TANGGAPAN

Fadli berdehem, sepertinya dia akan meluruskan pandangan Pak Bos tentang Jasmine. Sebagai rekan kerja, Fadli tentu tahu kebiasaan Jasmine soal asmara, bukan karena ia punya rasa. Fadli sendiri sudah punya pacar, memang benar-benar murni rekan kerja bersama Jasmine.

"Dia punya latar belakang keluarga yang kacau, Pak. Dia tidak percaya yang namanya cinta atau bahkan pernikahan!" jelas Fadli, satu tim saat makan siang bersama pernah diskusi soal married dan semua melongo saat mendengar pandangan Jasmine tentang pernikahan.

"Dia memang sejak kecil tinggal bersama neneknya, dan saat dia semester 8 kemarin, neneknya meninggal!" lanjut Arga yang memang tahu keluarga Jasmine. Bahkan mantan pacar Arga adalah teman kelas Jasmine.

"Semisal Pak Gavin mau mendekati sih, gak masalah hanya saja saya sarankan untuk tidak to the point. Buat dia nyaman saja dulu dekat Pak Gavin, setelah itu dia bisa dekat dan mau cerita kok!" saran Fadli selogis mungkin.

Gavindra pun mengizinkan mereka keluar, dan meminta mereka untuk keep pengakuannya. Ia akan mengikuti saran Fadli, tapi dengan memberi ultimatum dari kalian bertiga jangan terlihat terlalu dekat dengan Jasmine, bahkan sampai terlihat Gavindra. Bakal ditegur nanti.

Percayalah ketiga pria itu keluar dari ruangan bos langsung tertawa ngakak. Bagaimana tidak, mereka dipanggil hanya karena perasaan. Ya Tuhan, nih bos kok gak ada jaim-jaimnya sih. Biasanya bos kan tidak mau ketahuan suka sama karyawannya, nah ini malah langsung konferensi pers.

"Kenapa sih?" tanya Jasmine saat Fadli masuk ke ruangan dengan tawa dan menggelengkan kepala berkali-kali.

"Kesambet di ruangan bos lo?" sindir Sandra masih dengan mata fokus pada layar laptop.

Jasmine yang tidak tahu apa-apa, menggeser kursinya. Mendekati seniornya, Fadli dan Sandra. "Kenapa Kak Fadli dipanggil? Berbuat salah?" tanya Jasmine dengan wajah polosnya mendekati Fadli.

"Minggir sana!" ujar Fadli sembari mendorong kursi Jasmine hingga kembali ke tempat semula. Namun, Sandra yang heran. Sejak kapan Fadli ogah duduk di dekat Jasmine. Dua rekannya ini bagaikan perangko, selalu dekat dan sefrekuensi dalam hal pekerjaan. Namun kali ini Sandra menangkap ada yang aneh pada sikap Fadli.

Sebagai ketua Tim, Sandra tak mau anak buahnya saling sikut soal pekerjaan. Maka diam-diam Sandra mengirim chat pada Fadli, dan pura-pura fokus pada laptop.

Kenapa lo? Ada masalah sama Jasmine?

Iya.

Serius?

Duarius malah.

Sandra langsung menatap tajam pada Fadli. Buruan jawab.

Bos naksir Jasmine.

"Sumpah?" teriak Sandra namun kemudian sadar bahwa sedang chat rahasia bersama Fadli. "He, sori mama gue bilang mau makan seblak level 10."

Beruntung Jasmine tak memperpanjang. Sandra pun kembali meneruskan chat dengan Fadli.

Gimana ceritanya?

Sesuai dugaan kita. Pak Bos cinta pada pandangan pertama sama si bontot.

Terus?

Ya kita cowok-cowok kantor jangan terlalu dekat sama Jasmine.

Diancam?

Yoi

Gila bener. Selevel bos siap-siap dikick sama Jasmine.

Nyatanya Gavindra tidak menunjukkan secara jelas kalau dia naksir Jasmine, bisa dibilang profesional sebagai bos. Hanya saja bagi Fadli, Arga dan Tomi sadar kalau saat rapat begitu yang melibatkan Jasmine, bos selalu duduk di samping Jasmine. Bahkan pernah Jasmine batuk, Pak Bos dengan tanggap langsung membukakan air mineral buat Jasmine meski dia fokus pada analisis meeting. Langsung disodorkan begitu tanpa melihat.

