Ke Ladang Para Petani

Oliver Alexander memejamkan mata duduk santai di ruang kerjanya. Beberapa hari ini terasa sangat membosankan, rutinitas ini sungguh bukanlah gayanya. Papanya terlalu berlebihan mengirimnya ke desa ini.

Namun, ketenangannya tidak berlangsung lama.

“Pak Oliver,” suara Roni, asistennya masuk ke dalam ruangan. “Tadi ada pesan dari Pak Brata. Beliau ingin Anda ikut langsung meninjau panen tebu milik petani yang jadi pemasok utama pabrik.”

Oliver mendongak, alisnya bertaut. “Apa? Panen tebu?” Ia tertawa kering, sinis. “Aku ini direktur, Roni. Masa harus melihat petani memotong batang-batang kotor itu? Itu kerjaan mandor, bukan aku.”

Roni tetap tenang. “Saya mengerti, Pak. Tapi pesan dari Pak Brata jelas. Beliau ingin Anda sendiri hadir dan tidak ada bantahan. Katanya, kehadiran pewaris perusahaan akan membangun kepercayaan para petani.”

Oliver mengangkat tangannya, seolah menepis. “Omong kosong, petani itu hanya butuh uang dari hasil panennya. Mereka tidak peduli siapa yang datang. Kenapa aku harus meluangkan waktuku buat lumpur, debu, dan orang-orang bau keringat?”

Nada suaranya penuh jijik.

Roni tidak bergeming. Ia meletakkan sebuah map di meja Oliver. “Pak, saya harus sampaikan apa adanya. Pak Brata bilang, semua kegiatan Anda di sini sedang diawasi. Jika Anda menolak, laporan ini akan langsung sampai pada beliau.”

Kening Oliver berkerut, amarahnya jelas terlihat. Ia benci dikendalikan. Ia benci diatur, apalagi oleh ayahnya sendiri.

Namun di satu sisi, ia tahu tidak ada pilihan. Jika ayahnya menganggap ia tak sanggup mengurus satu pabrik, bagaimana mungkin ia akan dipercaya untuk memimpin perusahaan besar kelak?

Oliver mengembuskan napas kasar. “Baiklah, kita lihat panen sialan itu. Tapi aku tidak akan berlama-lama di sana.”

Beberapa jam kemudian, sebuah mobil hitam berhenti di tepi ladang luas. Dari dalamnya, Oliver turun dengan wajah masam. Udara panas bercampur bau tanah dan batang tebu yang baru ditebang membuat hidungnya gatal. Di depannya, puluhan petani sibuk memotong batang tebu, mengikatnya, lalu menumpuk ke gerobak. Keringat mengalir deras di wajah mereka, baju lusuh basah menempel di tubuh. Namun, senyum ramah tetap terukir ketika mereka melihat rombongan pabrik datang.

“Selamat siang, Pak,” sapa salah satu petani dengan sopan.

Oliver hanya mengangguk singkat, tangannya dimasukkan ke saku. Ia berdiri sedikit menjauh, berusaha tidak terlalu dekat dengan batang-batang tebu yang penuh tanah.

Roni sebaliknya, dengan ramah menjabat tangan para petani. “Kami datang untuk melihat langsung hasil panen. Terima kasih sudah bekerja keras.”

Para petani tampak lega. Kehadiran orang pabrik membuat mereka merasa dihargai.

Oliver melirik jam tangannya. Dalam hati ia mengutuk. Lama sekali ini semua, seharusnya sekarang aku duduk nyaman di ruang ber-AC sambil minum kopi, bukan menghirup bau keringat.

Oliver spontan menutup hidungnya pelan ketika seorang petani lewat, kausnya basah oleh keringat yang menetes deras. Bau keringat bercampur tanah dan panas matahari menusuk hidungnya.

“Ya Tuhan… beginikah tiap hari mereka? Lengket, bau, penuh lumpur…” gumamnya dalam hati.

Di saat yang sama, ia melirik Roni yang tampak biasa saja bercampur dengan para petani, bahkan sesekali menepuk bahu mereka sambil tersenyum ramah. Kontras itu makin membuat Oliver merasa salah tempat.

Tiba-tiba suasana ladang berubah. Beberapa petani berseru riang.

“Laras datang!”

Oliver menoleh, keningnya berkerut.

Seorang gadis muda berlari kecil mendekat sambil membawa bungkusan besar di tangannya. Senyumnya merekah, rambutnya yang dikuncir sederhana bergoyang mengikuti langkah. Pakaian sederhana yang ia kenakan terlihat bersih, meski jelas bukan barang mahal.

