PENGAKUAN BOS

Cinta pada pandangan pertama? Hah, Jasmine tersenyum sinis mendengar istilah itu, apalagi seorang bos memiliki perasaan padanya, sangat tidak mungkin. Jasmine sadar dirinya siapa, hanya seorang karyawan biasa yang tak punya kelebihan apapun untuk menarik cinta bos Gavindra. Terlebih, Jasmine tak percaya akan cinta.

Baginya cinta hanya sebuah rasa yang membuat sakit hati. Orang mengatakan cinta itu indah, dan membahagiakan, tapi mereka lupa untuk mengatakan untuk mendapat cinta yang indah dan bahagia membutuhkan proses dan perjuangan yang luar biasa, bahkan bisa menyakiti hati, dan belum tentu semua orang bisa mencapai level itu.

Sebut saja orang tua Jasmine, dulunya saling mencinta hingga membuahkan dirinya, namun proses pendewasaan dalam mempertahankan cinta gagal, sehingga Jasmine sebagai anak menjadi korban keegoisan mereka.

Ibu, kata orang kasih sayangnya sepanjang masa pada anak. Namun itu hoax. Ibu Jasmine tega meninggalkan Jasmine. Menitipkan Jasmine kecil pada neneknya, dengan alasan menjadi TKW sampai Jasmine berusia 21 tahun tak pernah kembali lagi.

Sedangkan kata orang, Ayah adalah cinta pertama bagi anak perempuannya. Lagi-lagi Jasmine tak mendapatkan itu. Setelah perceraian dengan ibu Jasmine, sang ayah lupa kalau mempunyai anak perempuan. Dia pergi sebebas mungkin layaknya seorang perjaka tanpa tanggung jawab, hingga Jasmine bisa mencari uang, tanpa pernah merasakan nafkah dari sang ayah.

Kejam ya mereka? Andai saja, Jasmine bertemu dengan mereka, boleh gak sih dia tidak menyapa atau memanggil ibu dan ayah. Sepertinya tingkah mereka tak patut mendapat panggilan itu. Karena mereka juga, Jasmine tak mau mengenal cinta. Tak percaya semua orang di dekatnya kecuali sang nenek. Hanya nenek yang dipercaya Jasmine, namun lagi-lagi Jasmine harus dipisakan oleh orang tulus seperti nenek karena kematian.

Lalu sekarang bos yang baru saja datang, disebut cinta sama Jasmine, khayal. Mana mungkin secepat itu. Jasmine jelas tak percaya.

Sedangkan Gavindra sendiri masih memikirkan pesona gadis itu. Bahkan ia tersenyum sendiri mengingat signal tubuh bawahnya beraksi cukup kuat, seolah menemukan rumah yang pas untuk dimasuki. Sial.

Gavindra mengacak rambutnya kesal, apa yang harus ia lakukan untuk mendekatinya. Sepertinya dia tidak mudah didekati, atau bahkan disuguhkan modus playboy seperti Bimo.

"Vin, lo naksir Jasmine?" tanya Bimo tiba-tiba masuk ke ruangannya, membawa ponsel dan laptop, sepertinya dia mau mengerjakan pekerjaan di ruangan ini.

"Iya!" jawab Gavindra tegas.

"Kan lo tahu gue naksir dia, Vin!" protes Bimo tak terima. Mungkin kalau mereka bersaing, di depan kuku saja bisa ditebak siapa yang akan dipilih Jasmine. Jelas Gavindra lah.

"Sebenarnya gue juga gak naksir sama dia kali, Bim. Hanya saja si Elang (panggilan untuk tubuh bawah Gavindra) langsung berdiri pas lihat dia."

Bimo melongo, tak menyangka saat Gavindra di ruang meeting ternyata menahan hasrat. "Lo?"

Gavindra mengangguk, bermain bolpoin seraya mengingat betapa kuatnya si Elang menegang. Bahkan kalau orang yang memperhatikannya tadi, telinga Gavindra jelas memerah. Beruntung tak ada yang lihat, bahkan Bimo saja tak sadar.

"Bisa bangun ternyata," ejek Bimo yang tahu permasalahan Gavindra sejak dikhianati sang kekasih. Bimo ingat betul, saat dia mengunjungi Gavindra di Ausie dulu, mereka sempat ke club, dan banyak perempuan yang berpakaian sexi menggelayut manja di lengan Gavindra, tapi tak ada respon sama sekali.

