Bab 3 : Hujan Turun

Pandu membawa Lilia menuju tempat parkir sepeda ontelnya, yang terletak di sudut jalan yang tenang. "Ayo naik," kata Pandu dengan senyum yang sedikit dingin. Lilia terkejut melihat sepeda ontel itu, yang terlihat sangat jadul dan primitif dibandingkan dengan teknologi canggih yang dia kenal di dunia modern.

"Sial, aku lupa kalau latar waktu novel ini tahun 1983," kesal Lilia dalam hati, sambil mengingat kembali cerita yang dia baca. Tapi tiba-tiba, dia tersenyum sendiri. "Artinya hanya aku yang modern di sini. Mencari uang dan menjadi kaya raya sangat mudah di zaman ini." Lilia tidak jadi kesal, dan malah merasa bersemangat dengan kesempatan yang ada di depannya.

"Ayo naik, aku hanya pakai sepeda hari ini. Mobilku di markas," kata Pandu lagi, sambil menatap Lilia dengan mata yang tajam.

"Kamu punya mobil?" tanya Lilia, dengan nada yang sedikit tidak percaya.

"Aneh, kamu sudah tau sejak awal. Kenapa bertanya lagi?" Pandu kembali bingung melihat perubahan sikap Lilia, yang sepertinya tidak konsisten dengan karakternya yang biasa.

Tapi Lilia tidak peduli dengan kebingungan Pandu. Dia malah tersenyum sendiri, sambil memikirkan kemungkinan yang ada di depannya. "Benar juga, Kak Pandu di novel ini adalah Kolonel yang sangat di hormati. Diakhir cerita dia menikah dengan Diah dan dilantik jadi Jenderal besar. Wow ... Punya suami jenderal boleh juga ... Dia tidak boleh ku lepas, sebelum kembali ke dunia asalmu, aku harus jadi ibu jenderal besar dulu." Lilia tersenyum sendiri, sambil membayangkan kehidupan yang akan dia jalani di dunia ini.

"Tunggu apa lagi? Ayo!" titah Pandu lagi, sambil menatap Lilia dengan mata yang tajam. Lilia mengangguk, dan dengan senyum cerah, dia menaiki sepeda Pandu. Saat berada di belakang Pandu, Lilia menikmati setiap langkah di jalan, merasakan kebebasan dan kebahagiaan yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya.

Sebagai agen wanita di dunia modern, Lilia tidak pernah setenang dan sebahagia ini sebelumnya, karena hidupnya selalu dipenuhi dengan hal-hal berbahaya yang bisa merenggut nyawanya dalam sekejap jika dia lengah. Tapi sekarang, dia merasa seperti kembali ke masa kecil, ketika hidup masih sederhana dan tidak ada ancaman yang mengintai.

Tanpa sadar, kedua tangan Lilia melingkar di pinggang Pandu, merasakan kehangatan tubuhnya. Saat melewati beberapa anak-anak dan warga di jalan, sebelah tangan Lilia melambai menyapa mereka, dengan senyum yang cerah dan hangat. Anak-anak desa menatap Lilia dengan mata yang lebar, tidak percaya bahwa Lilia bisa tersenyum seperti itu.

"Bu, kenapa Lilia tersenyum? Tumben, biasanya juga cemberut," kata salah satu anak desa, sambil menatap ibunya dengan mata yang penasaran.

"Mungkin dia gila," jawab ibunya, sambil menggelengkan kepala.

Diah Ayu juga melihat Pandu dan Lilia berada di atas sepeda dengan mesra, dan dia tidak bisa menahan rasa tidak suka yang muncul di dalam hatinya. Sudah lama Diah naksir pada Pandu, dan kalau bukan karena Lilia, pasti mereka sudah menikah sekarang.

"Lilia, Kak Pandu hanya milikku. Aku tidak sudi kau jadi istrinya," kesal Diah dalam hati, sambil mengepalkan tangannya dengan keras. Dia tidak akan membiarkan Lilia merebut Pandu darinya, tidak akan membiarkan Lilia menghancurkan kebahagiaannya.

