Langkah Kecil Reza

Usai makan siang, Maya dan Tiara memutuskan untuk langsung ke perpustakaan. Mereka memilih tempat duduk di pojok yang agak sepi, agar lebih fokus mengerjakan tugas Pengantar Ilmu Hukum yang diberikan dosen tadi pagi.

Laptop terbuka, buku-buku hukum berserakan di meja, dan layar ponsel bergantian mereka buka. Suasana sunyi, hanya suara ketikan keyboard dan desah nafas mahasiswa lain yang juga sibuk dengan tugasnya.

Dari kejauhan, Reza Ardiansyah kembali memperhatikan Maya. Kali ini dari balik rak buku yang sengaja ia hampiri meski tak benar-benar berniat meminjam buku apa pun.

Tatapannya jatuh pada senyum kecil Maya yang muncul sesekali saat bercanda dengan Tiara.

Bagi Reza, melihat Maya tersenyum saja sudah cukup membuat harinya lebih ringan. Ia tahu dirinya terlalu pengecut untuk mendekat, tapi melihat dari jauh? Itu cara sederhana untuk menjaga hati tetap bahagia.

Sementara itu, di meja mereka, Tiara mulai mengeluh.

"May, sumpah… ini pasalnya apaan dah? Bingung gue, dari tadi muter-muter gini aja."

Maya tersenyum, tetap tenang.

"Sini, cari di Google dulu. Atau lebih gampang, manfaatin AI aja. Tuh, sekarang udah banyak tools yang bisa bantu, asal jangan asal copas."

Tiara mengangguk cepat. "Iya juga ya, kenapa gue gak kepikiran."

Tak butuh waktu lama, Tiara akhirnya menemukan jawaban yang dicari lewat AI.

"Nah, gitu kan lebih cepet. Kadang teknologi lebih sabar dari dosen." ujar Maya santai, membuat Tiara tertawa pelan.

Mereka terus melanjutkan tugas hingga hampir selesai. Rencananya nanti malam, Maya dan Tiara akan video call lagi untuk memastikan semua beres sebelum tugas dikumpulkan melalui website kampus yang sudah disediakan khusus untuk mata kuliah Pengantar Ilmu Hukum.

Reza menatap mereka untuk terakhir kalinya hari itu.

Dalam hatinya ia bergumam,

"Sampai kapan gue cuma berani liat dia dari jauh, ya?"

Tapi untuk saat ini, melihat Maya tersenyum… itu sudah cukup.

Setelah cukup lama hanya memandang dari jauh, akhirnya Reza memberanikan diri melangkah mendekati dua gadis yang sedang sibuk mengetik tugas di pojokan perpustakaan itu. Jantungnya berdegup agak cepat, tapi dia berusaha tetap santai.

Dengan senyum ramah, Reza berdiri di dekat meja mereka.

"Maya Amelia, ya?" sapanya pelan.

Maya mendongak, sedikit kaget karena tiba-tiba ada pria yang menyapanya langsung.

"I-iya, bener. Aku Maya," jawabnya agak gugup.

"Gue Reza. Tadi kita satu kelas. Gue sebenernya mau nanya soal tugas tadi. Bingung aja, bagian pasal sama penjelasannya rada susah dimengerti." Reza berusaha terdengar santai, meski sebenarnya ini cuma alasan agar bisa lebih dekat dengan Maya.

Tiara yang dari tadi ikut memperhatikan langsung nyengir jahil.

"Reza, duduk aja. Jangan berdiri terus, nanti kram loh," candanya diselingi tawa kecil.

Reza ikut tertawa, lalu duduk di kursi kosong di samping mereka.

Tiara sendiri tak pernah punya perasaan khusus pada Reza, baginya ini cuma teman baru yang kebetulan sekelas. Begitu pula Maya, dia hanya menanggapi dengan sopan, tanpa ada pikiran aneh-aneh.