“Bapak, Laras bawain makan siang!” serunya ceria kepada seorang lelaki paruh baya yang ternyata ayahnya, Pak Hasan.

Para petani lain ikut bersorak gembira. Mereka sudah terbiasa dengan kehadiran Laras Maya. Gadis itu selalu membawa keceriaan ke ladang, seolah panas terik pun tak ada artinya jika ia hadir.

Oliver membeku sejenak. Wajah itu… gadis kampung yang beberapa hari lalu menolongnya, membuatnya jatuh ke lumpur, lalu menyeretnya dengan motor butut.

Laras pun menyadarinya. Matanya membesar, lalu dengan polos ia melambaikan tangan. “Eh, Om Oliver! Kok ada di sini juga?”

Oliver mendengus kecil. Astaga… Bisa-bisanya aku ketemu lagi sama gadis norak ini.

Laras tidak sadar dengan wajah masam Oliver. Ia sibuk membuka bungkusan makanannya, mengeluarkan nasi hangat, sayur asem, tempe goreng, dan sambal terasi. Aroma masakan sederhana itu langsung menyebar, membuat beberapa pekerja yang sedang lelah tersenyum lebar.

“Bapak, makan dulu mumpung makanannya masih hangat,” ucap Laras sambil menarik tangan ayahnya.

Setelah itu tanpa rasa sungkan, ia menoleh ke arah rombongan pabrik. “Om-Om dari pabrik pasti juga lapar ya? Saya bawa banyak, mari makan bareng.”

Oliver mendelik. Apa-apaan gadis ini? Menawarkan makanan kampung kepada kami? Pede banget.

Tapi sebelum ia sempat menolak, Roni sudah tersenyum ramah. “Wah, terima kasih, Dek. Baunya enak sekali.” Ia menerima sebungkus nasi dan langsung duduk bersama petani lain.

Beberapa staf pabrik ikut-ikutan. Mereka tampak senang sekali, bahkan memuji masakan Laras. “Waduh, tempenya renyah, enak banget. Sambalnya juga pas, mantap.”

Laras tertawa kecil, pipinya memerah karena dipuji. “Ah, itu cuma masakan sederhana kok, Om.”

Oliver hanya berdiri kaku. Tangannya terkepal di saku celana. Dalam hati ia terbakar, sungguh menyebalkan. Stafku dengan santainya duduk di tanah, makan nasi bungkus murahan, seolah itu makanan hotel bintang lima. Dan gadis ini… kenapa semua orang begitu terpesona dengan kepolosannya?

Laras menoleh padanya, tersenyum tulus. “Om Oliver nggak makan juga? Makanannya masih banyak loh.”

Oliver menatapnya dingin. “Tidak! aku tidak makan makanan seperti itu.”

Keheningan sempat turun. Roni menatap para petani tidak enak. Tapi Laras hanya mengangguk polos, sama sekali tidak tersinggung. “Oh, gitu ya Om. Kalau nggak biasa memang suka kaget. Gapapa, lebih baik buat yang lain saja.”

Karena ucapan Laras, suasana cair kembali. Mereka bercengkrama dan tertawa bersama. Sementara Oliver merasa makin terasing.

Setelah selesai meninjau dan rombongan bersiap pulang, Oliver masuk ke mobil dengan wajah masam. Roni ikut duduk di samping, tampak puas.

“Kunjungan kali ini sukses, Pak. Petani merasa dihargai, dan hubungan pabrik dengan mereka jadi lebih akrab.”

Oliver mendengus kasar. “Sukses? Aku lihat kalian semua seperti lupa diri. Duduk di tanah, makan nasi bungkus kampung, tertawa-tawa seolah itu pesta. Itu bukan caraku.”

Roni hanya tersenyum tipis. “Tapi itu caranya Papa Anda, Pak. Beliau pasti senang mendengar laporan hari ini.”

Oliver menutup mata, menahan jengkel. Hari ini lagi-lagi ia merasa kalah. Dan yang paling membuatnya muak, di balik semua kejadian itu ada wajah gadis kampung polos yang masih terbayang jelas.

“Brengsek, bukannya menghabiskan malam bersama gadis cantik aku malah selalu dipertemukan dengan gadis udik itu.” Gumamnya saat mobil melaju meninggalkan ladang.

