop mini yang ia sembunyikan. Jemarinya menari cepat, meretas jaringan kecil hanya untuk menguji keamanan sinyal rumah itu. Ia tersenyum tipis. “Tak seketat yang kubayangkan. Luis Figo, kau tidak tahu aku ada di sini untuk alasan yang lebih besar dari sekadar pengganti kakakku.”

Di tempat lain, Luis Figo menutup rekaman CCTV, merasa dadanya sesak tanpa alasan. Ia membenci dirinya sendiri karena mulai… penasaran.

Bersambung

Terpopuler

Comments

Tiara Bella

Tiara Bella

ayo temuin istrimu Luis Figo....dinikahin doang tp gk pernh ditemenin

2025-09-10

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!