Bab 3: Bekas Luka yang Tak Terlihat

Dulu, Noir adalah seorang anak kecil yang penuh mimpi. Langit yang kelabu tidak memengaruhi hatinya. Matahari yang terbit di pagi hari selalu memberinya harapan baru, dan dunia terasa luas, penuh dengan kemungkinan. Ia percaya bahwa cinta bisa menyembuhkan segalanya, bahwa kerja keras akan membuahkan hasil, dan bahwa kejujuran adalah mata uang yang paling berharga.

Dunia tampak seperti taman yang penuh dengan bunga, meski kadang terhalang oleh badai kecil.

Namun, waktu mengajarkan sesuatu yang jauh lebih pahit daripada yang ia bayangkan. Seiring bertambahnya usia dan menginjak dewasa, harapan-harapan itu mulai memudar, tergerus oleh realitas yang kejam. Dunia yang dulu tampak penuh keindahan kini terasa seperti tempat yang dipenuhi kebohongan.

Noir menyaksikan bagaimana para pemimpin dunia, yang dulu ia anggap bijaksana, hanya peduli pada kekuasaan dan keuntungan pribadi. Ia melihat banyak orang yang berjuang keras untuk bertahan hidup, namun dihina, diperas, dan dibuang oleh sistem yang sudah rusak.

Dunia yang ia bayangkan sebagai tempat yang adil, ternyata hanyalah permainan bagi mereka yang cukup kuat untuk mengendalikan roda kehidupan.

Dalam setiap langkahnya, Noir merasa semakin terperosok. Ia bekerja lebih keras, namun semakin ia bekerja, semakin ia merasa tidak berarti. Dunia ini tidak membutuhkan orang sepertinya. Dunia ini membutuhkan orang-orang yang bisa memanipulasi, yang tahu cara menipu dan berkompromi.

Kejujuran tidak lagi menjadi nilai, tetapi menjadi kelemahan yang mudah dimanfaatkan. Atasannya, yang dulu tampak seperti sosok yang mampu membimbing, kini menjadi sumber keputusasaan. Setiap kata yang keluar dari mulutnya adalah perintah yang menindas. Rekan-rekannya yang dulu tampak ramah, kini berubah menjadi musuh tersembunyi, mengejek, mencemooh, dan memperlakukan Noir seperti sampah.

Dengan setiap hari yang berlalu, Noir merasa dunia ini semakin kejam. Setiap harapan yang tumbuh di dalam dirinya hancur satu per satu, terinjak oleh kenyataan yang semakin tak tertahankan. Dulu, ia ingin dunia ini menjadi lebih baik. Kini, ia tahu bahwa dunia ini tidak peduli padanya.

Ia hanya menjadi bagian dari mesin besar yang menggiling semuanya menjadi debu. Dunia ini, menurutnya, adalah dunia yang penuh dengan kebusukan, tempat para penipu dan pembohong memegang kendali, sementara orang-orang seperti dirinya, yang pernah percaya akan kebaikan, hanya menjadi pion yang tersingkirkan.

Dunia ini telah mengubahnya. Dari seorang anak kecil yang naif yang percaya pada kebaikan, menjadi lelaki yang tahu betul bahwa hidup tidak lebih dari sekadar bertahan dalam kebusukan ini. Namun, meskipun ia begitu lelah dan frustasi, Noir tidak pernah benar-benar menyerah.

Mungkin, harapan itu sudah sangat tipis, namun ia masih mempertahankan sejumputnya, karena tanpa itu, hidupnya akan benar-benar kosong.

Setelah istrinya pergi dengan membawa anak bayinya, Noir merasa seakan-akan dunia runtuh di hadapannya. Kehidupan yang pernah ia bayangkan—yang penuh dengan harapan dan mimpi—terasa seperti reruntuhan yang hancur seketika. Dia berdiri di tengah ruangan kosong, memandang ke arah pintu yang tertutup rapat, seolah berharap bahwa semuanya hanya sebuah mimpi buruk.

Namun kenyataannya terlalu nyata. Istrinya yang dulu ia cintai, yang pernah menjadi pelengkap hidupnya, memilih untuk pergi tanpa kata-kata yang berarti. Anak bayinya, yang seharusnya menjadi sumber kebahagiaan dan semangatnya, kini juga hilang dari hidupnya.

