Oliver tidak Jadi Berkencan

Langkah Oliver Alexander terdengar berat ketika ia memasuki area pabrik. Baju yang menempel di tubuhnya benar-benar bukan dirinya, kemeja lusuh milik seorang lelaki desa, celana kain longgar yang kebesaran di pinggang, serta sandal jepit murahan. Para karyawan yang baru saja menyapunya di halaman pabrik nyaris menahan tawa. Beberapa mencoba menunduk sopan, tapi bisik-bisik dan lirikan geli tak bisa disembunyikan.

Oliver bisa merasakan tatapan itu menusuk harga dirinya. Dahi pria berusia tiga puluh lima tahun itu berkerut dalam, rahangnya menegang. Ia sudah cukup kesal karena mobilnya mogok di tengah jalan, lalu terpaksa menerima tumpangan dari seorang gadis kampung norak. Kini, ditambah lagi harus menanggung malu di depan karyawannya sendiri.

“Roni!” suaranya berat, penuh wibawa meski balutan pakaian itu jelas mengurangi aura biasanya.

Seorang pria paruh baya, sekretaris pribadinya, segera mendekat. “Ya, Pak Oliver?”

“Siapkan kamar mandi setelan untukku sekarang juga.”

“Baik, Pak.”

Oliver menghela napas kasar. Dalam hatinya bergumam, ‘Sial, semua ini gara-gara gadis kampung itu. Kalau bukan karena dia, aku nggak akan jalan pakai baju begini.'

Kamar mandi khusus tamu perusahaan langsung dibuka untuknya. Oliver masuk tanpa banyak bicara, melepaskan satu per satu pakaian desa yang membuatnya gatal. Begitu air dingin mengguyur tubuh tegapnya, ia mendengus lega.

Setelah selesai, ia mengenakan kemeja putih bersih dan jas mahal yang baru diambil asistennya dari koper. Rambut hitamnya disisir rapi, wajah tampannya kembali berwibawa. Saat menatap pantulan dirinya di cermin, senyum tipis muncul di bibirnya.

Namun tiba-tiba, bayangan wajah seorang gadis muda menyelinap begitu saja di kepalanya. Senyum lugu, mata bulat bening, dan motor butut yang nyaris ambruk saat memboncengnya tadi.

Oliver spontan mendengus kesal. “Aneh, masih ada aja cewek sepolos itu. Norak banget,” gumamnya pada cermin.

Tak lama setelah mandi dan berganti pakaian, Oliver sudah duduk di kursi utama ruang rapat pabrik. Meski hidupnya termasuk awur-awuran, saat bekerja wibawanya pebisnisnya tetap mampu membuat manajer-manajer lokal duduk lebih tegak.

“Produksi bulan ini turun tiga persen,” lapor salah satu kepala bagian.

Oliver mengetuk meja dengan ujung jarinya. “Perbaiki! aku tidak suka alasan. Pabrik ini harus jalan stabil.”

Jelas ini tidak hanya demi keuntungan perusahaan, Oliver punya tujuan terselubung. Ia tidak ingin menghabiskan waktunya di sini, jalanan berlumpur bukanlah dunianya.

Beberapa kepala menunduk. Rapat berlanjut, laporan demi laporan dibacakan. Hingga tiba-tiba salah seorang manajer HRD angkat bicara, “Pak Oliver, terkait rekrutmen karyawan baru… sudah ada banyak pelamar dari desa sekitar. Tapi rata-rata Pendidikan masih dibawah standar, lulusan SMA.”

Kata pelamar dari desa itu membuat kepala Oliver berdenyut sebentar. Ingatannya langsung melayang pada gadis yang tadi mengajaknya naik motor butut, dengan semangat polosnya berkata ingin bekerja di pabrik ini. Bayangan gadis dengan pakaian sederhana, rambut dikepang dua, wajah tanpa polesan make-up, dan cara bicaranya yang terlalu jujur.

Bagaimana bisa cewek seperti itu masih ada di zaman sekarang? pikirnya. Kalau di kota, gadis seusianya pasti sudah berdandan, belajar untuk membuat pria tergoda. Bukan malah polos bego kayak gitu.

Ia menggeleng kecil. Lucu juga sih, tapi jelas bukan tipeku. Aku lebih suka yang cantik, seksi dan tahu cara bermain. Bukan anak kampung yang manggil ‘Om’ berkali-kali. Oon!

Kendati demikian, ada rasa aneh yang muncul. Gadis itu benar-benar tidak terlihat kagum padanya. Biasanya, wanita-wanita selalu terpana saat bertemu Oliver Alexander dengan wajah tampan, tubuh atletis, dan status pewaris perusahaan besar. Tapi gadis itu? Ia malah ribut sendiri, sibuk memastikan motor tuanya tidak mogok, bahkan berani menyuruh Oliver pakai baju ayahnya.

