“Daftar Kematian Kelas 3-B”
Bab 5 – Murid Bayangan dari tahun 1944
Malam itu, sekolah kembali sunyi. Cahaya bulan menembus jendela pecah, menyinari lorong penuh debu sejarah. Riku dan Tatsune duduk di lantai, masih ngos-ngosan. Buku 1944 tergeletak di antara mereka.
Riku Hayashida
“Gila… gue masih nggak percaya kita bisa keluar hidup-hidup.”
Tatsune Arakawa
“Jangan terlalu lega dulu. Gue yakin ini belum berakhir.”
Riku Hayashida
“Hah? Bukunya udah lo segel sendiri kan tadi? Tentara hantu ilang semua.”
Tatsune Arakawa
“…Tapi coba lo denger baik-baik.”
Tatsune Arakawa
Riku diam. Dari kejauhan, samar-samar terdengar suara langkah sepatu tentara. Bukan ramai seperti tadi, melainkan hanya satu orang. Suara berat, teratur, mendekat pelan.
Riku Hayashida
“…Tsune. Ada yang jalan.”
Tatsune Arakawa
“Iya. Satu orang doang.”
Sosok itu akhirnya muncul dari balik kabut tipis di lorong. Seorang siswa laki-laki mengenakan seragam lusuh tahun 1944, wajahnya pucat, matanya kosong tapi penuh rasa sakit.
Ichiro
“…Kalian… bukan dari tahun kami.”
Riku Hayashida
“Sial… itu hantu tentara lagi?”
Tatsune Arakawa
“Bukan. Dia bukan hantu tentara. Dia… masih anak SMA.”
Sosok itu berhenti tepat di depan mereka, lalu menunduk. Suaranya lirih, penuh retakan.
Ichiro
“Nama saya… Ichiro Senzaki. Kelas 3-B… tahun 1944.”
Riku Hayashida
“…jadi Lo salah satu korban yang namanya ada di daftar itu?”
Ichiro
Mengangguk pelan “Tapi… nama saya tidak pernah benar-benar terhapus. Itulah kenapa saya… masih terjebak di sini.”
Tatsune menatap serius. Buku di pangkuannya bergetar, halaman terbuka sendiri ke bagian paling belakang. Di sana, samar-samar muncul tulisan baru:
> “Ichiro Senzaki – Bayangan yang Tertinggal.”
Tatsune Arakawa
“…Berarti lo bukan sepenuhnya mati. Lo separuh ada di masa lalu, separuh ada di sini.”
Ichiro
“Betul. Dan selama nama saya masih terikat di buku ini… kalian tidak akan pernah benar-benar bebas.”
Riku Hayashida
“Apa maksud lo? Kami udah ngelawan tentara hantu itu. Kami udah selamat.”
Ichiro
Menatap kosong “…Tidak. Kalian baru melewati ujian pertama. Ujian yang lebih berat… menunggu di halaman berikutnya.”
Ichiro mendekat. Suara langkahnya membuat udara dingin menusuk. Saat ia berdiri tepat di depan Tatsune, wajahnya berubah—mata merah darah, mulut terpecah hingga ke pipi, senyum mengerikan terpampang.
Ichiro
“Kalian… pengganti kami. Jadi, ayo kita mainkan ulang sejarah.”
Riku Hayashida
“Sial, Tsune! Dia bukan cuma hantu biasa!”
Tatsune Arakawa
“Tenang. Gue bisa hadapi dia.”
Ichiro tiba-tiba menghilang. Dalam sekejap, dia muncul di belakang Riku, menempelkan tangan dinginnya ke pundak.
Ichiro
“Kalau aku menghapusmu dari buku itu… maka aku bisa kembali jadi manusia loh.”
Riku Hayashida
“HAAA?! Lepasin, setan!”
Riku berusaha menepis, tapi tangan Ichiro menembus tubuhnya seperti asap, menarik sesuatu yang samar dari dalam dadanya—cahaya berbentuk huruf, lambang namanya.
Riku Hayashida
“Tsune!! Dia lagi narik nama gue dari buku!!”
Tatsune Arakawa
Mencengkeram buku “Kalau lo mau ambil dia, lo harus lawan gue dulu, Ichiro!”
Tatsune meneteskan darah lagi ke halaman kosong. Huruf-huruf merah menyebar, membentuk kalimat baru:
> “Tatsune Arakawa – Penulis Sejarah Baru.”
dan
BOOM
Cahaya merah menyelimuti tubuhnya, seolah memberinya kekuatan untuk melawan bayangan masa lalu.
Ichiro
“Kau berani menantang masa lalu…?”
Tatsune Arakawa
“Bukan cuma berani. Gue juga bakal ngerusak skenario lo.”
Ichiro melompat mundur, tubuhnya retak seperti kaca, lalu pecah jadi puluhan bayangan kecil yang memenuhi lorong. Riku terengah, hampir roboh.
Riku Hayashida
“Tsune… kalau lo gagal, gue beneran ilang dari sejarah…”
Tatsune Arakawa
Menghunus pena tajam dari buku, yang kini berubah jadi senjata cahaya “Tenang. Gue nggak bakal biarin nama lo dihapus.”
Pertarungan dimulai. Bayangan Ichiro berteriak, memenuhi ruangan dengan suara peperangan lama—teriakan, dentuman meriam, tangisan. Tatsune berdiri tegak, pena merah di tangannya bersinar seperti pedang.
Comments