Bab 2: Keriangan Sebelum Pulang

Barisan pohon yang rimbun tumbuh rapi di sepanjang jalan, menjadi tempat berteduh bagi serangga dan hewan-hewan kecil lainnya.

burung-burung kecil berkicau dari sarangnya, sementara burung dewasa terbang silih berganti membawa makanan untuk mereka.

Danu dan Klara berjalan berdampingan di antara keramaian yang damai itu, masih dengan rasa khawatir yang mereka simpan dalam-dalam.

Langkah mereka serempak, meski Danu jauh lebih tinggi dari Klara. Danu menoleh pada pondasi-pondasi bangunan yang baru didirikan.

Para tukang meletakkan alat yang telah mereka gunakan pada sebuah gudang kecil secara bergantian. Wajah peluh mereka tersenyum lebar saat mereka bertukar candaan sebelum beranjak pergi dari sana.

Danu menghela nafas dan berkata pada Klara yang berdiri di sampingnya, "Klara, kalau tidak salah kita bertemu pertama kali di sana bukan?"

"Mana?" tanya Klara.

Danu menunjuk pada rumah yang baru jadi pondasinya saja.

"Tidak, bukan di sana," jawab Klara dengan yakin.

"Loh? Bukannya dulu waktu itu kamu di ganggu sama Si Sofi di sana?" — Danu

"Hi ... Kak Danu ini bagaimana sih?! Kita kan sudah pernah ketemu sebelum itu?" — Klara.

"Masak?" — Danu.

Klara mengangguk keras.

Danu tersenyum melihat pipi Klara yang ikut mengembang saat Klara menatapnya dengan yakin.

Danu berjalan lebih cepat dan menggoda, "ah ... kamu aja yang kepedean. Mana pernah kita ketemu sebelum kejadian itu?"

Klara mempercepat langkahnya, mengikuti langkah kaki Danu.

"Ih ... kepedean bagaimana sih?! Kan, dulu kita sudah ketemu saat Klara baru pindah ke desa ini!" jawab Klara.

Danu terhibur dengan jawaban antusias Klara yang kesal. Langkahnya semakin cepat sampai setengah berlari.

Namun, Klara yang lebih pendek harus berlari kecil untuk mengikuti langkah Danu yang lebih lebar.

Danu tertawa kecil dan berkata, "aku tidak ingat tuh ... kapan kita ketemu?"

"Katanya papa 8 tahun lalu kakak cubit pipi Klara sampek Klara nangis, lalu Kakak malah lari keluar rumah saat ibu kakak marah." —Klara.

"Itukan 'kata papa' kamu! kamu sendiri tidak ingat? lagipula ya.. sekarang saja umur mu baru 12 tahun, berarti saat itu kamu masih 4 tahun dong?!" —Danu.

Klara menyipitkan mata sambil berfikir keras dengan apa yang Danu katakan, lalu menggaruk-garuk kepalanya — bingung harus menjawab apa.

Danu kembali tertawa kali ini lebih riang dan tersenyum pada Klara yang mulai berkeringat. Tatapan mata Danu tampak teduh, dia memandang jalan yang akan mereka lalui, sambil bertanya dalam hati, "apa benar kami pernah bertemu sejauh itu?"

Klara mulai merasa kelelahan, dia menyeka keringat yang membasahi wajahnya dan menarik ujung pakaian Danu.

"Kak ... pelan sedikit ..." keluh Klara.

"Hem ..." Danu melirik Klara dengan licik dan berjalan lebih cepat sampai Klara harus berlari untuk mengikutinya.

"Ayo kejar aku, Klara!" Tantang Danu.

"Ah ... Curang!! Kakak 'kan lebih tua 3 tahun dari Klara!"

Mereka berlari melewati orang-orang desa yang baru kembali dari ladang dengan membawa hasil panen mereka.

Orang-orang desa tersenyum pada tingkah kedua anak itu, meski terkadang Danu dan Klara menyenggol seseorang dan membuat orang itu hampir jatuh.

"Hai ... Nak! Hati-hati!" teriak seorang lelaki yang mereka senggol.

