Dengan semangat baru yang membara di dadanya, Anya menyelesaikan pekerjaannya. Ia mengeringkan tangannya dan berjalan keluar dari dapur. Ia berniat mencari Revan, ingin berbicara dengannya.
Ia tahu, ia harus menetapkan batasan yang jelas dalam pernikahan ini. Ia tidak bisa membiarkan Revan memperlakukannya seperti objek lagi mulai sekarang.
Sampai pada akhirnya Ia menemukan Revan di ruang kerja, terlihat ia sedang berbicara dengan seseorang di telepon. Anya menunggu di luar pintu, mendengarkan percakapannya.
"Ya, aku sudah menikahinya," kata Revan dengan suara dingin.
"Semua berjalan sesuai rencana. Sekarang, kita bisa melanjutkan kesepakatan ini."
Anya tak terkejut mendengar kata-kata Revan ia tahu semua sandiwara tapi yang Anya tidak tahu kenapa harus dirinya? Ia merasa dimanfaatkan.
"Aku tahu, aku tahu," lanjut Revan.
"Tapi aku tidak peduli. Dia hanya alat untuk mencapai tujuanku."
Anya tidak bisa mendengar lebih jauh. Ia merasa dadanya sesak dan air matanya mengancam untuk tumpah. Ia berbalik dan berlari menjauh dari ruang kerja, meninggalkan Revan yang masih asyik dengan percakapannya.
Ia berlari tanpa arah, tanpa tujuan. Ia hanya ingin menjauh dari Revan, dari keluarganya, dari semua kepalsuan dan kebohongan. Ia berlari hingga ia tiba di taman belakang rumah, tempat bunga-bunga bermekaran dengan indah.
Anya berhenti dan terduduk di bangku taman, menangis tersedu-sedu. Ia merasa hancur dan putus asa. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Ia merasa terjebak dalam labirin yang tak berujung, tanpa ada jalan keluar.
Di tengah tangisnya, Anya melihat setangkai bunga mawar putih yang tumbuh di dekatnya. Bunga itu terlihat rapuh dan rentan, namun tetap tegar menghadapi terpaan angin.
Anya memetik bunga itu dan menggenggamnya erat-erat. Ia melihat pada bunga itu, seolah mencari kekuatan dan inspirasi. Ia menyadari, seperti bunga mawar putih itu, ia juga harus kuat dan tegar. Ia tidak boleh membiarkan keputusasaan menguasai dirinya
Ia tidak boleh membiarkan keputusasaan menguasai dirinya. Ia harus mencari cara untuk membebaskan diri dari pernikahan ini, untuk mewujudkan mimpinya, dan untuk menemukan kebahagiaannya sendiri.
Sambil menggenggam bunga mawar putih itu, Anya membuat sebuah keputusan. Ia akan bermain sesuai aturan Revan, namun dengan tujuan yang berbeda.
Ia akan berpura-pura menjadi istri yang patuh dan penurut, namun diam-diam ia akan merencanakan pelariannya. Ia akan mengumpulkan bukti-bukti tentang kesepakatan bisnis Revan, dan ia akan mengungkapkannya kepada dunia.
Ia tahu, ini adalah rencana yang berbahaya. Jika Revan mengetahui rencananya, ia akan menghadapi konsekuensi yang mengerikan.
Namun, Anya tidak takut. Ia siap menghadapi risiko apa pun, demi kebebasannya dan kebahagiaannya.
Ia berdiri dari bangku taman, menghapus air matanya dengan kasar. Ia menghirup udara segar dalam-dalam, mengisi paru-parunya dengan semangat baru.
Ia berjalan kembali ke dalam rumah, dengan langkah yang lebih mantap dan percaya diri.
Saat ia melewati ruang kerja, ia melihat Revan masih berbicara di telepon. Ia menatap Revan dengan tatapan yang dingin dan penuh namun, Revan tidak menyadari keberadaannya.
Anya melanjutkan perjalanannya menuju kamarnya. Ia ingin menyusun rencana pelariannya, mencari cara untuk mengumpulkan bukti-bukti, dan menghubungi orang-orang yang bisa membantunya.
Ia tahu, ini akan menjadi perjalanan yang panjang dan sulit. Namun, ia siap menghadapinya. Ia memiliki harapan, ia memiliki mimpi, dan ia memiliki tekad untuk membebaskan diri.
Anya melangkah cepat memasuki kamarnya dan menutup pintu. Ia mengunci pintu itu dari dalam, menciptakan benteng perlindungan bagi dirinya sendiri. Ia duduk di meja rias dan menatap dirinya di cermin.
"Aku akan melakukan ini," bisik Anya pada dirinya sendiri.
"Aku akan membebaskan diriku. Aku akan mewujudkan mimpiku. Dan aku akan bahagia."
Di atas meja rias, Anya melihat tiara pernikahannya. Ia meraih tiara itu dan menatapnya dengan tatapan sinis.
Tiara itu adalah simbol dari pernikahan paksa, simbol dari kepalsuan dan ketidakbebasan.
Tanpa ragu, Anya melempar tiara itu ke lantai.
Brak!
Tiara itu pecah berkeping-keping, seperti harapannya akan pernikahan yang bahagia. Namun, Anya tidak menyesal. Ia merasa lega. Ia merasa telah membuang beban yang selama ini menghantuinya.
Ia mengambil selembar kertas dan sebuah pena. Ia mulai menulis, merencanakan langkah-langkah yang harus ia ambil untuk membebaskan diri. Ia menulis dengan penuh semangat, menuangkan semua ide dan rencananya ke dalam kertas.
Ia menulis tentang bagaimana ia akan mengumpulkan bukti-bukti tentang kesepakatan bisnis Revan, bagaimana ia akan menghubungi orang-orang yang bisa membantunya, dan bagaimana ia akan melarikan diri dari rumah ini.
Ia menulis dengan hati-hati, memastikan bahwa rencananya sempurna dan tidak ada celah yang bisa dimanfaatkan oleh Revan. Ia tahu, ia harus berhati-hati. Jika Revan mengetahui rencananya, ia akan menghadapi konsekuensi yang mengerikan.
Namun, Anya tidak gentar. Ia siap menghadapi risiko apa pun, demi kebebasannya dan kebahagiaannya. Ia telah memutuskan, ia akan membebaskan diri. Dan ia akan melakukannya dengan segala cara.
Setelah selesai menulis rencananya, Anya menyembunyikan kertas itu di tempat yang aman. Ia kemudian mengambil buku catatan dan mulai menggambar. Ia menggambar desain gaun-gaun indah, gaun-gaun yang ia impikan untuk dikenakan oleh wanita-wanita di seluruh dunia.
Ia menggambar dengan penuh semangat, menuangkan semua kreativitas dan imajinasinya ke dalam gambar-gambar itu. Ia merasa hidup kembali. Ia merasa bahwa mimpinya masih hidup, dan ia akan mewujudkannya.
Anya terus menggambar hingga larut malam, melupakan semua masalah dan kesedihannya. Ia merasa bahagia dan damai untuk saat ini.
# Bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Zain malik
ini bakal rame kayak ny,,, coba karakter anya di pertegas lagi author,, ini sih sekadar saran ya
2025-08-26
2
Rita
semangat semangat semangat Anya mak2 mendukung mu ,penasaran juga Revan ada perjanjian apa
2025-08-26
0
Apriyanti
ayok Anya jamu pasti bisa 💪💪😘
2025-08-26
0