Akhirnya mereka bertiga larut dalam obrolan ringan seputar tugas. Maya dengan sabar menjelaskan apa yang ia pahami, sementara Tiara kadang menyelutuk bercanda agar suasana tak kaku.

"Oh, gitu toh… pantes gue bingung, gue bacanya setengah tidur tadi pagi," celetuk Reza membuat Maya dan Tiara tertawa kecil.

Tanpa terasa, mereka mengerjakan tugas hingga hampir jam 12 siang.

"Udah yuk, kita istirahat. Zuhur dulu biar adem hati," ajak Tiara sambil menutup laptopnya.

Maya mengangguk setuju, begitu juga Reza. Mereka pun beranjak meninggalkan perpustakaan bersama, menuju mushola kampus.

Entah bagi Reza, pertemuan kecil ini mungkin sepele. Tapi bagi hatinya, ini langkah kecil pertama yang berarti.

Setelah salat Zuhur, Maya berjalan pelan menuju gedung perkuliahan. Tangannya baru saja meraih gagang pintu ketika tiba-tiba Reza menarik pergelangan tangannya dari belakang.

"Maya..." panggil Reza buru-buru.

Maya spontan menarik tangannya kembali, sedikit terkejut.

"Reza! Jangan narik tangan orang gitu, ya." ucap Maya, agak kesal.

Reza langsung mengangkat kedua tangannya, memberi isyarat bahwa ia tidak berniat macam-macam.

"Sorry, May. Gua gak maksud. Maksud gue, lu bisa nungguin gua bentar? Gua gak ada barengan. Temen gue si Rian sakit, biasanya kan gue bareng dia."

Maya menghela napas kecil. Dia bukan tipe orang yang suka drama, apalagi marah lama-lama soal hal sepele.

"Yaudah, tapi jangan asal narik lagi ya." jawabnya datar.

Reza tersenyum lega. "Siap, gak bakal gue ulang."

Tak lama, Tiara datang dari arah mushola, langsung bergabung di samping Maya.

"Udah yuk, ke kelas. Jam segini biasanya udah mulai penuh atas." ujar Tiara.

Mereka bertiga pun naik ke lantai dua bersama. Sepanjang jalan menuju kelas, mereka berbincang santai soal tugas tadi, dosen yang killer, dan obrolan ringan khas anak kuliah.

Reza duduk di sebelah Maya, sementara Tiara di sebelah Maya yang satunya lagi. Suasana yang tadinya canggung perlahan jadi lebih cair.

Reza mulai merasa lebih nyaman berbicara dengan Maya. Meski Maya belum menunjukkan tanda apa-apa, setidaknya… dia sudah lebih dekat dibandingkan kemarin.

Ruangan kelas Hukum Administrasi Negara di lantai dua sudah mulai terisi. Beberapa mahasiswa duduk sambil membuka laptop, ada yang masih sibuk dengan ponselnya, dan sebagian mengobrol santai sebelum dosen datang.

Maya duduk di kursi tengah bersama Tiara di sampingnya, sementara Reza duduk di sisi lain Maya, tampak lebih santai sekarang setelah tadi sempat salah tingkah.

"Eh May, ini dosennya katanya lebih kalem daripada yang pagi tadi ya?" bisik Tiara sambil membuka laptopnya.

"Iya, Pak Hari. Katanya sih sabar orangnya, tapi jangan diremehkan. Tugasnya suka tiba-tiba banyak." jawab Maya santai, sembari mempersiapkan buku catatan.

Reza ikut menimpali sambil tersenyum,

"Wah, berarti aman ya buat mahasiswa tukang ngeluh kayak gue."

Maya hanya menoleh sekilas, tersenyum kecil tanpa menanggapi lebih jauh. Tiara malah tertawa pelan mendengar komentar Reza.

Beberapa menit kemudian, seorang pria paruh baya dengan kemeja rapi masuk ke kelas. Sosoknya tenang, tidak banyak bicara, hanya menaruh tas kerja di atas meja dosen lalu langsung menyalakan laptop.