Peserta meeting jelas shock, bahkan Jasmine saja kaget. Ia malah terus menatap botol itu seperti anak kecil yang baru saja menemukan mainan baru.

"Bos emang gitu ya sama karyawannya?" tanya Jasmine belum paham dengan situasi. Sedangkan Fadli dan Sandra hanya menghela nafas pelan, nih anak kelamaan tak mengenal cinta makanya tak peka.

"Min, lo sadar gak sih orang kalau naksir lo seperti apa?" tanya Sandra setelah merekakeluar meeting dan kembali ke ruangan masing-masing. Sesuai dugaan, Jasmine akan mengedikkan bahu.

"Harusnya lo peka, Min. Biar gue bisa santai kerja bareng lo," senggol Fadli. Sengaja, sejak ultimatum itu keluar, dia bahkan menghindar berdekatan dengan Jasmine. Diskusi pekerjaan saja selalu terhalang meja Jasmine sekarang. Sampai gadis itu bingung apa dia bau badan.

"Ini sebenarnya ada apa sih, Kak?" tanya Jasmine peka kalau urusan sindir- menyindir. Kemarin juga Arga yang biasanya asyik buat diajak makan di luar kantin, menolak dengan alasan gue butuh ketenangan saat kerja, Min.

Sandra menatap Fadli, sepertinya memberi bocoran pada Jasmine gak masalah, agar rekan kerja cowok yang berdiskusi dengan Jasmine nyaman saja. "Mbak San aja yang jelasin," ujar Fadli cuek.

Sandra pun menghela nafas dan mengajak Jasmine keluar makan siang di luar kantin, biar ngobrolnya enak juga. Bahkan saat keluar lift, mereka berpapasan dengan Gavindra dan Bimo, layaknya karyawan pasti menunduk hormat.

Setelah memesan menu makan siang, Sandra pun menjelaskan apa yang terjadi akhir-akhir ini pada karyawan cowok yang berinteraksi dengan Jasmine. Ada ultimatum dari bos langsung, untuk meminimalisir interkasi dengan gadis itu.

"Lah apa urusannya? Meski dia bos gak bisa kasih aturan gue mau dekat sama siapa!" protes Jasmine mode sumbu pendek.

"Ya kan bos naksir lo, Min. Ya mungkin beliau gak mau aja lo naksir ke cowok lain," ujar Sandra menjelaskan rasa cemburu yang dialami sang bos itu.

"Ya tapi, Mbak. Sebagai bos kan harusnya profesional saat kerja, kalau dia bertemu dengan banyak Jasmine di luar sana apa iya disukai semua. Aneh deh. Lagian kalau suka sama gue apa gak bosen tiap hari ketemu!"

Sandra langsung menepuk jidatnya, terlalu polos atau bagaimana sih, namanya orang suka pasti gak ada bosennya lah kalau bertemu tiap hari. Namun berbeda dengan keadaan Jasmine yang memiliki bad inner child soal empati dan sayang. Hatinya terlalu keras dan sangat idealis. Menganggap tak patut jatuh cinta dalam satu lokasi kerja.

Sandra sendiri tak bisa memaksa Jasmine harus menanggapi perasaan bos. Ia berharap agar Jasmine tidak terlalu dekat dan banyak guyon dengan teman kerjanya. "Sok sok an ngatur kehidupan pribadi orang!" gerutu Jasmine yang malah hilang respect pada Gavindra.

Benar saja, sikap Jasmine terlihat sangat berbeda sekarang. Ia tak peduli dengan perasaan Gavindra. Bahkan ia dengan terang-terangan bilang santai aja kali, dia bukan siapa-siapa gue yang berhak mengatur gue dekat dengan siapa.

Alhasil Jasmine tetap mendekati Fadli untuk urusan kerja, bahkan Fadli sepertinya mengikuti arus Jasmine sehingga keadaan yang sempat berjarak klop lagi. Sandra pun setuju dengan pemikiran Jasmine, tak patutlah mencampurkan urusan pribadi dengan pekerjaan. Malah tampak tidak profesional juga.

Jasmine sangat menghindar bertemu dengan Gavindra, sebisa mungkin ia tak berpapasan dengan bos itu. Bahkan saat bos keliling ruangan, ia sengaja keluar meski tetap bersikap sopan, ada saja alasannya, dan Gavindra pun menyadari perubahan sikap Jasmine.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!