Pertemuan Kecil, Awal Cerita Besar

Siang itu, Adrian Martadinata masih sibuk di ruangannya. Tumpukan berkas kasus menumpuk rapi di meja, laptop terbuka menampilkan deretan email penting dari para klien. Di luar ruangannya, rekan-rekan pengacara lalu-lalang, tenggelam dalam urusan hukum yang tak pernah ada ujungnya.

Adrian menyesap kopi hitamnya pelan sambil menandatangani beberapa dokumen penting. Fokusnya penuh. Namun ketukan pelan di pintu membuatnya menoleh.

"Pak Adrian, Bu Lily sudah menunggu di luar," ujar office boy dengan sopan.

Adrian menarik napas, menegakkan badan. "Katakan saya akan keluar sebentar lagi."

Ia tetap menjaga wibawa. Lily memang kekasihnya, tapi di firma hukum ini, yang menjunjung profesionalitas dan etika, ia tak mau urusan pribadinya jadi bahan bisik-bisik murahan.

Di luar, Lily Berliana duduk santai sambil sibuk memainkan ponselnya. Rambut panjangnya ia selipkan ke belakang telinga dengan gaya genit. Gaun ketat yang dikenakannya jelas mencolok, jauh dari citra wanita karier yang profesional. Tapi Lily tak peduli.

Di balik layar ponsel itu, ia tengah membalas chat seorang pria beristri yang diam-diam memberinya "kehidupan kedua." Lily tak pernah benar-benar serius dengan siapa pun. Bagi Lily, cinta selalu soal untung dan rugi.

Meski sudah beberapa kali menjalin hubungan badan dengan Adrian, ia tahu, Adrian tak pernah benar-benar memanjakannya dengan uang. Padahal itu satu-satunya alasan Lily masih bertahan.

Baginya, pria seperti Adrian hanyalah batu loncatan menuju hidup yang lebih mewah.

Tak lama, Adrian keluar dari ruangannya. Wajahnya tetap tenang dan profesional, meski dalam hati ada rasa risih melihat bagaimana rekan-rekan sekantornya memperhatikan Lily dari ujung kepala hingga kaki.

"Halo, sayang. Sudah nunggu lama, ya?" sapa Adrian, suaranya tetap sopan, menjaga wibawa.

"Enggak kok, sayang," jawab Lily manja, langsung bergelayut di lengan Adrian tanpa malu sedikit pun.

Beberapa rekan Adrian sempat melirik, sebagian bahkan berbisik-bisik pelan.

Adrian tahu, bukan karena mereka iri, tapi karena gaya Lily terlalu mencolok, terlalu vulgar untuk lingkungan kerja yang penuh aturan dan etika.

"Ayo, kita makan siang," ajak Adrian, meski hatinya mulai jengah.

Di kepalanya, Adrian mulai sadar… wanita seperti Lily hanya akan menimbulkan masalah. Tapi entah kenapa, sampai hari ini, ia tetap bertahan. Mungkin karena bosan… atau mungkin karena belum menemukan seseorang yang benar-benar pantas untuk ia jaga.

"Ayo, sayang," ujar Lily sambil merapikan roknya yang terlalu pendek, lalu berjalan menggandeng Adrian menuju parkiran.

Lily melangkah pelan dengan hak tingginya, menggandeng Adrian menuju parkiran bawah gedung. Mobil hitam milik Adrian terparkir rapi di sudut area parkir khusus staf senior.

Begitu masuk, Lily duduk di kursi penumpang dengan santai, menyilangkan kaki dan menatap Adrian dengan pandangan menggoda.

"Sayang... malam ini ke apartemen aku lagi, ya?" bisiknya sambil menyentuh lengan jas Adrian.

Adrian menyalakan mesin mobil sambil meliriknya sekilas.

"Iya, nanti aku cari alasan ke mama."

Lily langsung menoleh tajam. Wajah manisnya berubah sedikit kesal. Ia selalu tidak suka jika nama ibunda Adrian disebut dalam percakapan mereka.

Ibunya... satu-satunya alasan Adrian belum juga menikahinya.

Mereka telah melakukan segalanya layaknya pasangan suami istri, namun di mata keluarga Adrian, Lily tetap tak dianggap layak.