"Dimana rumah kami? Kok belum sampai juga?" tanya Lilia dalam hati. Pasalnya sudah bersepeda begitu jauh, mereka tak kunjung sampai tujuan. "Apa mungkin karena memakai sepeda jadi terasa begitu lambat?" kata Lilia lagi dalam hati.

Sekarang mereka tengah melalui jalan persawahan yang gersang dan tandus. Di kanan dan kiri jalan tampak tanaman padi yang layu dan kering, akibat kemarau yang panjang. "Kak Pandu, kenapa sawah para warga tandus?" tanya Lilia, sambil menatap sawah dengan mata yang peduli.

Pandu menjawab dengan serius, "Sudah enam bulan musim kemarau, tidak ada hujan. Tanah kering, panen gagal, bahkan sumur para warga banyak mengering. Satu-satunya sumber air yang masih tersisa hanya sungai kecil di sana yang terhubung dengan danau tadi." Pandu agak aneh dengan pertanyaan Lilia, terlebih sebelumnya Lilia tidak pernah peduli dengan urusan seperti kekeringan.

Lilia bertanya lagi, "Apa pemerintah tidak membantu warganya?" Pandu menjawab dengan jujur, "Bukan cuma desa kita yang kekeringan, di seluruh negeri pun sama. Sekarang pemerintah sedang mengupayakan bantuan mereka, hanya saja belum maksimal."

"Payah sekali. Kak Pandu, apa kamu mau aku menurunkan hujan untuk kalian?" tawar Lilia.

"Jangan bicara aneh!"

"Baiklah, aku akan buktikan. Hujan, turunlah!" kata Lilia dengan yakin. Tapi Pandu hanya tersenyum, tidak percaya pada perkataan Lilia. Dia menganggap Lilia hanya beromong kosong.

Lilia berpikir dalam hati, "Kalau aku bisa membantu mengatasi kekeringan desa ini, kira-kira berapa ya koin emas yang ku dapat? Aku pasti kaya." Dia tersenyum sendiri, membayangkan kemungkinan yang ada di depannya. Dengan kemampuan yang dia miliki, mungkin dia bisa membantu desa ini dan mendapatkan koin emas yang banyak.

Lilia memanggil sistem dengan suara hatinya, "Sistem!"

Sistem pun datang, menjawab dengan suara yang jernih, "Ada apa nona?"

Lilia bertanya dengan penasaran, "Air suci di ruang ajaib apakah bisa membuat tanah subur dan sumur terisi lagi?"

Sistem menjawab dengan bangga, "Tentu saja nona, produk air suci kami sangat hebat. Setiap tetes air suci mampu mendatangkan banyak air sampai ribuan kali lipat."

Lilia berpikir sejenak, lalu bertanya lagi, "Dengan koin emas ku yang sekarang, berapa liter air suci yang bisa ku dapat?"

Sistem menjawab dengan jelas, "1 liter air suci harganya 10 koin emas."

Lilia menghitung dengan cepat, "Berarti cuma bisa membeli 10 liter? Mana cukup."

Sistem memberikan saran, "Kalau begitu cepatlah berbuat kebaikan lagi agar koin emas nona semakin banyak."

Lilia tersenyum, "Oke, tapi aku beli dulu air sucinya, simpan air suci itu sebelum aku gunakan." Sistem menjawab, "Siap. 100 koin emas sudah ditukar dengan 10 liter air suci, saldo koin nona sekarang sudah kosong." Lilia merasa puas, dia telah membeli air suci yang dibutuhkan untuk membantu desa. Sekarang, dia hanya perlu mengumpulkan koin emas lagi untuk membeli lebih banyak air suci dan membantu desa lebih banyak lagi.

"Sistem, gunakan 5 liter air suci untuk mendatangkan hujan!" titah Lilia.

"Siap nona!" Tiba-tiba langit berubah jadi hitam, awan menggumpal dan menghitam. Tidak lama kemudian turunlah hujan yang begitu lebat, menghujani desa yang kering dan tandus.