"Selamat siang, mahasiswa. Hari ini kita akan masuk materi Hukum Administrasi Negara. Saya Pak Hari Santoso," ucapnya singkat tapi jelas.

"Saya ingin kalian tahu, hukum administrasi ini penting karena berkaitan langsung dengan bagaimana negara bekerja, mulai dari urusan kecil seperti izin usaha sampai soal kebijakan besar."

Mahasiswa mulai membuka buku catatan. Maya fokus mendengarkan, tangannya cekatan mencatat tiap poin yang dianggap penting.

Sementara Reza, meski duduk di sebelah Maya, diam-diam lebih sibuk melirik ke arah Maya daripada ke papan tulis.

Dalam hatinya ia bergumam,

"Cewek ini serius banget ya. Pantes susah dideketin, pikirannya kuliah terus."

Pak Hari melanjutkan penjelasannya dengan sabar, menjelaskan materi hari itu soal fungsi dan kewenangan lembaga administrasi negara, serta kaitannya dengan perlindungan hukum bagi warga negara.

Sebelum kelas selesai, Pak Hari memberi tugas kelompok kecil yang harus dikumpulkan minggu depan.

"Silakan bentuk kelompok masing-masing, maksimal tiga orang." ucap Pak Hari.

Tanpa banyak bicara, Tiara langsung menoleh ke Maya.

"Kita bareng ya, May. Sama Reza juga gak apa-apa kan?"

Maya mengangguk. "Yaudah, biar gampang."

Reza langsung mengangguk setuju. "Thanks, gue nebeng sama kalian ya."

Mereka bertiga resmi jadi kelompok kecil. Setelah itu, kelas pun ditutup dengan pengingat tugas dari Pak Hari.

Saat keluar kelas, Reza sempat tersenyum lega dalam hati. Setidaknya, sekarang ada alasan jelas buat sering ngobrol sama Maya.

