Bab 5: Aula dan Bisikan Lama

Aula kampus Universitas Wira Dharma berdiri seperti bangunan tua yang tak mau mati. Dindingnya penuh coretan tangan angkatan terdahulu, langit-langitnya tinggi dengan balok kayu yang mulai lapuk, dan lampu-lampunya menggantung seperti ingin jatuh. Hawa dingin mengalir dari celah lantai, seolah udara di sini tak pernah benar-benar hangat.

Kami duduk melingkar di lantai beralas tikar tipis. Panitia berdiri di tengah, beberapa memegang senter yang diarahkan ke bawah wajah seperti dalam acara cerita horor murahan. Tapi entah kenapa, suasananya benar-benar... lain.

“Selamat malam, calon keluarga Wira Dharma,” ujar Kak Bima dengan nada berat.

“Selamat malam,” jawab kami serempak, tak seragam, agak malas.

Kak Citra maju, wajahnya bersinar lembut di bawah cahaya senter. “Sebelum kita mulai games dan makan bareng, ada satu bagian penting dari malam ini: cerita kampus.”

Beberapa orang tertawa kecil. Tapi tak ada yang benar-benar santai.

“Konon,” Kak Citra melanjutkan, “di taman belakang kampus, ada satu bangku yang tidak pernah boleh diduduki setelah matahari terbenam.”

Jantungku mencelos. Bangku itu—tempat aku bertemu Ale kemarin.

“Dulu, ada seorang mahasiswa tingkat akhir, aktif jadi panitia ospek juga. Dia dikenal ramah, pinter, dan paling rajin bantu mahasiswa baru. Tapi… dia meninggal dalam kecelakaan saat perjalanan pulang dari Bali. Bus-nya jatuh ke jurang. Beberapa jenazah ditemukan, tapi... satu tidak.”

Aula mendadak hening.

“Beberapa panitia bilang, setiap kali ospek digelar, sosoknya masih suka muncul. Bukan untuk menakuti, tapi seolah… masih ingin menyelesaikan tugas yang belum selesai.”

Aku menahan napas. Di sekelilingku, beberapa teman mulai gelisah. Sebagian menertawakan cerita itu, sebagian lagi berpura-pura cuek. Tapi aku tahu—aku tahu itu bukan cerita. Itu nyata.

“Namanya siapa, Kak?” teriak salah satu peserta.

Kak Citra tersenyum misterius. “Kita nggak pernah sebut. Biar dia tetap tenang.”

Gelak tawa panitia menggema. Mereka menutup sesi itu dengan tepuk tangan dan melanjutkan acara ke sesi kuis. Musik diputar, makanan ringan dibagikan, dan suasana sedikit mencair.

Hingga tiba-tiba, seorang peserta perempuan dari kelompok enam—namanya Vina atau Vira, aku lupa—menjerit kencang.

Kami semua terdiam.

Tubuhnya kejang. Ia mencakar lantai. Matanya terbuka lebar tapi kosong.

“Dia... dia di sini,” gumamnya dengan suara parau. “Dia... bukan dari sini...”

Panitia langsung sigap. Kak Bima dan dua senior lainnya menggotongnya keluar aula, sementara yang lain mencoba menenangkan kami. Tapi ketegangan sudah telanjur menyebar. Beberapa orang mulai menangis. Yang lain memeluk diri sendiri.

Aku tak bisa berpaling. Di sela keributan itu, aku merasa seseorang memandangku.

Dan saat aku menoleh ke arah jendela aula yang menghadap taman...

Aku melihat bayangan Ale berdiri di balik kaca. Diam. Tenang. Dan matanya menatap langsung padaku.

Aku berdiri spontan, tapi saat kutatap kembali, jendela itu kosong.

Tak ada siapa-siapa.

---

Bab 5 bersambung...

🌒 Tak semua yang diam itu hilang kadang, ia cuma menunggu waktu untuk kembali menyelesaikan janji yang belum terucap.

***

Bab ini menguatkan nuansa misteri kampus dan membuka jalur bagi pengembangan konflik emosional dan spiritual Wina di bab-bab selanjutnya. Apakah Wina akan mulai menyelidiki lebih dalam tentang Ale? Atau justru mulai mempertanyakan kewarasannya sendiri?

🌌 Bab 5 penuh misteri dan kejutan dan malam belum selesai.

Kalau kamu merasa jantungmu ikutan berdebar saat bayangan Ale muncul di balik jendela… berarti kamu siap menyambut bab 6. Yuk, tulis komentar, dukungan, atau prediksi kalian! Kata-kata kalian bukan cuma asupan semangat, tapi juga bensin yang bikin cerita ini terus menyala. Jangan biarkan Wina berjalan sendirian di malam panjang ini. 🌒✨

Terpopuler

Comments

Alyanceyoumee

Alyanceyoumee

merinding... bab nya pendek, tapi langsung kena ke bulu-bulu badan, merinding beneran

