Bab 4: Aula dan Malam yang Panjang

Langit sudah menjingga saat aku meninggalkan taman belakang. Udara mulai dingin, dan langit di atas menampakkan semburat keunguan yang nyaris sendu. Tapi hatiku hangat. Anehnya, aku merasa seperti habis bicara dengan seseorang yang tidak hanya memahami aku, tapi juga... mengenal aku lebih dalam dari yang bisa kujelaskan.

Saat aku tiba di depan pintu kamar asrama, suara langkah dan bisik-bisik ramai terdengar dari dalam. Aku membuka pintu pelan.

Nayla langsung menoleh. Wajahnya cerah, seperti biasa, tapi kali ini dengan semangat yang agak berlebihan.

“Lho, ke mana aja, Win?” tanyanya. “Aku udah cari ke kantin, ke musala, ke lobi. Kupikir kamu diculik panitia horor.”

Aku menutup pintu dan menaruh tasku. “Cuma jalan-jalan. Cari angin.”

“Pas banget! Soalnya kita semua nggak boleh tidur malam ini.” Nayla menjatuhkan diri ke kasur sambil mengayun-ayunkan kaki. “Ada acara malam keakraban atau apalah itu. Di aula utama. Semua maba wajib kumpul jam tujuh. Katanya bakal ada... kejutan.”

Aku mengernyit. “Kejutan?”

“Ya, bisa kejutan menyenangkan, bisa juga horor. Panitia kan doyan ngagetin. Tapi biasanya ada game, ada cerita-cerita gaje, terus makan bareng. Pokoknya acara bonding.”

Aku duduk di tepi ranjangku. Tanganku menyentuh buku catatan yang masih menyimpan lipatan kertas dari Ale. Aku tak membuka isinya, tapi jantungku berdetak lebih cepat hanya dengan menyentuhnya.

“Wina?”

Aku menoleh. Nayla menatapku dengan ekspresi yang tak biasa. Lebih serius.

“Kamu nggak papa kan? Beberapa hari ini kamu... kayak jauh. Kayak melayang. Jujur aja, aku agak khawatir.”

Aku tersenyum pelan. “Aku baik-baik aja, Nay. Cuma... ya, masih adaptasi aja.”

Dia mengangguk. “Kalau kamu butuh cerita, aku siap dengerin. Aku nggak jago kasih solusi, tapi jago duduk dan pura-pura ngerti.”

Aku tertawa kecil. “Terima kasih. Serius.”

“Yuk, siap-siap! Acara dimulai sebentar lagi. Baju seragam, ya. Jangan lupa bawa senter. Aula belakang kampus itu gelap banget, dan katanya sinyal di sana suka hilang.”

Aku berdiri pelan, mengambil seragam ospek dari gantungan dan mulai berganti baju. Di luar jendela, langit malam mulai mengambil alih langit senja.

Dan entah kenapa, ada perasaan mengganjal di dadaku.

Seolah malam ini... akan menjadi malam yang panjang.

---

Bab 4 bersambung...

***

Bab ini menyatukan dunia "nyata" kampus (ospek, teman sekamar, agenda mahasiswa) dengan rasa unnatural tension yang mulai menguat.

🌌 Terkadang, orang asing yang muncul dalam diam bisa menjadi satu-satunya suara yang membuat kita percaya bahwa harapan masih ada.

Aku beri cuplikannya sedikit ya:

Bab 5: Aula dan Bisikan Lama

Aula kampus Universitas Wira Dharma berdiri seperti bangunan tua yang tak mau mati. Dindingnya penuh coretan tangan angkatan terdahulu, langit-langitnya tinggi dengan balok kayu yang mulai lapuk, dan lampu-lampunya menggantung seperti ingin jatuh. Hawa dingin mengalir dari celah lantai, seolah udara di sini tak pernah benar-benar hangat.

Kami duduk melingkar di lantai beralas tikar tipis. Panitia berdiri di tengah, beberapa memegang senter yang diarahkan ke bawah wajah seperti dalam acara cerita horor murahan. Tapi entah kenapa, suasananya benar-benar... lain.

✨ Penasaran gimana kelanjutan kisah Wina dan sosok misterius yang selalu muncul di saat genting?

Yuk, tulis dukungan atau tebakan kalian di kolom komentar karena tiap kata kalian bisa jadi bahan semangat dan inspirasi untuk bab berikutnya. Jangan pelit asupan vibes positif, ya! 🌙📖

Terpopuler

Comments

Azurre

Azurre

kira² sosok misterius itu siapa ya

2025-08-04

1

༺𝑨𝒕𝒉𝒆𝒏𝒂_𝟐𝟓༻

༺𝑨𝒕𝒉𝒆𝒏𝒂_𝟐𝟓༻

wkwkwk klo di ajak curhat anggap aja aku boneka bear yang hanya bisa diam tanpa menimpali win😂

2025-08-04

1

Muffin🧚🏻‍♀️

Muffin🧚🏻‍♀️

Tapi ale itu baik kan yaaa ? Niat nya nggak jahat kan ?