Ada jeda. Sunyi sesaat, hanya suara mesin mobil yang menyala.

Lily berusaha kembali mencairkan suasana. "Ya udah, aku siapkan semuanya. Termasuk... k*ndom." ucapnya pelan dengan senyum menggoda.

Adrian mengangguk kecil tanpa berkata apa-apa. Lalu Lily mendekat, mengecup pipi Adrian dengan manja.

"Love you, sayang."

Tapi di mata Adrian, tatapan kosong perlahan mulai muncul. Ciuman itu tak lagi membuat hatinya hangat. Yang tersisa hanya rutinitas… dan rasa hampa.

Siang itu, Maya, Tiara, dan Reza sedang duduk di sebuah restoran cepat saji dekat kampus. Laptop terbuka, buku catatan berserakan, tugas Ilmu Hukum kembali mereka kerjakan sambil menunggu makanan datang.

"Udah deh, karena gue paling lemot, sini kalian berdua duluan aja kerjain. Gue mau pesen makanan lagi. Nanti kalo udah kelar pesen, baru gue bantuin," ujar Reza sambil bangkit dari kursi.

"Kirim link Google Drive-nya di grup WA ya, biar gue gampang akses."

"Iya, gampang," jawab Maya santai sambil tetap fokus mengetik.

Maya tengah serius mencari sumber referensi tentang ketidakadilan sosial di lingkungan masyarakat untuk tugas laporan mereka. Di sampingnya, Tiara juga membuka laptop, tapi… wajahnya mendadak berubah aneh.

"Ra, menurut lo ini cocok gak buat laporan soal ketidakadilan? Ini link-nya gue kirim ya." tanya Maya, tanpa sadar Tiara mulai melamun.

"Ra? Woy, Tiara! Lo kenapa sih?" Maya menoleh heran.

Tiara tersentak kecil, lalu tersenyum tanpa sebab. "Eh… iya, iya. Sorry tadi nge-fly."

Maya mengernyit, "Lo kenapa sih Ra? Fokus dikit napa."

Tiara justru terkekeh kecil sambil menunjuk ke arah belakang Maya.

"Coba lo noleh ke belakang deh."

Maya yang penasaran, akhirnya menoleh.

Di sana, seorang pria dengan jas hitam rapi baru saja masuk restoran. Wajahnya serius, berwibawa, jelas bukan orang sembarangan.

Di sampingnya, seorang wanita cantik dengan pakaian ketat dan dandanan mencolok tampak menggandeng lengannya.

"Itu ‘kan… Adrian Martadinata. Pengacara ganteng yang sering masuk TV itu, ya?" ucap Maya setengah kaget.

Tiara mengangguk sambil tersenyum geli. "Iya, kan gue bilang."

Maya mengamati sebentar, lalu mengernyit saat matanya melihat wanita di samping Adrian.

"Tapi ya… sayang banget. Udah ganteng, terkenal, pengacara hebat, tapi pacarnya… gaya gitu. Bajunya juga… ya ampun." ujar Maya sambil geleng-geleng kepala.

"Pake baju nggak ada sopan-sopannya. Modelnya sih cakep, tapi ya… gitu deh." lanjut Maya, lalu kembali menatap laptopnya.

"Udah lah, balik ke tugas. Ngurusin hidup orang nggak bakal bikin nilai kita naik." ucap Maya ringan.

Tiara cuma tertawa kecil. Sementara Maya kembali serius mengetik, tak sadar… nama Adrian Martadinata akan perlahan-lahan terhubung ke hidupnya. Lebih dekat dari sekadar gosip di restoran siang itu.

Tak lama, Reza kembali ke meja dengan nampan berisi makanan. Ia duduk santai, lalu menoleh ke arah Maya dan Tiara yang masih sibuk dengan laptop mereka.

"Sampai mana tadi tugasnya?" tanya Reza sambil membuka tutup minumnya.

Maya menoleh sebentar, nada bicaranya cuek seperti biasa.

"Blom, nih. Si Tiara malah sibuk ngelirik Pak Adrian Martadinata."

Reza langsung memiringkan kepala, setengah heran.

"Hah? Adrian Martadinata? Itu yang pengacara terkenal itu?"

Tiara terkekeh pelan. Reza semakin penasaran. "Serius? Dia di sini? Mana, mana?"