2025-08-10

0

Asya

Asya

PertanyaanNya Kenapa Jasad Ale Tdg Di Temukan,Kita Saksikan lagi Nanti😆

2025-08-05

0

༺𝑨𝒕𝒉𝒆𝒏𝒂_𝟐𝟓༻

༺𝑨𝒕𝒉𝒆𝒏𝒂_𝟐𝟓༻

brrt ale arwah yang baik, dia cuma ingin menyelesaikan tugasnya, kasihan ale

2025-08-05

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1: Tanda yang Tak Biasa
2 Bab 2: Tidak Terdaftar
3 Bab 3: Taman yang Tak Pernah Penuh
4 Bab 4: Aula dan Malam yang Panjang
5 Bab 5: Aula dan Bisikan Lama
6 Bab 6: Antara Nyata dan Tidak
7 Bab 7: Buku, Filsafat, dan Jejak yang Tertinggal
8 Bab 8: Bayangan yang Tertinggal
9 Bab 9: Nama yang Terkubur
10 Bab 10: Roda yang Masih Menyimpan Nama
11 Bab 11: Kursi yang Menyimpan Bayangan
12 Bab 12: Cinta yang Tak Bisa Tinggal
13 Bab 13: Suara yang Tak Bisa Dimatikan
14 Bab 14: Waktu yang Ingin Ditahan
15 Bab 15: Yang Belum Dipulangkan
16 Bab 16: Rumah yang Menyimpan Namamu
17 Bab 17: Jalan Menuju Turunan Itu
18 Bab 18: Titik Terakhir
19 Bab 19: Hari Pertama Tanpamu & Setelah Kelulusan, Sebelum Kehilangan Lain
20 Bab 20 – Wajah yang (Pernah) Kukenal
21 Bab 21 - Tumpangan Tak Terduga & Wajah Itu Masih Sama
22 Bab 21 – Ganteng yang Terlalu Familiar
23 Bab 23 – Luka yang Pernah Ada & Nama yang Pernah Disebut dalam Doa Keluarga
24 Bab 24 – Yang Pernah Direncanakan
25 Bab 24 – Dua Nama, Satu Jiwa
26 Bab 26 – Saat Dunia Diam, Tapi Jantungnya Masih Berdetak
27 Bab 27 – Jika Aku Menutup Mata & Goresan yang Tak Pernah Berubah
28 Bab 28 – Kepada Seseorang yang Percaya & Rumah yang Terlalu Besar untuk Kenangan
29 Bab 29 – Perempuan dalam Seragam Merah & Perjalanan Kembali ke Titik Awal
30 Bab 30 – Runtuhnya Dinding yang Terakhir
31 Bab 31 – Rumah yang Pernah Menyebut Namamu
32 Bab 32 – Tiga Tahun yang Hilang
33 Bab 33 – Hantu di Siang Bolong
34 Bab 34 – Bayangan Lama di Lorong Baru
35 Bab 35 – Kepulangan yang Diharapkan
36 Bab 36 – Semua Kebenaran Tak Lagi Bisa Disembunyikan
37 Bab 37 – Dua Keluarga, Satu Luka dan Harapan
38 Bab 38 – Dua Pintu, Satu Jawaban
39 Bab 39 – Sebelum Aku Jadi Diriku Lagi & Pertunangan di Hari yang Cerah
40 Bab 40 – Satu Nama di Sehelai Doa
Episodes

Updated 40 Episodes

1
Bab 1: Tanda yang Tak Biasa
2
Bab 2: Tidak Terdaftar
3
Bab 3: Taman yang Tak Pernah Penuh
4
Bab 4: Aula dan Malam yang Panjang
5
Bab 5: Aula dan Bisikan Lama
6
Bab 6: Antara Nyata dan Tidak
7
Bab 7: Buku, Filsafat, dan Jejak yang Tertinggal
8
Bab 8: Bayangan yang Tertinggal
9
Bab 9: Nama yang Terkubur
10
Bab 10: Roda yang Masih Menyimpan Nama
11
Bab 11: Kursi yang Menyimpan Bayangan
12
Bab 12: Cinta yang Tak Bisa Tinggal
13
Bab 13: Suara yang Tak Bisa Dimatikan
14
Bab 14: Waktu yang Ingin Ditahan
15
Bab 15: Yang Belum Dipulangkan
16
Bab 16: Rumah yang Menyimpan Namamu
17
Bab 17: Jalan Menuju Turunan Itu
18
Bab 18: Titik Terakhir
19
Bab 19: Hari Pertama Tanpamu & Setelah Kelulusan, Sebelum Kehilangan Lain
20
Bab 20 – Wajah yang (Pernah) Kukenal
21
Bab 21 - Tumpangan Tak Terduga & Wajah Itu Masih Sama
22
Bab 21 – Ganteng yang Terlalu Familiar
23
Bab 23 – Luka yang Pernah Ada & Nama yang Pernah Disebut dalam Doa Keluarga
24
Bab 24 – Yang Pernah Direncanakan
25
Bab 24 – Dua Nama, Satu Jiwa
26
Bab 26 – Saat Dunia Diam, Tapi Jantungnya Masih Berdetak
27
Bab 27 – Jika Aku Menutup Mata & Goresan yang Tak Pernah Berubah
28
Bab 28 – Kepada Seseorang yang Percaya & Rumah yang Terlalu Besar untuk Kenangan
29
Bab 29 – Perempuan dalam Seragam Merah & Perjalanan Kembali ke Titik Awal
30
Bab 30 – Runtuhnya Dinding yang Terakhir
31
Bab 31 – Rumah yang Pernah Menyebut Namamu
32
Bab 32 – Tiga Tahun yang Hilang
33
Bab 33 – Hantu di Siang Bolong
34
Bab 34 – Bayangan Lama di Lorong Baru
35
Bab 35 – Kepulangan yang Diharapkan
36
Bab 36 – Semua Kebenaran Tak Lagi Bisa Disembunyikan
37
Bab 37 – Dua Keluarga, Satu Luka dan Harapan
38
Bab 38 – Dua Pintu, Satu Jawaban
39
Bab 39 – Sebelum Aku Jadi Diriku Lagi & Pertunangan di Hari yang Cerah
40
Bab 40 – Satu Nama di Sehelai Doa

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!