Pandu berhenti mengayuh sepedanya, menatap langit dengan kagum. Dia tidak percaya hujan tiba-tiba turun. Lilia senang bukan main, dia tersenyum lebar sambil menikmati hujan yang turun. Pandu juga terlihat gembira, dia mengangkat wajahnya ke langit, membiarkan hujan membasahi wajahnya.

"Ini keajaiban, sudah lama hujan tidak turun," kata Pandu, sambil menatap Lilia dengan kagum. Pasalnya apa yang Lilia ucapkan tadi menjadi kenyataan. Semua warga terlihat bergembira menyambut turunnya hujan, mereka berteriak gembira dan menari-nari di bawah hujan.

"Berarti desa ini sangat diberkati," jawab Lilia dengan senyum. Dia merasa puas, karena telah membantu desa ini dengan menggunakan air suci. Pandu menatap Lilia dengan mata yang penuh kekaguman, dia tidak tahu apa yang membuat Lilia bisa membuat hujan turun. Tapi satu hal yang pasti, Lilia telah membawa keberkahan bagi desa ini.

Terpopuler

Comments

Erna Masliana

Erna Masliana

🤣🤣🤣🤣

2025-11-02

0

Shinta Dewiana

Shinta Dewiana

wauuuuwww

2025-10-31

0

Syah Raman

Syah Raman

hai, kunjungi ceritaku dong

2025-10-11

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 : Sistem Ajaib
2 Bab 2 : Kebaikan Pertama
3 Bab 3 : Hujan Turun
4 Bab 4 : Koin Emas Bertambah
5 Bab 5 : Tidur Sekamar
6 Bab 6 : Awal Baru, Lilia Yang Baru
7 Bab 7 : Melunasi Semua Hutang
8 Bab 8 : Memasak Lobster
9 Bab 9 : Blender
10 Bab 10 : Bisnis Woman
11 Bab 11 : Laris Manis
12 Bab 12 : Jangan Menyukaiku
13 Bab 13 : Memberantas Korupsi
14 Bab 14 : Kebaikan Lilia
15 Bab 15 : Cinta
16 Bab 16 : Lilia Menjadi Kepala Desa
17 Bab 17 : Titan
18 Bab 18 : Berkebun
19 Bab 19 : Pemain Baru
20 Bab 20 : Menyusul Lilia
21 Bab 21 : Kejadian Aneh
22 Bab 22 : Rencana Licik
23 Bab 23 : Kembalinya Kekasih
24 Bab 24 : Tertangkap Basah
25 Bab 25 : Aku Mencintaimu
26 Bab 26 : Akhirnya Lilia Tahu
27 Bab 27 : Suami Bu Ira Hilang
28 Bab 28 : Burung Ajaib
29 Bab 29 : Mendarat Ke Pulau Monyet
30 Episode 30 : Meminta Pistol Pada Sistem
31 Bab 31 : Menembak
32 Bab 32 : Keluar Dari Pulau Monyet
33 Bab 33 : Berhasil
34 Bab 34 : Maukah Kau Menjadi Milikku?
35 Bab 35 : Kemunculan Antagonis Puncak
36 Bab 36 : Niat Jahat
37 Bab 37 : Bos Gangster
38 Bab 38 : Dio Di Gigit Ular
39 Bab 39 : Rencana Gagal Sebelum Dijalankan
40 Bab 40 : Air Suci Untuk Kolam Ikan
41 Bab 41 : Rencana Pasar Malam
42 Bab 42 : Titan Tertangkap
43 Bab 43 : Rai Terkepung
44 Bab 44 : Melumpuhkan Sistem
45 Bab 45 : Sistem Kembali
46 Bab 46 : Kemarahan Lilia
47 Bab 47 : Keluarga Yang Hangat
48 Bab 48 : Asap Ajaib Pembuat Amnesia
49 Bab 49 : Memupuk Kebun
50 Bab 50 : Guru Yang Hebat
51 Bab 51 : Mesra
52 Bab 52 : Pergi Berjualan
53 Bab 53 : Sedang Diawasi
54 Bab 54 : Siap Menyerang
55 Bab 55 : Lilia Ditangkap
56 Bab 56 : Titan Datang Menyelematkan Lilia
57 Bab 57 : Serang!
58 Bab 58 : Detik-detik Kematian Vivan
59 Bab 59 : Kematian Tragis Pimpinan Gangster
60 Bab 60 : Menjatuhkan Penguasa Jahat
61 Bab 61 : Akhir Tragis Rames Semesta
62 Bab 62 : Penen Raya
63 Bab 63 : Kabar Bahagia
64 Bab 64 : Seorang Jenderal Besar
65 Bab 65 : Kembali Ke Dunia Modern
66 Bab 66 : Memusnahkan Musuh
67 Bab 67 : Akhir Kisah Bahagia
Episodes