Maya dengan malas menunjuk arah belakang pakai dagunya. "Tuh, liat sendiri."

Reza melirik. Matanya langsung tertuju pada Adrian yang duduk di pojok, ditemani wanita berpakaian ketat yang mencolok.

Spontan Reza nyengir.

"Idih… pengacara terkenal, pacarnya model cabe goreng." celetuk Reza, santai.

Ucapan itu sukses bikin Tiara ngakak sampai hampir terjungkal dari kursinya. Maya juga tak tahan, ikut tertawa sampai matanya menyipit.

Di sela tawanya, Reza diam-diam memperhatikan Maya. Ada rasa hangat di dadanya melihat gadis itu tertawa lepas.

"Senengnya liat Maya ketawa begini..." batin Reza sambil tersenyum tipis.

Bahkan tanpa Maya sadari, Reza selalu berharap… bisa terus jadi alasan kenapa Maya tertawa hari demi hari.

Terpopuler

Comments

Uthie

Uthie

sebenarnya sy kadang aga malas kalau baca di awal, dimulai proses yg panjang nya dulu 😁
Pinginnya gak panjang-panjang awalan ceritanya...
malah kadang suka lebih seru kalau awalan nya langsung yg konflik atau sudah jadi nya aja 👍😁
Ditengah atau setelahnya baru dehh bisa di ceritakan lagi sedikit atau pelan-pelan proses dari awalan Konflik tsb 👍😁🙏

kalau di awalin sebuah perjalanan cerita tsb,kadang suka nimbulin boring dulu baca nya... kelamaan ke konflik cerita tsb nya 🙏🙏🙏