Mereka pergi, meninggalkannya sendirian, seolah semua yang telah mereka bangun bersama selama bertahun-tahun hanya sebuah ilusi.

Noir merasa seperti dirinya telah dicuri dari dalam dirinya sendiri. Kosong. Ia merasa kosong, pikirannya seakan membeku dalam keheningan yang menyesakkan. Tidak ada lagi tujuan, tidak ada lagi alasan untuk terus bertahan. Ia tidak tahu lagi apa yang harus dilakukannya—apakah ia masih perlu berjuang untuk sesuatu yang bahkan tidak lagi ada?

Keadaan semakin buruk ketika ia harus kembali ke rutinitas hariannya. Kerja keras yang dulu memberinya kebanggaan kini hanya menjadi beban yang semakin menekan. Setiap pagi, ia terbangun dan melihat wajah kosong di cermin, seakan semua cahaya dalam dirinya telah padam. Ia mengingat wajah istrinya, senyum anaknya, dan bagaimana hidup mereka pernah terasa sempurna.

Semua itu kini hanya kenangan pahit yang terus menghantui setiap langkahnya.

Di tempat kerja, ia merasa semakin terasing. Ketika ia masuk ke ruangan itu, seakan dunia hanya ada di luar sana, dan ia hanyalah bayangan yang melayang di antara meja dan tumpukan pekerjaan yang tak ada habisnya. Rekan-rekannya?

Mereka hanya melihatnya sebagai alat—sebuah benda yang bisa dipakai dan dibuang begitu saja. Atasan yang dulu memberi harapan, kini hanya memberi perintah dan tekanan.

Kosong. Hanya kata itu yang mengisi pikirannya. Dan ketika malam tiba, Noir merasa bahwa keheningan rumah yang ia tinggali semakin menyesakkan, menambah berat beban yang sudah terlalu berat untuk dipikulnya. Rumah itu—yang dulunya penuh dengan tawa dan kebahagiaan—kini terasa seperti kuburan yang sunyi.

Episodes
1 Bab 1: Hujan dan Bayang-Bayang Keadilan
2 Bab 2: Kehancuran yang Abadi
3 Bab 3: Bekas Luka yang Tak Terlihat
4 Bab 4: Saat Keadilan Menjadi Iblis
5 Bab 5: Kebangkitan yang Kejam
6 Bab 6: Kematian dan Kehampaan
7 Bab 7: Awal yang Tragis
8 Bab 8: Bayang-Bayang yang Mengisi Kekosongan
9 Bab 9: Sebutir Harapan di Tengah Sampah
10 Bab 10: Kebencian di Bawah Hujan
11 Bab 11: Bertahan Hidup dalam Kebencian
12 BAB 12: Sebuah Kisah Usang di Tangan yang Luka
13 Bab 13: Jalan Baru Menuju Kebebasan
14 BAB 14: Jerat Kekuasaan dan Percobaan yang Kejam
15 Bab 15: Kebangkitan Sang Iblis
16 BAB 16: Akhir yang Terlupakan
17 BAB 17: Kelaparan dan Kelangsungan Hidup
18 BAB 18: Sungai dan Beri Liar
19 BAB 19: Jamur Beracun dan Sebuah Pelajaran Pahit
20 BAB 20: Bertahan Hidup dalam Hutan
21 BAB 21: Kabut dan Kereta yang Berderak
22 BAB 22: Pasar Budak dan Pembeli Tak Terduga
23 BAB 23: Milik John Vale
24 BAB 24: Kehangatan yang Mematikan
25 BAB 25: Sebuah Celah di Kubus Baja
26 BAB 26: Pilihan Akhir dan Bom Waktu
27 BAB 27: Kedatangan Liora
28 BAB 28: Harapan dan Kehancuran
29 BAB 29: Perjalanan ke Neraka
30 BAB 30: Dua Jiwa yang Retak dan Kesepian yang Mendalam
31 BAB 31: Panggilan dari Dalam Jurang
32 BAB 32: Kedatangan Sang Pangeran
33 BAB 33: Tambang Merah dan Bara Dendam
34 BAB 34: Perut Dunia yang Dilupakan
35 BAB 35: Celah di Perut Bumi
36 BAB 36: Terlupakan dan Terperangkap
37 BAB 37: Cahaya di Dalam Kegelapan
38 BAB 38: Buah Neraka dan Kelahiran Kembali
39 Bab 39: Warisan Sage
40 Bab 40: Malam di Lembah Kematian
41 Bab 41: Perpustakaan dalam Pikiran
42 Bab 42: Bangkitnya Sang Joker
43 Bab 43: Aktor Utama Naik Panggung
44 Bab 44: Pengadilan Bawah Tanah
45 Bab 45: Bidak Pertama Runtuh
46 Bab 46: Racun dan Pengkhianatan
47 Bab 47: Senyum di Balik Bayangan
48 Bab 48: Kebangkitan Raja Hitam
49 Bab 49: Menuju Jantung Neraka
50 Bab 50: Penjaga Pintu Terakhir
51 Bab 51: Medan Pertempuran Pikiran
52 Bab 52: Permainan Pikiran
53 Bab 53: Danau Ilusi
54 Bab 54: Pengkhianatan Terakhir
Episodes

