Hendra yang sudah merasa kesal dengan pembicaraan Lisa dan keluarganya, akhirnya angkat suara untuk mengajak keluarganya pulang.
"Ma, sebaiknya kita pulang sekarang ya, kasihan Bagus sama Indah pasti sudah mengantuk, apalagi besok Hendra juga harus kerja."
Mama Meti sebenarnya masih ingin mengobrol dengan Lisa, apalagi mereka sedang membicarakan barang-barang branded sehingga membuat Mama Meti bersemangat, tapi jika sudah menyangkut pekerjaan Hendra, Mama Meti pasti akan mengalah, karena selama ini Hendra adalah mesin ATM nya.
"Lisa sayang, kalau begitu kami pulang dulu ya. Sebenarnya Tante masih pengen ngobrol sama kamu. Oh iya, mau sekalian kami antar pulang juga tidak?" tanya Mama Meti.
"Iya Tante, Lisa juga sebenarnya masih pengen ngobrol. Tidak perlu repot-repot Tante, kebetulan Lisa bawa mobil sendiri."
Mata Mama Meti langsung berbinar ketika mendengar Lisa membawa mobil sendiri. Mama Meti juga semakin yakin untuk berusaha memisahkan Yuni dengan Hendra supaya putranya tersebut bisa menikah dengan Lisa.
"Lisa, kamu benar-benar perempuan hebat. Tante semakin kagum sama perempuan cantik dan mandiri seperti kamu," puji Mama Meti.
"Tante bisa saja. Sudah seharusnya Lisa mandiri, apalagi sekarang Lisa sudah tidak memiliki tempat untuk bersandar," ucap Lisa dengan memasang wajah sedih.
"Yang sabar ya sayang, nanti Hendra yang akan selalu ada untuk Lisa. Kalau begitu kami pulang duluan ya, Lisa hati-hati di jalan, kapan-kapan jangan lupa main ke rumah kami," ujar Mama Meti kemudian melakukan cipika cipiki dengan Lisa.
Aku bukan hanya akan main ke rumah kalian, tapi aku akan segera menjadi Ratu di rumah kalian, batin Lisa dengan tersenyum licik.
Sepanjang perjalanan pulang, Hendra terus menekuk wajahnya. Dia masih merasa kesal karena Mama Meti dan kedua saudarinya sudah bersikap keterlaluan.
"Hendra, kenapa kamu diam saja? Seharusnya kamu bahagia karena sudah bertemu dengan cinta pertama kamu."
Hendra menghela napas panjang mendengar perkataan Mama Meti. Dia tidak habis pikir dengan jalan pikiran Ibu kandungnya tersebut.
"Ma, Hendra sudah memiliki Anak dan Istri, tidak sepantasnya Mama berbicara seperti itu."
"Hendra, jadi sekarang kamu sudah berani melawan Mama? Mama tidak menyangka kamu akan terus membela perempuan kampung itu. Hendra, seharusnya kamu mendapatkan Istri yang sepadan dengan keluarga kita."
"Ma, selama ini Yuni sudah menjadi Istri dan Ibu yang baik, Yuni juga selalu berusaha menjadi Menantu yang berbakti. Apa semua itu sama sekali tidak menyentuh hati Mama?" ujar Hendra.
"Yuni tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan Lisa. Lisa itu cantik dan berpendidikan, dia bahkan sudah memiliki rumah dan mobil. Kalau kamu nikah sama dia, apa yang Lisa miliki akan menjadi milik kamu juga. Kamu lihat sendiri, mobil Lisa lebih bagus dari mobil kita. Kamu benar benar bodoh kalau masih mempertahankan perempuan jelek, kampungan dan miskin seperti si Yuni."
"Cukup Ma, Mama jangan pernah membandingkan Yuni dengan Lisa. Hendra juga pasti bisa memiliki mobil dan rumah yang bagus seandainya gaji Hendra tidak Mama gunakan untuk memenuhi semua kebutuhan kalian."
Mama Meti semakin geram mendengar perkataan Hendra yang mulai berani melawannya.
"Jadi selama ini kamu tidak ikhlas memberikan semua itu kepada kami?" tanya Mama Meti dengan tatapan tajam.
Hendra akhirnya diam, karena dia tidak mau menjadi Anak durhaka jika melawan perkataan Ibu kandungnya sendiri, apalagi di sana ada Bagus dan Indah, jadi Hendra berusaha menahan emosinya.
Setelah sampai rumah, Mama Meti yang masih merasa kesal terhadap Hendra bergegas mengajak Anak dan Cucunya masuk ke dalam rumah, bahkan mereka tidak menyadari keberadaan Yuni yang tengah tertidur di atas sofa yang berada di ruang keluarga.
"Yuni pasti menungguku pulang, kasihan dia sampai ketiduran di sini," gumam Hendra ketika melihat Yuni.
Hendra tidak tega membangunkan Yuni yang tengah terlelap, sampai akhirnya dia memutuskan menggendong Yuni untuk memindahkannya ke dalam kamar.
"Sebaiknya aku gendong Yuni saja, kasihan kalau aku membangunkannya."