Episodes
1 Prolog
2 Maya dan Jalan Panjang Menuju Mimpinya
3 Langkah Kecil Reza
4 Pertemuan Kecil, Awal Cerita Besar
5 Langkah Kecil, Takdir Besar
6 Doa Seorang Ayah Dan Harapan Maya
7 Restu yang Tak Pernah Datang
8 Maya Dan Ayahnya Menggunakan Aplikasi Gofood.
9 Warung Ramai Dan Hadiah Dari Ayah
10 Seseorang Sedang Mengawasi
11 Greta Marcelonaz Ibu Dari Maya Amelia
12 Flashback keegoisan Greta
13 Tanda yang Tak Terucap
14 Reza dan Rasa yang Tak Pernah Dipaksa
15 Greta Ibu Yang Tak akan Kalah atau Menyerah
16 Rencana Hanna Marcelonez dan Dokter Mario Santiago Pindah Ke Jakarta
17 Maya Dan Tiara Bertabrakan Dengan Lily Berliana
18 Lily Berliana Ani-Ani Kelas Atas
19 Perempuan Yang Tak Layak Di Jadikan Istri
20 Bertemu Ayah Tiara Dan Mario Menggunakan Jasa Lily
21 Malam di Manila, Rindu di Jakarta
22 Ketika Ayah Memasak dan Aku Berdoa
23 Seminar Fakultas Hukum, Ruang 204
24 Pertemuan Adrian dan Maya yang Tidak Netral
25 Bukan Sekadar Sahabat
26 Arman Wiradiputra Ayah Tiara
27 Antara Pasal dan Perasaan
28 Jarak yang Tidak Terlihat
29 Sebelum Jadi Pengacara
30 Saat Kota Tertidur, Hati Terbangun
31 Adrian Belum Tahu Jika Lily adalah PSK Kelas Atas
32 Pertemuan Tanpa Sadar Maya Dan Mariana
33 Senja yang Menyimpan Takdir
34 Mariana Bertemu Anak Gadis Itu Bernama Maya
35 Pelindung dan Pengamat
36 Sambal Mangga dan Sebuah Pilihan
37 Membeli rumah Baru Di Cluster Soka
38 Pindah ke rumah Baru Di Cluster soka
39 Lamaran di Tengah Detak Lemah
40 Satu Siang yang Mengubah Segalanya
41 Lamaran Usia Muda Antara Bakti dan Luka
42 Permintaan Terakhir
43 Antara Kebaya Ibu dan Sampanye Manila
44 Langkah Pertama Menuju Nama Keluarga Baru
45 Percakapan Adrian Dan Maya Di Kediaman Martadinata
46 Membuat Perjanjian Pra-nikah
47 Dengan Sopan, Dia Membalik Dunia
48 Seminggu Lagi Jadi Istri Orang
49 Paris dan Janji yang Kandas
50 Pertanda dari Dalam Mimpi
51 Mimpi Seorang Anak, Dendam Seorang Kekasih
52 Jangan Pikir Bisa Bahagia
53 Teror Dari Lily
54 Ivory: Warna yang Menyembunyikan Luka
55 Aku Hanya Ingin Melihatnya Sekali Lagi
56 Pernikahan Ini Bukan Pilihanku
57 Bukan Pilihan Siapa-Siapa
58 Acara pasang tarub dan tuwuhan Greta Datang Untuk Melakukan Ritual
59 Midodareni Tanpa Bidadari
60 Tanda-Tanda Redflag Adrian : Kamu Belum Jadi Istri Saya
61 Aku Tidak Bahagia di Hari Bahagiaku
62 Akad Nikah
63 Pelaminan Tanpa Cinta
64 Pembicaraan Maya dengan Ibu Dan Kakak Perempuannya
65 Bukan Malam Pengantin Tapi Malam Pertama KDRT
66 Firasat Seorang Ibu
67 Perban di Tangan, Senyum di Bibir
68 Luka KDRT
69 Perempuan yang Berdiri di Tengah Badai
70 Tamparan Pertama
71 Tirai yang Tak Lagi Menutup Luka
72 Luka yang Tersembunyi
73 Genggaman Tak Terlihat
74 Kebenaran di Balik Senyum
75 Perlindungan Greta Sebagai Ibu
76 Menghabiskan Waktu Ibu Dan Anak Yang sudah lama terpisah
77 Luka Maya, Murka Ibu
78 Titik Nadir Sebuah Pernikahan
79 Lily Dan Mario Di Gerebek Oleh Greta Dan Polisi
80 Percakapan Greta Dengan Ahmad Mengenai Kedua Menentu Mereka
81 Drama Pagi Hari
82 Antara Kampus dan Ketakutan
83 Pelampiasan Kemarahan
84 Kesucian yang Terenggut Oleh Sang Suami
85 Badai Rumah Tangga Hanna
86 Perang di Ranjang
87 Pengacara Terkenal Dan Istrinya Konferesi Pers
88 Ibu Mertua Perhatian
89 Rumah Tangga Hanna Dan Dokter Mario Santiago
90 Kekuatan Dua Ibu, Greta dan Mariana
91 Adrian berbicara Soal anak
92 Lily menyewa Buzzer dan Berhasil Bebas Dari Penjara
93 Kepergian Sang Pelindung
94 Penderitaan Maya Dari Sang Suami
95 Ironi di Balik Keadilan
96 Di Rumah Sakit Maya tetap menjaga jarak
97 Reza Dan Tiara Menjenguk
98 Kehamilan Maya dan Ketidak Percayaan Adrian
99 Kehamilan Maya dan Kecurigaan Adrian
100 Adrian Membawa Lily Ke Rumah Saat Maya Tengah Mengandung
101 Kebencian yang Ditabur Adrian
102 Ketika Sabar Berbuah Dendam
103 Kabar Kehamilan Maya yang Bahagia dan Hanna Mengamuk Saat Lily Tiba
104 Balas Dendam Sang Kakak
105 Dendam dan Cinta Seorang Kakak
106 Perjuangan Melawan Badai Media
107 Sahabat Selalu Ada
108 Greta, Sang Tameng Penjaga
109 Gertakan Greta yang Mematikan
110 Rencana Gila Adrian
111 Kekhawatiran Maya Soal Adrian Yang Ternyata Mengintainya
112 Di Bawah Pengawasan Adrian
113 Adrian berhasil menculik Maya
114 Ketakutan Maya Dan Rencana Penyelamatan
115 Adrian Tertangkap Polisi Dan Maya Melahirkan Prematur
116 Maura Ankara Martadinata
117 Mariana Menemui Adrian Di Penjara
118 Perubahan Adrian Di Dalam Penjara
119 Kebahagiaan Maya Dengan Kehadiran Maura
120 Bahagia Yang Terasa Lengkap
Episodes

