Bab 3

Ketika Hendra dan keluarganya tengah makan enak di Restoran, Yuni dan kedua Anaknya hanya bisa makan dengan telur yang dicampur dengan tepung terigu, karena hanya ada satu telur yang tersisa di dalam kulkas.

Yuni belum sempat belanja apalagi saat ini cuaca tengah hujan deras, jadi Yuni memutuskan untuk menambahkan beberapa sendok tepung terigu supaya telurnya menjadi banyak.

"Bu, kenapa Ayah tidak mengajak kita makan di Restoran juga? Sedangkan Oma, Tante Rani, Tante Dela, Bagus dan Indah di ajak?" tanya Denis yaitu Anak sulung Yuni dan Hendra yang saat ini sudah berusia enam tahun.

Ketika Hendra dan keluarganya hendak berangkat menuju Restoran, Denis yang berada di rumah tetangga Yuni, tidak sengaja mendengar bahkan melihat kepergian Hendra dan keluarganya, tapi Denis tidak berani menghampiri Ayahnya tersebut, karena Mama Meti pasti akan memarahi Denis.

"Nak, mungkin Ayah masih ada pekerjaan, makanya Ayah tidak mengajak kita," ujar Yuni dengan mengusap lembut kepala Denis.

"Selama ini Ayah tidak pernah mengajak Ibu, Denis dan Dira jalan-jalan, tapi kenapa Ayah selalu mengajak Oma dan Keluarganya? Padahal Denis juga ingin mencoba naik mobil baru Ayah. Apa Ayah tidak sayang kepada kita?" tanya Denis lagi.

Yuni hanya bisa menahan sesak dalam dadanya ketika mendengar pertanyaan Denis, tapi Yuni selalu memberikan pengertian kepada Denis tanpa menjelek-jelekan Hendra dan keluarganya.

"Nak, Denis jangan berbicara seperti itu lagi ya. Ayah pasti sangat menyayangi kita, hanya saja Ayah selalu sibuk dengan pekerjaannya. Nanti, kalau Ibu sudah gajian, Ibu bakalan ngajak Denis dan Dira pergi ke Taman bermain," ujar Yuni dengan menampilkan senyum palsu di hadapan kedua Anaknya.

Denis tersenyum bahagia mendengar perkataan Yuni yang akan mengajaknya pergi ke Taman bermain, apalagi sudah lama sekali Denis tidak pergi jalan-jalan.

"Bu, kalau Denis sudah besar, Denis akan bekerja yang giat supaya bisa membahagiakan Ibu dan Dira, jadi Ibu tidak perlu capek bekerja lagi," ujar Denis dengan memeluk tubuh Yuni.

"Makasih banyak ya sayang, Denis memang Anak yang baik," ujar Yuni yang sudah tidak kuasa lagi membendung air matanya.

Denis kembali bertanya kepada Yuni ketika melihat Yuni mengelap air mata yang terus menetes pada pipinya.

"Kenapa Ibu menangis?" tanya Denis dengan membantu Yuni mengelap air mata.

"Ini adalah tangisan bahagia. Ibu merasa sangat beruntung memiliki Denis dan Dira. Sebaiknya sekarang kita makan dulu. Denis sudah cuci tangan kan?" tanya Yuni, dan Denis menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

"Kalau begitu, Denis baca do'a dulu sebelum makan," sambung Yuni.

Setelah Denis membaca do'a, Denis terlihat makan dengan lahap meski pun hanya dengan lauk yang sederhana.

"Masakan Ibu memang selalu enak. Sekarang Ibu juga harus makan," ujar Denis dengan menyuapi Yuni dan Dira, sehingga membuat Yuni tersenyum bahagia.

Tuhan, terimakasih banyak karena telah mengirimkan dua Malaikat kecil ke dalam kehidupanku, ucap Yuni dalam hati.

......................

Di tempat lain, saat ini Hendra dan keluarganya tengah menikmati makanan di Restoran, bahkan Mama Meti sengaja memesan banyak makanan enak tanpa memikirkan Menantu dan kedua Cucunya yang berada di rumah.

"Hendra, kenapa kamu diam saja? Kamu harus makan yang banyak biar sehat, apalagi kamu harus bekerja supaya bisa menghasilkan uang yang banyak untuk kami," ujar Mama Meti dengan menambah lauk pada piring Hendra.

"Iya benar Kak, Kakak harus cari uang yang banyak untuk kami, soalnya Dela pengen beli motor baru."

"Kak Rani juga pengen beli tas branded keluaran terbaru, Bagus pengen mobil mobilan remot, dan Indah mau boneka baru juga," cerocos Rani tanpa tahu malunya, padahal Rani sudah memiliki Suami yang saat ini bekerja di luar kota, tapi Rani masih saja sering meminta uang dari Hendra.