Pengalaman konyol, memalukan sekaligus… berhasil membuatnya emosi bukan kepalang.

“Pak Oliver, Pak!” panggilan dari HRD membuatnya tersadar.

Oliver berdeham, pura-pura menyimak laporan. Namun otaknya sibuk sendiri. Hingga akhirnya ia berkata datar, “Tunjukkan daftar pelamar itu padaku. Aku ingin lihat kualitas mereka.”

HRD segera menyerahkan map berisi puluhan nama. Oliver membuka lembaran-lembaran itu satu per satu. Nama-nama khas desa, usia muda dan rata-rata lulusan SMA. Matanya menelusuri, namun tak ada satu pun yang menempel di kepalanya.

Oliver mendesah pelan. Sial… aku bahkan lupa nanya namanya. Ngapain buang-buang waktu lihat daftar ini.

Ia menutup map itu dengan kasar, lalu mendorongnya kembali ke arah manajer. “Kalian saja yang urus. Pastikan yang diterima punya kualitas. Aku tidak mau karyawan yang hanya jadi beban alias jalur nepotisme.”

“Baik, Pak Oliver.”

Setelah rapat bubar, Oliver kembali ke ruangannya. Ia melepaskan jas, menyandarkan tubuh di kursi empuk, dan mengambil ponsel. Ia membuka kontak. Deretan nama wanita muncul di layar. Semuanya cantik, tubuh semampai, seksi dan menggoda.

“Hmm…” Oliver menelusuri daftar itu, lalu menekan salah satu nama. Bibirnya melengkung miring. “Hey, sayang. Malam ini kosong? Aku butuh ditemani oleh wanita cantik.”

Suara manja seorang wanita seksi terdengar di ujung telepon. Oliver terkekeh pelan. Ya, ini baru hidupku. Bukan gadis kampung lugu yang bikin repot itu.

Namun meski sudah ia tepiskan, sesaat sebelum menutup mata, wajah Laras sempat melintas lagi di benaknya dan itu membuatnya mendengus kesal.

Kenapa juga aku masih ingat dia? Sialan.

“Oke Sayang, see you tonight Baby!” Oliver tertawa pelan, akhirnya…

Namun tawa itu terhenti ketika ponselnya bergetar lagi. Nama yang muncul membuat wajah Oliver mengeras, Dad.

Dengan malas, ia mengangkat. “Ya, Pa?”

Suara berat ayahnya terdengar tegas dan tanpa basa-basi. “Gimana di sana?’

Olover menjawab dengan cepat, “Aman Pa, nanti malam aku bisa balik ke Jakarta.”

“Tidak, Papa ingin kamu tetap di sana. Kamu harus belajar menangani pabrik itu sendiri. Papa sudah menugaskan beberapa orang untuk mengawasi kegiatanmu. Jangan macam-macam.”

Oliver meremas gagang ponsel. “Nggak bisa gitu dong Pa, aku sudah ada janji penting malam ini.”

“Janji dengan siapa, hah? Dengan salah satu perempuan mainanmu? Hentikan, Oliver! Kau pewaris perusahaan perusahaan. Kalau kau tidak bisa mengurus satu pabrik, bagaimana Papa bisa percaya menyerahkan perusahaan keluarga kita padamu? Tidak ada bantahan, kalau kamu tetap bersikeras maka bersiaplah, sepeserpun warisan dari Papa tidak akan jatuh ke tangan kamu”

Klik.

Telepon terputus sepihak.

Oliver membanting ponsel ke meja. Rahangnya mengeras, matanya memancarkan amarah.

Brengsek, tua bangka sialan. Selalu saja menghalangi kesenanganku.

Dengan kesal ia membuka kembali chat pacarnya. Jemarinya mengetik singkat ‘Cancel. Aku sibuk.’

Ia bersandar di kursi, menutup mata. Rasa frustasi semakin menumpuk. Dan yang paling membuatnya jengkel, panggilan dan pesan berulang dari pacarnya memenuhi layar ponselnya tidak terima pertemuan mala mini di cancel.

Oliver tidak tinggal diam, ‘Kita putus!’

Pesan itu sudah terkirim, Oliver segera memblokir kontaknya.