2025-08-09

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Maya dan Jalan Panjang Menuju Mimpinya
3 Langkah Kecil Reza
4 Pertemuan Kecil, Awal Cerita Besar
5 Langkah Kecil, Takdir Besar
6 Doa Seorang Ayah Dan Harapan Maya
7 Restu yang Tak Pernah Datang
8 Maya Dan Ayahnya Menggunakan Aplikasi Gofood.
9 Warung Ramai Dan Hadiah Dari Ayah
10 Seseorang Sedang Mengawasi
11 Greta Marcelonaz Ibu Dari Maya Amelia
12 Flashback keegoisan Greta
13 Tanda yang Tak Terucap
14 Reza dan Rasa yang Tak Pernah Dipaksa
15 Greta Ibu Yang Tak akan Kalah atau Menyerah
16 Rencana Hanna Marcelonez dan Dokter Mario Santiago Pindah Ke Jakarta
17 Maya Dan Tiara Bertabrakan Dengan Lily Berliana
18 Lily Berliana Ani-Ani Kelas Atas
19 Perempuan Yang Tak Layak Di Jadikan Istri
20 Bertemu Ayah Tiara Dan Mario Menggunakan Jasa Lily
21 Malam di Manila, Rindu di Jakarta
22 Ketika Ayah Memasak dan Aku Berdoa
23 Seminar Fakultas Hukum, Ruang 204
24 Pertemuan Adrian dan Maya yang Tidak Netral
25 Bukan Sekadar Sahabat
26 Arman Wiradiputra Ayah Tiara
27 Antara Pasal dan Perasaan
28 Jarak yang Tidak Terlihat
29 Sebelum Jadi Pengacara
30 Saat Kota Tertidur, Hati Terbangun
31 Adrian Belum Tahu Jika Lily adalah PSK Kelas Atas
32 Pertemuan Tanpa Sadar Maya Dan Mariana
33 Senja yang Menyimpan Takdir
34 Mariana Bertemu Anak Gadis Itu Bernama Maya
35 Pelindung dan Pengamat
36 Sambal Mangga dan Sebuah Pilihan
37 Membeli rumah Baru Di Cluster Soka
38 Pindah ke rumah Baru Di Cluster soka
39 Lamaran di Tengah Detak Lemah
40 Satu Siang yang Mengubah Segalanya
41 Lamaran Usia Muda Antara Bakti dan Luka
42 Permintaan Terakhir
43 Antara Kebaya Ibu dan Sampanye Manila
44 Langkah Pertama Menuju Nama Keluarga Baru
45 Percakapan Adrian Dan Maya Di Kediaman Martadinata
46 Membuat Perjanjian Pra-nikah
47 Dengan Sopan, Dia Membalik Dunia
48 Seminggu Lagi Jadi Istri Orang
49 Paris dan Janji yang Kandas
50 Pertanda dari Dalam Mimpi
51 Mimpi Seorang Anak, Dendam Seorang Kekasih
52 Jangan Pikir Bisa Bahagia
53 Teror Dari Lily
54 Ivory: Warna yang Menyembunyikan Luka
55 Aku Hanya Ingin Melihatnya Sekali Lagi
56 Pernikahan Ini Bukan Pilihanku
57 Bukan Pilihan Siapa-Siapa
58 Acara pasang tarub dan tuwuhan Greta Datang Untuk Melakukan Ritual
59 Midodareni Tanpa Bidadari
60 Tanda-Tanda Redflag Adrian : Kamu Belum Jadi Istri Saya
61 Aku Tidak Bahagia di Hari Bahagiaku
62 Akad Nikah
63 Pelaminan Tanpa Cinta
64 Pembicaraan Maya dengan Ibu Dan Kakak Perempuannya
65 Bukan Malam Pengantin Tapi Malam Pertama KDRT
66 Firasat Seorang Ibu
67 Perban di Tangan, Senyum di Bibir
68 Luka KDRT
69 Perempuan yang Berdiri di Tengah Badai
70 Tamparan Pertama
71 Tirai yang Tak Lagi Menutup Luka
72 Luka yang Tersembunyi
73 Genggaman Tak Terlihat
74 Kebenaran di Balik Senyum
75 Perlindungan Greta Sebagai Ibu
76 Menghabiskan Waktu Ibu Dan Anak Yang sudah lama terpisah
77 Luka Maya, Murka Ibu
78 Titik Nadir Sebuah Pernikahan
79 Lily Dan Mario Di Gerebek Oleh Greta Dan Polisi
80 Percakapan Greta Dengan Ahmad Mengenai Kedua Menentu Mereka
81 Drama Pagi Hari
82 Antara Kampus dan Ketakutan
83 Pelampiasan Kemarahan
84 Kesucian yang Terenggut Oleh Sang Suami
85 Badai Rumah Tangga Hanna
86 Perang di Ranjang
87 Pengacara Terkenal Dan Istrinya Konferesi Pers
88 Ibu Mertua Perhatian
89 Rumah Tangga Hanna Dan Dokter Mario Santiago
90 Kekuatan Dua Ibu, Greta dan Mariana
91 Adrian berbicara Soal anak
92 Lily menyewa Buzzer dan Berhasil Bebas Dari Penjara
93 Kepergian Sang Pelindung
94 Penderitaan Maya Dari Sang Suami
95 Ironi di Balik Keadilan
96 Di Rumah Sakit Maya tetap menjaga jarak
97 Reza Dan Tiara Menjenguk
98 Kehamilan Maya dan Ketidak Percayaan Adrian
99 Kehamilan Maya dan Kecurigaan Adrian
100 Adrian Membawa Lily Ke Rumah Saat Maya Tengah Mengandung
101 Kebencian yang Ditabur Adrian
102 Ketika Sabar Berbuah Dendam
103 Kabar Kehamilan Maya yang Bahagia dan Hanna Mengamuk Saat Lily Tiba
104 Balas Dendam Sang Kakak
105 Dendam dan Cinta Seorang Kakak
106 Perjuangan Melawan Badai Media
107 Sahabat Selalu Ada
108 Greta, Sang Tameng Penjaga
109 Gertakan Greta yang Mematikan
110 Rencana Gila Adrian
111 Kekhawatiran Maya Soal Adrian Yang Ternyata Mengintainya
112 Di Bawah Pengawasan Adrian
113 Adrian berhasil menculik Maya
114 Ketakutan Maya Dan Rencana Penyelamatan
115 Adrian Tertangkap Polisi Dan Maya Melahirkan Prematur
116 Maura Ankara Martadinata
117 Mariana Menemui Adrian Di Penjara
118 Perubahan Adrian Di Dalam Penjara
119 Kebahagiaan Maya Dengan Kehadiran Maura
120 Bahagia Yang Terasa Lengkap
121 Penebusan Dosa Adrian Dan Angan Maya Soal Keluarga Bahagia
122 Janji di Balik Foto Keluarga
123 Hadiah Rahasia untuk Maura
124 Kasus Warisan yang Membuka Luka Lama
125 Kesetian Adrian Dan Perisai Tak Terlihat Greta
126 Penebusan Dosa Adrian Dengan Membantu Orang Kecil
127 Ancaman di Balik Kasus Warisan
128 Balas Dendam Sang Ibu
129 Greta Menemui Adrian DI Batam
130 Merajut Kembali Benang yang Putus
131 Pertemuan Adrian Dengan Maya
132 Kesempatan Kedua untuk Cinta
133 Kasus Pertama yang Ditangani Maya dan Tiara yang Menguji Hati
134 Momen Intim yang Menghapus Luka
135 Perpisahan sebagai Awal
Episodes