"Tuh kamu denger sendiri perkataan Kakak sama Adik kamu, jadi kamu harus makan yang banyak supaya selalu sehat," ujar Mama Meti dengan tersenyum.

Hendra sebenarnya teringat kepada Yuni dan kedua Anaknya yang entah makan dengan lauk apa di rumah, tapi Hendra merasa takut untuk menyampaikan pendapatnya.

Apa selama ini aku sudah keterlaluan karena selalu menuruti semua kemauan Mama dan keluargaku? Bahkan aku sampai melupakan kewajiban sebagai seorang Ayah dan Suami. Aku di sini makan dengan lauk yang enak, sedangkan Yuni dan kedua Anakku entah makan dengan apa, batin Hendra.

"Hendra, jangan bilang kalau kamu sedang memikirkan Yuni?" ujar Mama Meti ketika melihat Hendra terus saja melamun.

"Ma, apa salah jika Hendra memikirkan Istri dan Anak-anak Hendra yang entah makan dengan lauk apa di rumah? Sedangkan sekarang kita makan dengan beraneka macam lauk yang rasanya enak," ucap Hendra dengan lirih.

"Apa maksud kamu Hendra? Jadi kamu sudah berani melawan Mama hanya demi perempuan kampung itu?" ujar Mama Meti dengan penuh penekanan.

"Ma, yang Mama sebut perempuan kampung itu adalah Istri Hendra dan Menantu Mama sendiri," ucap Hendra dengan nada yang cukup tinggi.

Baru kali ini Hendra berani membalas perkataan Mama Meti yang selalu bersikap keterlaluan terhadap Yuni, padahal biasanya Hendra akan diam seperti boneka.

"Kamu keterlaluan Hendra, bisa-bisanya kamu membentak Mama," ucap Mama Meti dengan berlinang air mata.

"Maaf Ma, Hendra tidak bermaksud seperti itu."

Hendra memutuskan pergi ke kamar mandi karena dia tidak mau terus berdebat dengan Mamanya, apalagi saat ini mereka sedang berada di tempat umum.

Ketika berada di dalam kamar mandi, Hendra mengacak rambutnya secara kasar.

Hendra kembali teringat dengan perkataan Yuni yang lebih memilih tinggal di rumah kontrakan dari pada tinggal bersama keluarga Hendra.

"Apa aku coba saja menuruti kemauan Yuni untuk tinggal terpisah dari keluargaku? Kasihan juga Yuni, sepertinya dia merasa tertekan dengan perlakuan keluargaku," gumam Hendra.

Pada saat ke luar dari dalam kamar mandi, Hendra terus saja melamun, bahkan dia sampai menabrak seseorang.

"Awww," pekik perempuan cantik dan seksi yang tidak sengaja Hendra tabrak.

"Maaf Nona, saya tidak sengaja," ucap Hendra.

Hendra begitu terkejut ketika melihat sosok perempuan yang saat ini berada di hadapannya.

"Lisa," ucap Hendra.

"Mas Hendra," ucap Lisa yang sama terkejutnya dengan Hendra.

"Mas, kamu apa kabar?" tanya Lisa kemudian memeluk serta melakukan cipika cipiki terhadap Hendra.

Hendra ingin sekali menolak perlakuan Lisa terhadap dirinya, tapi Hendra tidak ingin membuat Lisa malu jika sampai Hendra menghindarinya.

"Alhamdulillah aku baik. Maaf Lisa, aku duluan," jawab Hendra yang sengaja ingin menghindari Lisa.

Pada saat Hendra hendak melangkahkan kakinya untuk pergi, Lisa tiba-tiba mencekal pergelangan tangan Hendra.

"Mas tunggu, ada sesuatu yang ingin aku bicarakan," ucap Lisa.

*

*

Bersambung

Terpopuler

Comments

Irma

Irma

tipe laki laki kek Hendra nih yg kita hindari udah sih yuni pergi aja tinggalin aja suami kamu itu apa lagi udah muncul tuh tunas tunas pelakor yg ada kamuakin tersakiti jangan sampai anak kamu jadi trauma karna kelakuan ayahnya beserta keluarganya apa lagi kamu nggak di kasih nafkah hah ya ampun yuni yuni malang betul nasibmu

2025-08-02

1

Siti Zaid

Siti Zaid

Masih punya hati nurani kamu Hendra..tapi sayang nya cara berbakti mu salah pada ibu dan keluarga kamu..jangan menyesal dikemudian hari sudah....😢

2025-08-02

1

Sunshine

Sunshine

Pelakor nya udah muncul nih, semangat terus up nya Kak Thor, aku selalu menunggu kelanjutannya

2025-08-02

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!