Updated 54 Episodes

1
Bab 1: Hujan dan Bayang-Bayang Keadilan
2
Bab 2: Kehancuran yang Abadi
3
Bab 3: Bekas Luka yang Tak Terlihat
4
Bab 4: Saat Keadilan Menjadi Iblis
5
Bab 5: Kebangkitan yang Kejam
6
Bab 6: Kematian dan Kehampaan
7
Bab 7: Awal yang Tragis
8
Bab 8: Bayang-Bayang yang Mengisi Kekosongan
9
Bab 9: Sebutir Harapan di Tengah Sampah
10
Bab 10: Kebencian di Bawah Hujan
11
Bab 11: Bertahan Hidup dalam Kebencian
12
BAB 12: Sebuah Kisah Usang di Tangan yang Luka
13
Bab 13: Jalan Baru Menuju Kebebasan
14
BAB 14: Jerat Kekuasaan dan Percobaan yang Kejam
15
Bab 15: Kebangkitan Sang Iblis
16
BAB 16: Akhir yang Terlupakan
17
BAB 17: Kelaparan dan Kelangsungan Hidup
18
BAB 18: Sungai dan Beri Liar
19
BAB 19: Jamur Beracun dan Sebuah Pelajaran Pahit
20
BAB 20: Bertahan Hidup dalam Hutan
21
BAB 21: Kabut dan Kereta yang Berderak
22
BAB 22: Pasar Budak dan Pembeli Tak Terduga
23
BAB 23: Milik John Vale
24
BAB 24: Kehangatan yang Mematikan
25
BAB 25: Sebuah Celah di Kubus Baja
26
BAB 26: Pilihan Akhir dan Bom Waktu
27
BAB 27: Kedatangan Liora
28
BAB 28: Harapan dan Kehancuran
29
BAB 29: Perjalanan ke Neraka
30
BAB 30: Dua Jiwa yang Retak dan Kesepian yang Mendalam
31
BAB 31: Panggilan dari Dalam Jurang
32
BAB 32: Kedatangan Sang Pangeran
33
BAB 33: Tambang Merah dan Bara Dendam
34
BAB 34: Perut Dunia yang Dilupakan
35
BAB 35: Celah di Perut Bumi
36
BAB 36: Terlupakan dan Terperangkap
37
BAB 37: Cahaya di Dalam Kegelapan
38
BAB 38: Buah Neraka dan Kelahiran Kembali
39
Bab 39: Warisan Sage
40
Bab 40: Malam di Lembah Kematian
41
Bab 41: Perpustakaan dalam Pikiran
42
Bab 42: Bangkitnya Sang Joker
43
Bab 43: Aktor Utama Naik Panggung
44
Bab 44: Pengadilan Bawah Tanah
45
Bab 45: Bidak Pertama Runtuh
46
Bab 46: Racun dan Pengkhianatan
47
Bab 47: Senyum di Balik Bayangan
48
Bab 48: Kebangkitan Raja Hitam
49
Bab 49: Menuju Jantung Neraka
50
Bab 50: Penjaga Pintu Terakhir
51
Bab 51: Medan Pertempuran Pikiran
52
Bab 52: Permainan Pikiran
53
Bab 53: Danau Ilusi
54
Bab 54: Pengkhianatan Terakhir

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!