Bimo sudah blingsatan ingin memangsa semua perempuan di hadapannya, tapi Gavindra sangat anteng. Dia minum jus jeruk tanpa meladeni para perempuan itu serta tanpa mau menyentuh alkohol. Prinsip yang ia pegang sejak dulu, tak pernah mau meniduri perempuan kecuali yang ia cintai. Dengan mantan pun Gavindra mengaku belum pernah. Nah apakah dengan Jasmine ini ia akan merobohkan keteguhannya menjadi pria baik. Perlu dibuktikan.

"Dia susah sih didekati, kalau menurut gue jangan terlalu menunjukkan kalau lo suka sama dia. Percaya, gue terlalu berambisi, dilirik saja tidak."

"Lo emang gak ganteng-ganteng amat sih, Bim! Makanya ditolak."

"Dih sialan lo," ujar Bimo tak terima.

Nyatanya Gavindra juga mendengar saran Bimo. Masih mengamati pergerakan Jasmine saja. Dia pun sok-sok an tak tertarik pada gadis itu. Saat berpapasan dengan Jasmine pun, ia berlagak seperti bos sombong yang tak bisa disentuh oleh karyawan.

Namun, Bimo hanya berdecak sebal. Jaim lo! Ceplos Bimo kesal.

Benar kata Bimo, Jasmine memang sulit didekati. Dia sangat profesional, dan bergaul baik dengan beberapa rekan dari tim lain. Semakin hari, Jasmine terlihat cantik dan mempesona, dan hal itu semakin membuat Gavindra tersiksa.

Bagaimana tidak, saat mereka berpapasan, terpaksa Gavindra harus masuk ke ruangannya secepat mungkin. Sesak sudah celananya. Ia sampai memejamkan mata untuk menahan hasrat itu. Sangat tersiksa cuy. Gavindra harus segera bertindak.

"Bim, panggil Fadli, Arga dan juga Tomi ke ruangan!" pinta Gavindra tegas. Bimo yang sedang menganalisis hasil penjualan kaget mendapat perintah itu. Ada apa? Belum satu bulan masa' iya mereka bermasalah dengan Gavindra. "Setelah makan siang!" titahnya lagi.

Ketiga pegawai itu bingung juga kenapa dipanggil bos baru, perasaan mereka tak melakukan kesalahan ataupun datang terlambat. Sebagai sesama pria, mereka sih tak cemas berlebihan ketika dipanggil, prinsip mereka bertiga bila ditanya maka akan dijawab begitu saja, tanpa overthinking berlebih.

Wajah bos juga tak terlalu menyeramkan, pertanda tak ada masalah yang serius. "Kamu Fadli, benar?" tanya Gavindra sembari menunjuk rekan kerja Jasmine. Menurut pandangan Gavindra, gadis incarannya itu sering sekali duduk berdampingan dengan Fadli apalagi kalau sudah menatap layar laptop, pasti mereka sangat serius. Yah wajar juga sebenarnya, mereka satu tim.

"Kamu Tomi?" tunjuk bos pada seorang pemuda yang berasal dari tim pemasaran, baru tadi pagi Gavindra memergoki Jasmine bicara dengan Tomi. Sepertinya mereka hanya sesekali terlibat diskusi serius.

"Dan yang terakhir, Arga. Betul?" tanya Gavindra menujuk pria terakhir yang ia panggil. Pria itu adalah kakak kelas Jasmine di SMA, kalau Arga berada di devisi keuangan. Sebenarnya jarang interaksi, hanya saja sudah dua kali Gavindra memergoki Arga makan siang bersama Jasmine.

Ketiga pria ini dipanggil karena alasan intensitas berinteraksi dengan Jasmine. Saat diungkapkan ketiga pria tersebut kaget. Hanya karena Jasmine mereka masuk ke ruangan bos ini? Sungguh tak penting sekali. Bahkan mereka dibuat melongo saat bos mengutarakan permintaan khusus kepada mereka.

"Saya menyukai Jasmine, dan tolong saya minta kalian atau siapapun pria meminimalisir berinteraksi dengan gadis incaran saya!"

Ketiga pria itu saling tatap. Nih bos baru, gak masalah kah mengungkapkan perasaannya pada mereka yang benar-benar menganggap Jasmine hanya rekan kerja. Kayaknya bos salah alamat deh memanggil mereka. Semua orang di kantor tuh tahu bahwa Jasmine tak mau terlibat asmara di kantor.

Terpopuler

Comments

gojam Mariput

gojam Mariput

bos sedeng

2025-07-30

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!