Updated 120 Episodes

1
Prolog
2
Maya dan Jalan Panjang Menuju Mimpinya
3
Langkah Kecil Reza
4
Pertemuan Kecil, Awal Cerita Besar
5
Langkah Kecil, Takdir Besar
6
Doa Seorang Ayah Dan Harapan Maya
7
Restu yang Tak Pernah Datang
8
Maya Dan Ayahnya Menggunakan Aplikasi Gofood.
9
Warung Ramai Dan Hadiah Dari Ayah
10
Seseorang Sedang Mengawasi
11
Greta Marcelonaz Ibu Dari Maya Amelia
12
Flashback keegoisan Greta
13
Tanda yang Tak Terucap
14
Reza dan Rasa yang Tak Pernah Dipaksa
15
Greta Ibu Yang Tak akan Kalah atau Menyerah
16
Rencana Hanna Marcelonez dan Dokter Mario Santiago Pindah Ke Jakarta
17
Maya Dan Tiara Bertabrakan Dengan Lily Berliana
18
Lily Berliana Ani-Ani Kelas Atas
19
Perempuan Yang Tak Layak Di Jadikan Istri
20
Bertemu Ayah Tiara Dan Mario Menggunakan Jasa Lily
21
Malam di Manila, Rindu di Jakarta
22
Ketika Ayah Memasak dan Aku Berdoa
23
Seminar Fakultas Hukum, Ruang 204
24
Pertemuan Adrian dan Maya yang Tidak Netral
25
Bukan Sekadar Sahabat
26
Arman Wiradiputra Ayah Tiara
27
Antara Pasal dan Perasaan
28
Jarak yang Tidak Terlihat
29
Sebelum Jadi Pengacara
30
Saat Kota Tertidur, Hati Terbangun
31
Adrian Belum Tahu Jika Lily adalah PSK Kelas Atas
32
Pertemuan Tanpa Sadar Maya Dan Mariana
33
Senja yang Menyimpan Takdir
34
Mariana Bertemu Anak Gadis Itu Bernama Maya
35
Pelindung dan Pengamat
36
Sambal Mangga dan Sebuah Pilihan
37
Membeli rumah Baru Di Cluster Soka
38
Pindah ke rumah Baru Di Cluster soka
39
Lamaran di Tengah Detak Lemah
40
Satu Siang yang Mengubah Segalanya
41
Lamaran Usia Muda Antara Bakti dan Luka
42
Permintaan Terakhir
43
Antara Kebaya Ibu dan Sampanye Manila
44
Langkah Pertama Menuju Nama Keluarga Baru
45
Percakapan Adrian Dan Maya Di Kediaman Martadinata
46
Membuat Perjanjian Pra-nikah
47
Dengan Sopan, Dia Membalik Dunia
48
Seminggu Lagi Jadi Istri Orang
49
Paris dan Janji yang Kandas
50
Pertanda dari Dalam Mimpi
51
Mimpi Seorang Anak, Dendam Seorang Kekasih
52
Jangan Pikir Bisa Bahagia
53
Teror Dari Lily
54
Ivory: Warna yang Menyembunyikan Luka
55
Aku Hanya Ingin Melihatnya Sekali Lagi
56
Pernikahan Ini Bukan Pilihanku
57
Bukan Pilihan Siapa-Siapa
58
Acara pasang tarub dan tuwuhan Greta Datang Untuk Melakukan Ritual
59
Midodareni Tanpa Bidadari
60
Tanda-Tanda Redflag Adrian : Kamu Belum Jadi Istri Saya