Terpopuler

Comments

Ratih Tupperware Denpasar

Ratih Tupperware Denpasar

gampang banget muyusin cewek/Facepalm//Facepalm/. awa lho om ntar jatuh cintrong sama gadis lugu polos

2025-08-22

0

Ratih Tupperware Denpasar

Ratih Tupperware Denpasar

lanjut kak

2025-08-22

0

lihat semua
Episodes
1 Tragedi Kubangan Lumpur
2 Motor Bebek Butut
3 Oliver tidak Jadi Berkencan
4 Ke Ladang Para Petani
5 Makan Masakan Laras
6 Oliver Terjatuh
7 Bermalam di Gubuk
8 Tidak Bisa Hilang dari Pikiran
9 Lulus
10 Day 1 Laras
11 Demi Bapak Laras Kuat
12 Laras Pingsan
13 Khawatir tapi Gengsi
14 Digrebek Warga
15 Menikah dengan Laras
16 Sah
17 Malam Pertama Yang Menyakitkan
18 Diterima dengan Baik
19 Penampilan Baru Laras
20 Dunia Malam Oliver
21 Semakin Menjadi
22 Di Kirim ke Pelosok
23 Pasutri Baru Pindah
24 Pertama Kali Satu Ranjang
25 Mulai Bekerja di Pabrik
26 Jejak Kecurangan
27 Aktivitas Pasutri di Desa
28 Butuh Tapi Gengsi
29 Laras ke Pabrik
30 Kecupan
31 Hubby
32 The Forgotten Princess of the Tyrant Emperor
33 Sipaling Hubby
34 Gagal Lagi
35 Berhasil Juga
36 Rencana Oliver
37 Diatas Kertas?
38 Jatuh Cinta?
39 Kedatangan Selena
40 Putusin Selena
41 Membujuk Laras
42 Belah Duren
43 Gemasnya Laras
44 Laras Nakal
45 Ganti Pentungan
46 Tidak Goyah
47 Pergi
48 Oliver Kalang Kabut
49 Zonk
50 Oliver Semakin Frustasi
51 Di Hati A yang Keluar B
52 Ajaran Soraya
53 Misi Jatah Oli
54 Tragedi Masak Memasak
55 Laras Berubah
56 Berjuang Memenuhi Keinginan Laras
57 Semakin Memburuk
58 Oliver Junior
59 Hoha Hohe Masa Lalu
60 Pusing Tujuh Keliling
61 Menyelesaikan Persoalan Mantan
62 Random tapi Bikin Klepek-klepek
63 Dikira Bocil
64 Gara-gara Lipbalm
65 Kejutan
66 Mirip Wajahnya, Jangan Kelakuannya
Episodes

Updated 66 Episodes

1
Tragedi Kubangan Lumpur
2
Motor Bebek Butut
3
Oliver tidak Jadi Berkencan
4
Ke Ladang Para Petani
5
Makan Masakan Laras
6
Oliver Terjatuh
7
Bermalam di Gubuk
8
Tidak Bisa Hilang dari Pikiran
9
Lulus
10
Day 1 Laras
11
Demi Bapak Laras Kuat
12
Laras Pingsan
13
Khawatir tapi Gengsi
14
Digrebek Warga
15
Menikah dengan Laras
16
Sah
17
Malam Pertama Yang Menyakitkan
18
Diterima dengan Baik
19
Penampilan Baru Laras
20
Dunia Malam Oliver
21
Semakin Menjadi
22
Di Kirim ke Pelosok
23
Pasutri Baru Pindah
24
Pertama Kali Satu Ranjang
25
Mulai Bekerja di Pabrik
26
Jejak Kecurangan
27
Aktivitas Pasutri di Desa
28
Butuh Tapi Gengsi
29
Laras ke Pabrik
30
Kecupan
31
Hubby
32
The Forgotten Princess of the Tyrant Emperor
33
Sipaling Hubby
34
Gagal Lagi
35
Berhasil Juga
36
Rencana Oliver
37
Diatas Kertas?
38
Jatuh Cinta?
39
Kedatangan Selena
40
Putusin Selena
41
Membujuk Laras
42
Belah Duren
43
Gemasnya Laras
44
Laras Nakal
45
Ganti Pentungan
46
Tidak Goyah
47
Pergi
48
Oliver Kalang Kabut
49
Zonk
50
Oliver Semakin Frustasi
51
Di Hati A yang Keluar B
52
Ajaran Soraya
53
Misi Jatah Oli
54
Tragedi Masak Memasak
55
Laras Berubah
56
Berjuang Memenuhi Keinginan Laras
57
Semakin Memburuk
58
Oliver Junior
59
Hoha Hohe Masa Lalu
60
Pusing Tujuh Keliling
61
Menyelesaikan Persoalan Mantan
62
Random tapi Bikin Klepek-klepek
63
Dikira Bocil
64
Gara-gara Lipbalm
65
Kejutan
66
Mirip Wajahnya, Jangan Kelakuannya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!