Updated 67 Episodes

1
Bab 1 : Sistem Ajaib
2
Bab 2 : Kebaikan Pertama
3
Bab 3 : Hujan Turun
4
Bab 4 : Koin Emas Bertambah
5
Bab 5 : Tidur Sekamar
6
Bab 6 : Awal Baru, Lilia Yang Baru
7
Bab 7 : Melunasi Semua Hutang
8
Bab 8 : Memasak Lobster
9
Bab 9 : Blender
10
Bab 10 : Bisnis Woman
11
Bab 11 : Laris Manis
12
Bab 12 : Jangan Menyukaiku
13
Bab 13 : Memberantas Korupsi
14
Bab 14 : Kebaikan Lilia
15
Bab 15 : Cinta
16
Bab 16 : Lilia Menjadi Kepala Desa
17
Bab 17 : Titan
18
Bab 18 : Berkebun
19
Bab 19 : Pemain Baru
20
Bab 20 : Menyusul Lilia
21
Bab 21 : Kejadian Aneh
22
Bab 22 : Rencana Licik
23
Bab 23 : Kembalinya Kekasih
24
Bab 24 : Tertangkap Basah
25
Bab 25 : Aku Mencintaimu
26
Bab 26 : Akhirnya Lilia Tahu
27
Bab 27 : Suami Bu Ira Hilang
28
Bab 28 : Burung Ajaib
29
Bab 29 : Mendarat Ke Pulau Monyet
30
Episode 30 : Meminta Pistol Pada Sistem
31
Bab 31 : Menembak
32
Bab 32 : Keluar Dari Pulau Monyet
33
Bab 33 : Berhasil
34
Bab 34 : Maukah Kau Menjadi Milikku?
35
Bab 35 : Kemunculan Antagonis Puncak
36
Bab 36 : Niat Jahat
37
Bab 37 : Bos Gangster
38
Bab 38 : Dio Di Gigit Ular
39
Bab 39 : Rencana Gagal Sebelum Dijalankan
40
Bab 40 : Air Suci Untuk Kolam Ikan
41
Bab 41 : Rencana Pasar Malam
42
Bab 42 : Titan Tertangkap
43
Bab 43 : Rai Terkepung
44
Bab 44 : Melumpuhkan Sistem
45
Bab 45 : Sistem Kembali
46
Bab 46 : Kemarahan Lilia
47
Bab 47 : Keluarga Yang Hangat
48
Bab 48 : Asap Ajaib Pembuat Amnesia
49
Bab 49 : Memupuk Kebun
50
Bab 50 : Guru Yang Hebat
51
Bab 51 : Mesra
52
Bab 52 : Pergi Berjualan
53
Bab 53 : Sedang Diawasi
54
Bab 54 : Siap Menyerang
55
Bab 55 : Lilia Ditangkap
56
Bab 56 : Titan Datang Menyelematkan Lilia
57
Bab 57 : Serang!
58
Bab 58 : Detik-detik Kematian Vivan
59
Bab 59 : Kematian Tragis Pimpinan Gangster
60
Bab 60 : Menjatuhkan Penguasa Jahat
61
Bab 61 : Akhir Tragis Rames Semesta
62
Bab 62 : Penen Raya
63
Bab 63 : Kabar Bahagia
64
Bab 64 : Seorang Jenderal Besar
65
Bab 65 : Kembali Ke Dunia Modern
66
Bab 66 : Memusnahkan Musuh
67
Bab 67 : Akhir Kisah Bahagia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!