Updated 135 Episodes

1
Prolog
2
Maya dan Jalan Panjang Menuju Mimpinya
3
Langkah Kecil Reza
4
Pertemuan Kecil, Awal Cerita Besar
5
Langkah Kecil, Takdir Besar
6
Doa Seorang Ayah Dan Harapan Maya
7
Restu yang Tak Pernah Datang
8
Maya Dan Ayahnya Menggunakan Aplikasi Gofood.
9
Warung Ramai Dan Hadiah Dari Ayah
10
Seseorang Sedang Mengawasi
11
Greta Marcelonaz Ibu Dari Maya Amelia
12
Flashback keegoisan Greta
13
Tanda yang Tak Terucap
14
Reza dan Rasa yang Tak Pernah Dipaksa
15
Greta Ibu Yang Tak akan Kalah atau Menyerah
16
Rencana Hanna Marcelonez dan Dokter Mario Santiago Pindah Ke Jakarta
17
Maya Dan Tiara Bertabrakan Dengan Lily Berliana
18
Lily Berliana Ani-Ani Kelas Atas
19
Perempuan Yang Tak Layak Di Jadikan Istri
20
Bertemu Ayah Tiara Dan Mario Menggunakan Jasa Lily
21
Malam di Manila, Rindu di Jakarta
22
Ketika Ayah Memasak dan Aku Berdoa
23
Seminar Fakultas Hukum, Ruang 204
24
Pertemuan Adrian dan Maya yang Tidak Netral
25
Bukan Sekadar Sahabat
26
Arman Wiradiputra Ayah Tiara
27
Antara Pasal dan Perasaan
28
Jarak yang Tidak Terlihat
29
Sebelum Jadi Pengacara
30
Saat Kota Tertidur, Hati Terbangun
31
Adrian Belum Tahu Jika Lily adalah PSK Kelas Atas
32
Pertemuan Tanpa Sadar Maya Dan Mariana
33
Senja yang Menyimpan Takdir
34
Mariana Bertemu Anak Gadis Itu Bernama Maya
35
Pelindung dan Pengamat
36
Sambal Mangga dan Sebuah Pilihan
37
Membeli rumah Baru Di Cluster Soka
38
Pindah ke rumah Baru Di Cluster soka
39
Lamaran di Tengah Detak Lemah
40
Satu Siang yang Mengubah Segalanya
41
Lamaran Usia Muda Antara Bakti dan Luka
42
Permintaan Terakhir
43
Antara Kebaya Ibu dan Sampanye Manila
44
Langkah Pertama Menuju Nama Keluarga Baru
45
Percakapan Adrian Dan Maya Di Kediaman Martadinata
46
Membuat Perjanjian Pra-nikah
47
Dengan Sopan, Dia Membalik Dunia
48
Seminggu Lagi Jadi Istri Orang
49
Paris dan Janji yang Kandas
50
Pertanda dari Dalam Mimpi
51
Mimpi Seorang Anak, Dendam Seorang Kekasih
52
Jangan Pikir Bisa Bahagia
53
Teror Dari Lily
54
Ivory: Warna yang Menyembunyikan Luka
55
Aku Hanya Ingin Melihatnya Sekali Lagi
56
Pernikahan Ini Bukan Pilihanku
57
Bukan Pilihan Siapa-Siapa
58
Acara pasang tarub dan tuwuhan Greta Datang Untuk Melakukan Ritual
59
Midodareni Tanpa Bidadari
60
Tanda-Tanda Redflag Adrian : Kamu Belum Jadi Istri Saya
61
Aku Tidak Bahagia di Hari Bahagiaku
62
Akad Nikah
63
Pelaminan Tanpa Cinta
64
Pembicaraan Maya dengan Ibu Dan Kakak Perempuannya
65
Bukan Malam Pengantin Tapi Malam Pertama KDRT
66
Firasat Seorang Ibu
67
Perban di Tangan, Senyum di Bibir
68
Luka KDRT
69
Perempuan yang Berdiri di Tengah Badai