Episodes
1 Tragedi Kubangan Lumpur
2 Motor Bebek Butut
3 Oliver tidak Jadi Berkencan
4 Ke Ladang Para Petani
5 Makan Masakan Laras
6 Oliver Terjatuh
7 Bermalam di Gubuk
8 Tidak Bisa Hilang dari Pikiran
9 Lulus
10 Day 1 Laras
11 Demi Bapak Laras Kuat
12 Laras Pingsan
13 Khawatir tapi Gengsi
14 Digrebek Warga
15 Menikah dengan Laras
16 Sah
17 Malam Pertama Yang Menyakitkan
18 Diterima dengan Baik
19 Penampilan Baru Laras
20 Dunia Malam Oliver
21 Semakin Menjadi
22 Di Kirim ke Pelosok
23 Pasutri Baru Pindah
24 Pertama Kali Satu Ranjang
25 Mulai Bekerja di Pabrik
26 Jejak Kecurangan
27 Aktivitas Pasutri di Desa
28 Butuh Tapi Gengsi
29 Laras ke Pabrik
30 Kecupan
31 Hubby
32 The Forgotten Princess of the Tyrant Emperor
33 Sipaling Hubby
34 Gagal Lagi
35 Berhasil Juga
36 Rencana Oliver
37 Diatas Kertas?
38 Jatuh Cinta?
39 Kedatangan Selena
40 Putusin Selena
41 Membujuk Laras
42 Belah Duren
43 Gemasnya Laras
44 Laras Nakal
45 Ganti Pentungan
46 Tidak Goyah
47 Pergi
48 Oliver Kalang Kabut
49 Zonk
50 Oliver Semakin Frustasi
51 Di Hati A yang Keluar B
52 Ajaran Soraya
53 Misi Jatah Oli
54 Tragedi Masak Memasak
55 Laras Berubah
56 Berjuang Memenuhi Keinginan Laras
57 Semakin Memburuk
58 Oliver Junior
59 Hoha Hohe Masa Lalu
60 Pusing Tujuh Keliling
61 Menyelesaikan Persoalan Mantan
62 Random tapi Bikin Klepek-klepek
63 Dikira Bocil
64 Gara-gara Lipbalm
65 Kejutan
66 Mirip Wajahnya, Jangan Kelakuannya
Episodes

Updated 66 Episodes

1
Tragedi Kubangan Lumpur
2
Motor Bebek Butut
3
Oliver tidak Jadi Berkencan
4
Ke Ladang Para Petani
5
Makan Masakan Laras
6
Oliver Terjatuh
7
Bermalam di Gubuk
8
Tidak Bisa Hilang dari Pikiran
9
Lulus
10
Day 1 Laras
11
Demi Bapak Laras Kuat
12
Laras Pingsan
13
Khawatir tapi Gengsi
14
Digrebek Warga
15
Menikah dengan Laras
16
Sah
17
Malam Pertama Yang Menyakitkan
18
Diterima dengan Baik
19
Penampilan Baru Laras
20
Dunia Malam Oliver
21
Semakin Menjadi
22
Di Kirim ke Pelosok
23
Pasutri Baru Pindah
24
Pertama Kali Satu Ranjang
25
Mulai Bekerja di Pabrik
26
Jejak Kecurangan
27
Aktivitas Pasutri di Desa
28
Butuh Tapi Gengsi
29
Laras ke Pabrik
30
Kecupan
31
Hubby
32
The Forgotten Princess of the Tyrant Emperor
33
Sipaling Hubby
34
Gagal Lagi
35
Berhasil Juga
36
Rencana Oliver
37
Diatas Kertas?
38
Jatuh Cinta?
39
Kedatangan Selena
40
Putusin Selena
41
Membujuk Laras
42
Belah Duren
43
Gemasnya Laras
44
Laras Nakal
45
Ganti Pentungan
46
Tidak Goyah
47
Pergi
48
Oliver Kalang Kabut
49
Zonk
50
Oliver Semakin Frustasi
51
Di Hati A yang Keluar B
52
Ajaran Soraya
53
Misi Jatah Oli
54
Tragedi Masak Memasak
55
Laras Berubah
56
Berjuang Memenuhi Keinginan Laras
57
Semakin Memburuk
58
Oliver Junior
59
Hoha Hohe Masa Lalu
60
Pusing Tujuh Keliling
61
Menyelesaikan Persoalan Mantan
62
Random tapi Bikin Klepek-klepek
63
Dikira Bocil
64
Gara-gara Lipbalm
65
Kejutan
66
Mirip Wajahnya, Jangan Kelakuannya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!