2025-08-04

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1: Tanda yang Tak Biasa
2 Bab 2: Tidak Terdaftar
3 Bab 3: Taman yang Tak Pernah Penuh
4 Bab 4: Aula dan Malam yang Panjang
5 Bab 5: Aula dan Bisikan Lama
6 Bab 6: Antara Nyata dan Tidak
7 Bab 7: Buku, Filsafat, dan Jejak yang Tertinggal
8 Bab 8: Bayangan yang Tertinggal
9 Bab 9: Nama yang Terkubur
10 Bab 10: Roda yang Masih Menyimpan Nama
11 Bab 11: Kursi yang Menyimpan Bayangan
12 Bab 12: Cinta yang Tak Bisa Tinggal
13 Bab 13: Suara yang Tak Bisa Dimatikan
14 Bab 14: Waktu yang Ingin Ditahan
15 Bab 15: Yang Belum Dipulangkan
16 Bab 16: Rumah yang Menyimpan Namamu
17 Bab 17: Jalan Menuju Turunan Itu
18 Bab 18: Titik Terakhir
19 Bab 19: Hari Pertama Tanpamu & Setelah Kelulusan, Sebelum Kehilangan Lain
20 Bab 20 – Wajah yang (Pernah) Kukenal
21 Bab 21 - Tumpangan Tak Terduga & Wajah Itu Masih Sama
22 Bab 21 – Ganteng yang Terlalu Familiar
23 Bab 23 – Luka yang Pernah Ada & Nama yang Pernah Disebut dalam Doa Keluarga
24 Bab 24 – Yang Pernah Direncanakan
25 Bab 24 – Dua Nama, Satu Jiwa
26 Bab 26 – Saat Dunia Diam, Tapi Jantungnya Masih Berdetak
27 Bab 27 – Jika Aku Menutup Mata & Goresan yang Tak Pernah Berubah
28 Bab 28 – Kepada Seseorang yang Percaya & Rumah yang Terlalu Besar untuk Kenangan
29 Bab 29 – Perempuan dalam Seragam Merah & Perjalanan Kembali ke Titik Awal
30 Bab 30 – Runtuhnya Dinding yang Terakhir
31 Bab 31 – Rumah yang Pernah Menyebut Namamu
32 Bab 32 – Tiga Tahun yang Hilang
33 Bab 33 – Hantu di Siang Bolong
34 Bab 34 – Bayangan Lama di Lorong Baru
35 Bab 35 – Kepulangan yang Diharapkan
36 Bab 36 – Semua Kebenaran Tak Lagi Bisa Disembunyikan
37 Bab 37 – Dua Keluarga, Satu Luka dan Harapan
38 Bab 38 – Dua Pintu, Satu Jawaban
39 Bab 39 – Sebelum Aku Jadi Diriku Lagi & Pertunangan di Hari yang Cerah
40 Bab 40 – Satu Nama di Sehelai Doa
Episodes

Updated 40 Episodes

1
Bab 1: Tanda yang Tak Biasa
2
Bab 2: Tidak Terdaftar
3
Bab 3: Taman yang Tak Pernah Penuh
4
Bab 4: Aula dan Malam yang Panjang
5
Bab 5: Aula dan Bisikan Lama
6
Bab 6: Antara Nyata dan Tidak
7
Bab 7: Buku, Filsafat, dan Jejak yang Tertinggal
8
Bab 8: Bayangan yang Tertinggal
9
Bab 9: Nama yang Terkubur
10
Bab 10: Roda yang Masih Menyimpan Nama
11
Bab 11: Kursi yang Menyimpan Bayangan
12
Bab 12: Cinta yang Tak Bisa Tinggal
13
Bab 13: Suara yang Tak Bisa Dimatikan
14
Bab 14: Waktu yang Ingin Ditahan
15
Bab 15: Yang Belum Dipulangkan
16
Bab 16: Rumah yang Menyimpan Namamu
17
Bab 17: Jalan Menuju Turunan Itu
18
Bab 18: Titik Terakhir
19
Bab 19: Hari Pertama Tanpamu & Setelah Kelulusan, Sebelum Kehilangan Lain
20
Bab 20 – Wajah yang (Pernah) Kukenal
21
Bab 21 - Tumpangan Tak Terduga & Wajah Itu Masih Sama
22
Bab 21 – Ganteng yang Terlalu Familiar
23
Bab 23 – Luka yang Pernah Ada & Nama yang Pernah Disebut dalam Doa Keluarga
24
Bab 24 – Yang Pernah Direncanakan
25
Bab 24 – Dua Nama, Satu Jiwa
26
Bab 26 – Saat Dunia Diam, Tapi Jantungnya Masih Berdetak
27
Bab 27 – Jika Aku Menutup Mata & Goresan yang Tak Pernah Berubah
28
Bab 28 – Kepada Seseorang yang Percaya & Rumah yang Terlalu Besar untuk Kenangan
29
Bab 29 – Perempuan dalam Seragam Merah & Perjalanan Kembali ke Titik Awal
30
Bab 30 – Runtuhnya Dinding yang Terakhir
31
Bab 31 – Rumah yang Pernah Menyebut Namamu
32
Bab 32 – Tiga Tahun yang Hilang
33
Bab 33 – Hantu di Siang Bolong
34
Bab 34 – Bayangan Lama di Lorong Baru
35
Bab 35 – Kepulangan yang Diharapkan
36
Bab 36 – Semua Kebenaran Tak Lagi Bisa Disembunyikan
37
Bab 37 – Dua Keluarga, Satu Luka dan Harapan
38
Bab 38 – Dua Pintu, Satu Jawaban
39
Bab 39 – Sebelum Aku Jadi Diriku Lagi & Pertunangan di Hari yang Cerah
40
Bab 40 – Satu Nama di Sehelai Doa

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!