61
Aku Tidak Bahagia di Hari Bahagiaku
62
Akad Nikah
63
Pelaminan Tanpa Cinta
64
Pembicaraan Maya dengan Ibu Dan Kakak Perempuannya
65
Bukan Malam Pengantin Tapi Malam Pertama KDRT
66
Firasat Seorang Ibu
67
Perban di Tangan, Senyum di Bibir
68
Luka KDRT
69
Perempuan yang Berdiri di Tengah Badai
70
Tamparan Pertama
71
Tirai yang Tak Lagi Menutup Luka
72
Luka yang Tersembunyi
73
Genggaman Tak Terlihat
74
Kebenaran di Balik Senyum
75
Perlindungan Greta Sebagai Ibu
76
Menghabiskan Waktu Ibu Dan Anak Yang sudah lama terpisah
77
Luka Maya, Murka Ibu
78
Titik Nadir Sebuah Pernikahan
79
Lily Dan Mario Di Gerebek Oleh Greta Dan Polisi
80
Percakapan Greta Dengan Ahmad Mengenai Kedua Menentu Mereka
81
Drama Pagi Hari
82
Antara Kampus dan Ketakutan
83
Pelampiasan Kemarahan
84
Kesucian yang Terenggut Oleh Sang Suami
85
Badai Rumah Tangga Hanna
86
Perang di Ranjang
87
Pengacara Terkenal Dan Istrinya Konferesi Pers
88
Ibu Mertua Perhatian
89
Rumah Tangga Hanna Dan Dokter Mario Santiago
90
Kekuatan Dua Ibu, Greta dan Mariana
91
Adrian berbicara Soal anak
92
Lily menyewa Buzzer dan Berhasil Bebas Dari Penjara
93
Kepergian Sang Pelindung
94
Penderitaan Maya Dari Sang Suami
95
Ironi di Balik Keadilan
96
Di Rumah Sakit Maya tetap menjaga jarak
97
Reza Dan Tiara Menjenguk
98
Kehamilan Maya dan Ketidak Percayaan Adrian
99
Kehamilan Maya dan Kecurigaan Adrian
100
Adrian Membawa Lily Ke Rumah Saat Maya Tengah Mengandung
101
Kebencian yang Ditabur Adrian
102
Ketika Sabar Berbuah Dendam
103
Kabar Kehamilan Maya yang Bahagia dan Hanna Mengamuk Saat Lily Tiba
104
Balas Dendam Sang Kakak
105
Dendam dan Cinta Seorang Kakak
106
Perjuangan Melawan Badai Media
107
Sahabat Selalu Ada
108
Greta, Sang Tameng Penjaga
109
Gertakan Greta yang Mematikan
110
Rencana Gila Adrian
111
Kekhawatiran Maya Soal Adrian Yang Ternyata Mengintainya
112
Di Bawah Pengawasan Adrian
113
Adrian berhasil menculik Maya
114
Ketakutan Maya Dan Rencana Penyelamatan
115
Adrian Tertangkap Polisi Dan Maya Melahirkan Prematur
116
Maura Ankara Martadinata
117
Mariana Menemui Adrian Di Penjara
118
Perubahan Adrian Di Dalam Penjara
119
Kebahagiaan Maya Dengan Kehadiran Maura
120
Bahagia Yang Terasa Lengkap

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!