70
Tamparan Pertama
71
Tirai yang Tak Lagi Menutup Luka
72
Luka yang Tersembunyi
73
Genggaman Tak Terlihat
74
Kebenaran di Balik Senyum
75
Perlindungan Greta Sebagai Ibu
76
Menghabiskan Waktu Ibu Dan Anak Yang sudah lama terpisah
77
Luka Maya, Murka Ibu
78
Titik Nadir Sebuah Pernikahan
79
Lily Dan Mario Di Gerebek Oleh Greta Dan Polisi
80
Percakapan Greta Dengan Ahmad Mengenai Kedua Menentu Mereka
81
Drama Pagi Hari
82
Antara Kampus dan Ketakutan
83
Pelampiasan Kemarahan
84
Kesucian yang Terenggut Oleh Sang Suami
85
Badai Rumah Tangga Hanna
86
Perang di Ranjang
87
Pengacara Terkenal Dan Istrinya Konferesi Pers
88
Ibu Mertua Perhatian
89
Rumah Tangga Hanna Dan Dokter Mario Santiago
90
Kekuatan Dua Ibu, Greta dan Mariana
91
Adrian berbicara Soal anak
92
Lily menyewa Buzzer dan Berhasil Bebas Dari Penjara
93
Kepergian Sang Pelindung
94
Penderitaan Maya Dari Sang Suami
95
Ironi di Balik Keadilan
96
Di Rumah Sakit Maya tetap menjaga jarak
97
Reza Dan Tiara Menjenguk
98
Kehamilan Maya dan Ketidak Percayaan Adrian
99
Kehamilan Maya dan Kecurigaan Adrian
100
Adrian Membawa Lily Ke Rumah Saat Maya Tengah Mengandung
101
Kebencian yang Ditabur Adrian
102
Ketika Sabar Berbuah Dendam
103
Kabar Kehamilan Maya yang Bahagia dan Hanna Mengamuk Saat Lily Tiba
104
Balas Dendam Sang Kakak
105
Dendam dan Cinta Seorang Kakak
106
Perjuangan Melawan Badai Media
107
Sahabat Selalu Ada
108
Greta, Sang Tameng Penjaga
109
Gertakan Greta yang Mematikan
110
Rencana Gila Adrian
111
Kekhawatiran Maya Soal Adrian Yang Ternyata Mengintainya
112
Di Bawah Pengawasan Adrian
113
Adrian berhasil menculik Maya
114
Ketakutan Maya Dan Rencana Penyelamatan
115
Adrian Tertangkap Polisi Dan Maya Melahirkan Prematur
116
Maura Ankara Martadinata
117
Mariana Menemui Adrian Di Penjara
118
Perubahan Adrian Di Dalam Penjara
119
Kebahagiaan Maya Dengan Kehadiran Maura
120
Bahagia Yang Terasa Lengkap
121
Penebusan Dosa Adrian Dan Angan Maya Soal Keluarga Bahagia
122
Janji di Balik Foto Keluarga
123
Hadiah Rahasia untuk Maura
124
Kasus Warisan yang Membuka Luka Lama
125
Kesetian Adrian Dan Perisai Tak Terlihat Greta
126
Penebusan Dosa Adrian Dengan Membantu Orang Kecil
127
Ancaman di Balik Kasus Warisan
128
Balas Dendam Sang Ibu
129
Greta Menemui Adrian DI Batam
130
Merajut Kembali Benang yang Putus
131
Pertemuan Adrian Dengan Maya
132
Kesempatan Kedua untuk Cinta
133
Kasus Pertama yang Ditangani Maya dan Tiara yang Menguji Hati
134
Momen Intim yang Menghapus Luka
135
Perpisahan sebagai Awal

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!