BOSS WITH BENEFIT

BOSS WITH BENEFIT

CINTA PADA PANDANGAN PERTAMA

"Namanya siapa?" tanya Gavindra pada Bimo sang asisten. Gavindra adalah seorang pebisnis muda, pemilik pabrik skincare sedang menatap intens pada seorang gadis yang merupakan karyawan di perusahaannya.

Tiba-tiba saja bagian tubuh bawah Gavindra menegang saat menatap gadis itu. Sebuah moment yang sudah lama tak dirasakan oleh Gavindra, merasakan gairah bangkit setelah dikhianati oleh sang kekasih. Padahal, gadis itu tidak memakai pakaian terbuka, malah sangat sopan.

Gadis itu bernama Jasmine Putri, salah seorang tim content spesialist di perusahaan Gavindra. wajahnya cantik, postur tubuhnya tinggi, dan kepiawaiaannya public speaking menarik perhatian Gavindra yang baru menginjakkan kaki di perusahaan ini.

Selama ini perusahaan miliknya dihandle oleh sang kakak, dia melanjutkan sekolah Magister dan bekerja sebagai multinasional networking di Australia, dan sekarang sang kakak harus pindah ke Singapura mengikuti sang suami, otomatis Gavindra menghandle perusahaan yang sudah dirintis sejak menjadi mahasiswa semester 3 dulu.

"Ada yang salah dengan Mimin?" tanya Bimo kaget. Setahu dia, kalau Gavindra lebih disiplin daripada sang kakak. Bimo dan Gavindra teman sejak SMP. Saat Gavindra ke Australia, mencari pengalaman dalam dunia bisnis serta S2 di sana, ia menyerahkan perusahaan skincare ke sang kakak yang dibantu Bimo. Sehingga lelaki play boy ini lebih tahu soal karyawan.

Menurut Bimo, Mimin bukanlah karyawan yang bermasalah, justru dia karyawan baru yang potensial. Kerjanya cekatan serta kemampuan otaknya luar biasa, tapi cerewetnya naudzubillah. Bahkan Bimo yang dikenal playboy tidak pernah berhasil mengajak Jasmine jalan. Sungguh, harga diri sebagai playboy nyungsep di hadapan Jasmine.

"Mimin?" tanya Gavindra heran, gadis secantik itu namanya Mimin? Gak salah. Bimo pun menjelaskan nama panjang dan nama panggilan Jasmine kalau di kantor. "Lo kayaknya tahu banget sama dia, Bim? Naksir?" tanya Gavindra dengan tawa sinis, sembari menepuk pundak asisten pribadinya.

Bimo hanya cengengesan, dari gelagatnya saja Gavindra tahu, kalau Bimo termasuk pengincar Jasmine. Fix perempuan unik sampai Bimo mengincar. Terlebih pengakuan sang asisten bahwa dia tidak pernah berhasil mengajak Jasmine kencan. Wah, jiwa laki-laki Gavindra jelas tertantang. Masa' iya Jasmine menolak pesonanya.

Gavindra pun ikut meeting darurat dengan tim content, sejenak ia memberikan kode pada beberapa karyawan yang melihatnya untuk diam, agar Jasmine tidak terganggu dan diskusi mereka tetap jalan.

Permasalahan mereka ternyata terletak pada model yang biasa mereka hire, sedang sakit. Sehingga proses syuting dan upload video di web serta media sosial perusahaan terganggu. Jasmine mengusulkan untuk ganti model, toh untuk sementara. Sedangkan Surya, manajer pemasaran tidak berkenan. Selain sudah kontrak, model tersebut juga mengatakan minta istirahat 3 hari saja sampai kondisi pulih.

"Ya gak bisa dong, Mas Sur. Deadline promosi moisturizer ini masa' iya diundur, kasihan tim kita dong sudah list beberapa agenda, harus mundur sedangkan promosi produk lain juga tetap jalan!" kekeh Jasmine menolak, berharap bagian pemasaran bisa menerima solusi yang ditawarkan oleh Jasmine dan tim content lainnya.

Gavindra bertanya pada beberapa karyawan di dekatnya, apa duduk permasalahan sehingga Jasmine sengotot itu. Gavindra paham, dan suka dengan pemikiran Jasmine yang punya second opinion dalam masalah ini, yakni ganti model baru, dan model yang sudah dikontrak bisa dialihkan ke produk selanjutnya. Toh, dalam kontrak juga disebutkan bahwa akan diganti model lain bila model tersebut sakit dalam waktu kurun waktu tertentu.