Pada saat Mama Meti ke luar dari dalam kamarnya untuk mengambil air minum, Mama Meti langsung mengepalkan kedua tangannya ketika melihat perhatian Hendra terhadap Yuni.
"Aku harus segera memisahkan Hendra dari perempuan kampung itu, jangan sampai Hendra dikuasai oleh Yuni," gumam Mama Meti yang sudah memiliki rencana licik untuk memisahkan Hendra dan Yuni.
......................
Setelah sampai kamar, Hendra membaringkan tubuh Yuni di atas tempat tidur, kemudian Hendra mengecup kening Yuni.
"Mas sudah pulang? Maaf ya aku ketiduran. Kenapa Mas tidak membangunkan ku? Kasihan Mas pasti berat karena harus menggendong ku."
"Tidak apa-apa sayang, kamu tidur lagi saja. Maaf kalau Mas sudah mengganggu tidur kamu," ucap Hendra yang merasa bersalah ketika melihat wajah Yuni yang terlihat lelah.
Yuni tersenyum bahagia melihat perhatian Hendra, apalagi sudah lama sekali Hendra tidak perhatian seperti itu terhadap dirinya.
"Kenapa senyum-senyum sendiri?" tanya Hendra dengan memeluk tubuh Yuni.
"Aku bahagia karena Mas Hendra sudah perhatian sama aku," jawab Yuni dengan tersenyum malu.
"Maafin Mas ya, selama ini Mas tidak pernah memiliki waktu untuk kamu dan Anak-anak kita. Semenjak menjadi Manager keuangan, Mas selalu disibukan dengan pekerjaan kantor."
"Tidak apa-apa Mas, aku mengerti," ucap Yuni dengan menenggelamkan wajahnya pada dada bidang Hendra.
Alhamdulillah Ya Allah, akhirnya Engkau mengabulkan do'a Hamba. Aku bahagia karena akhirnya Mas Hendra yang dulu kembali lagi, ucap Yuni dalam hati.
......................
Keesokan paginya, Mama Meti terlihat heran ketika melihat Yuni yang terus mengembangkan senyuman, apalagi rambut Yuni terlihat basah.
"Kenapa kamu senyum-senyum sendiri?"
"Ma, masakannya sudah matang, kalau begitu Yuni permisi dulu mau siap-siap berangkat kerja."
Semalam saat hujan reda, Yuni bergegas belanja ke warung untuk membeli bahan bahan masakan, karena Yuni tidak mau Mama Meti kembali memarahinya.
"Dasar Menantu aneh, ditanya jawabnya malah gak nyambung. Lihat saja Yuni, aku akan segera menyingkirkan kamu dari rumah ini, karena kamu tidak pantas bersanding dengan Hendra. Aku harus segera mencari cara untuk mendekatkan Hendra dan Lisa," gumam Mama Meti.
Setelah Yuni menitipkan Denis dan Dira kepada Tetangganya, Yuni melangkahkan kakinya untuk mencegat angkot, tapi beberapa saat kemudian mobil Hendra terlihat berhenti di hadapannya.
"Yuni, sebaiknya kamu ikut naik mobil saja, apalagi sekarang sudah siang," ujar Hendra.
"Tapi Mas, nanti Mas Hendra malu kalau ada orang yang melihat kita berangkat bersama."
"Yuni, kamu adalah Istriku, tidak seharusnya aku merasa malu. Sebaiknya kita segera berangkat, Mama juga lagi makan, jadi Mama gak bakalan tau kalau kita berangkat bersama," ujar Hendra dengan membukakan pintu mobil untuk Yuni.
Selama ini Mama Meti selalu melarang Hendra mengajak Yuni berangkat bersama dengan alasan supaya Yuni tidak mempermalukan Hendra, tapi hari ini Hendra tidak menuruti perkataan Mama Meti sehingga membuat Mama Meti yang melihat kepergian Yuni dan Hendra semakin merasa geram.
"Padahal aku sudah susah payah menjauhkan Hendra dari Yuni. Kenapa sekarang Hendra dan Yuni bisa kembali dekat?"
*
*
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Irma
Hendra keknya lupa satu hal surga memang berada di bawah telapak kaki ibunya tapi kuncinya ada di istrinya yuni sebaik apapun kamu Hendra sama ibu kamu tapi kalau kamu dzolim ke istri kamu dan anak kamu yah percuma juga apa lagi kamu tidak memberikan nafkah ke istri kamu tak memberikan gak istri kamu saking tidak maunya di anggap anak durhaka Hendra Hendra
2025-08-04
3
Ninik
padahal saat anak laki2 kalau sudah menikah itu doa istri lbih mujarab ketimbang doa ibu rezeki suami itu ada doa istri disana makanya byk laki2 kalau udah sukses trs selingkuh nyakitin istri pada hancur kehidupannya karna Alloh pun tak ridho
2025-08-04
3
Siti Zaid
Segitu takutnya menjadi anak durhaka..Hendra sunggup menelantarkan isteri sama anak2 nya...semoga karma utk ibu mertua kejam seperti mama meti...😢
2025-08-04
2