“Bagaimana kalau Nona Jasmine yang menjadi modelnya?” peserta meeting langsung menoleh ke sumber suara. Bahkan gerakan kepala Bimo melebih kecepatan cahaya, terlalu kaget mendengar usulan Gavindra. “Benarkan?”

Semua orang menelan ludah kasar, mau menggeleng juga mana berani, berhadapan dengan bos baru yang katanya lebih displin dan lebih julid dari sang kakak. Keberanian mereka tak sebesar itu. Sedangkan Jasmine yang ditunjuk langsung hanya bisa melongo, mengerjapkan mata beberapa kali, bahwa moment ini nyata. “Mbak Sandra, Pak Bos mabuk?” bisik Jasmine sembari menggenggam tangan seniornya.

“Bagaimana Pak Sur?” Gavindra meminta pendapat manajer pemasaran itu. Jelas Surya ingin menolak. Diganti dengan model lain saja ia tak mau apalagi diganti dengan Jasmine yang menurutnya level kecantikan Jasmine di bawah jauh dari model.

“Kalau menurut saya, tetap menunggu model utama, Pak. Silahkan produk yang sudah siap syuting bisa naik dulu.”

Tim content langsung menurunkan pundaknya, jelas Pak Sur tidak bisa diajak kompromi. Action plan dari tim content sudah ditata sedemikian rapi malah diobrak-abrik Pak Sur hanya karena model kebanggaannya sakit. Shit!

Gavindra pun memberi jalan tengah, kalau memang Jasmine ditolak menjadi model oleh Pak Sur, maka solusi yang diberikan Pak Sur bisa dikerjakan oleh tim produksi dan tim content. Meeting berakhir dengan mengikuti saran dari Pak Sur. Tim produksi dan tim content bisa apa selain menurut padahal action plan yang disusun oleh tim content sudah ditunjukkan kepada model produk lain. Mereka jelas punya pekerjaan lain, tak mungkin sekali mau syuting dadakan juga.

“Gila si Surya, sengotot itu memeprtahankan modelnya,” protes Sandara ketika sudah masuk ke ruangan tim content. Dirinya memang sudah muak dengan Surya ini terlalu memanjakan model itu. Sudah berapa kali tim content harus reschedule jadwal demi menyamakan jadwal dengan model itu. Harusnya model lah yang menurut jadwal perusahaan, tapi khsusus model kesukaan Pak Sur tidak. Model yang mengatur tim, emang sinting!

“Jangan-jangan Pak Sur ada main sama dia?” tebak Jasmine langsung menepuk bibirnya. Sedangkan yang lain hanya menghela nafas berat. Gosip itu sudah lama beredar. Pak Sur selalu memiliki model kesayangan dan jelas saja sudah dikencani oleh pria berusia 30 tahun itu. Jasmine saja yang baru bergabung, tidak tahu lebih dalam kinerja Pak Sur.

“Udah lama kali, Tot!” sahut Fadli jengkel mendengar tebakan Jasmine yang gak update itu.

“Tat tot tat, geli kuping gue!” sahut Jasmine tak kalah kesal karena dipanggil bontot oleh para senior.

“Sama, berasa seperti ngajak Ngen*ot,” sahut Sandra tak kalah absurd. Ya Allah tolong, punya senior kok mulutnya tanpa rem begini. Telinga Jasmine sering kali mendengar istilah dewasa, dirinya yang masih berumur 21 tahun jelas saja merinding disko dengan istilah-istilah itu.

“Eh, Min. lo udah kenal sebelumnya sama bos?” tanya Fadli tiba-tiba. Padahal mereka sudah menghadap laptop, fokus pada pekerjaan masing-masing. Malah Fadli memancing kekepoan yang lain.

“Kenal apaan, baru tahu juga tadi secara real. Biasanya lewat foto segede gaban depan lobi!” sahut Jasmine tak kalah sewot. Jengkel juga bila mengingat Namanya disebut sebagai model oleh bos itu. Bagi Jasmine, mata bosnya minus kali. Wajah Jasmine jelas saja tidak masuk ke kriteria cantik untuk dipotret, malah diajukan jadi model. Geger dunia padepokan.

“Senyum aja terpaksa, apalagi lihat kamera!” goda Fadli yang langsung dilempar bolpoin oleh Jasmine, dia gak sejelek itu kali. Cuma kaku aja kalau berhadapan di depan kamera, disyuting dan diupload ke media sosial lagi. Ouh tidak mungkin.

“Gue kira sih bos naksir lo, Min. Cinta pada pandangan pertama,” ujar Sandra mendramatisir dan membuat Jasmine memegang kepalanya, pening tiba-tiba.

Terpopuler

Comments

gojam Mariput

gojam Mariput

wah ada yg baru....
aku hadir thor

2025-07-30

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!