Lelaki itu tersenyum dibelakang mereka sambil menata kembali barang bawaannya yang sempat terjatuh.

Meski kesal, dia tidak bisa marah pada Danu dan Klara yang masih kecil, begitu juga warga yang lain, mereka hanya bisa mengelus dada sambil sesekali menghela nafas.

Suara tawa Danu mengisi kedamaian pada tiap jalan yang dia lewati. Klara mengejarnya dengan kesal, beberapa kali tangan putihnya hampir meraih pakaian Danu, tapi Danu selalu menghindar dengan lihai dan mengejeknya.

Klara yang sudah lelah berhenti dan berteriak dengan kesal, "Kak Danu berhenti ...! Klara udah gak kuat!"

Danu memperlambat lajunya, memperhatikan Klara yang telah basah oleh keringat dengan nafas yang tersengal-sengal.

Dia berhenti menggoda Klara dan menghampiri gadis itu.

Klara meliriknya dengan kesal, bisa-bisanya Danu tidak berkeringat banyak padahal nafas Klara sendiri sudah tidak beraturan untuk mengejarnya.

"Hemp ..."

Klara memalingkan wajah dan menyilangkan tangan di dada, tentunya hal itu tidak membuat Danu merasa bersalah dan malah semakin ingin menggodanya.

Tapi tiupan angin sekali lagi membuka tanda lingkaran pada bahu Klara yang mengingatkan Danu akan kejadian sebelumnya.

Danu mengurungkan niatnya, dia berbalik dan membungkuk.

"Ayo naik! Kalau kelamaan aku tinggal nanti!"

Klara tersenyum dan segera naik ke punggung Danu. Dia melingkarkan tangannya pada pundak Danu.

Danu berdiri dan melangkah santai bersama Klara yang dia gendong.

cahaya senja menyinari jalan yang akan mereka lalui bersama angin sejuk yang menerpa wajah mereka, membiarkan kedua anak itu merasakan kesejukan di bawah sinar matahari yang hangat.

Mereka diam sejenak untuk sekedar menikmati kebersamaan yang mereka telah lalui.

sebelum Danu membuka pembicaraan.

"Klara, sekarang kamu sudah semakin dewasa, mulai besok aku sudah tidak bisa menggendong mu seperti ini lagi."

Klara mengeratkan pegangannya dan bertanya dengan sendu, "kenapa? Klara kan suka digendong sama kakak!?"

Danu terkekeh dan menjawab, "itu kamu, kakak ma ... terpaksa gendong kamu, lagian kita ini bukan saudara kandung!"

Klara membenamkan wajahnya pada punggung Danu.

"Jadi, Kak Danu gak mau main sama Klara lagi ya?"

Danu berhenti melangkah dan menurun Klara, tampak wajah yang lesu saat dia diturunkan.

Danu meregangkan tubuhnya untuk sekedar bersantai, lalu menjawab, "kakak tidak berkata akan meninggalkan mu, tapi kata ibu kakak, 'seorang wanita itu ada untuk dihargai jadi kakak tidak boleh sembarangan menyentuh wanita,' apalagi yang sudah remaja seperti kamu!"

Klara masih diam, melirik rumah bertingkat 2 di dekat mereka.

Danu melanjutkan, "Kita akan tetap bermain seperti biasanya kok, Kakak kan dulu pernah janji untuk berteman dengan Klara."

"Jadi, jangan sedih ya~"

Klara tersenyum dan mengangguk pelan.

Pintu rumah itu terbuka dan menampakkan seorang wanita berambut merah yang melambaikan tangan pada Klara dan Danu.

Danu membalas lambaian tangan itu dengan riang dia berbisik pada Klara sebelum pergi.

"Klara, ingat untuk menyembunyikan tanda itu dari bibi ya ..."

Klara kembali mengangguk sambil memperhatikan siluet Danu yang perlahan menghilang dalam perjalanannya kembali.

"Klara ..." panggil wanita yang tak lain adalah mamanya.

Klara baru mengambil langkah pulang saat Danu benar-benar tidak terlihat dan kembali pada pelukan mamanya dengan riang.

Meski ada sedikit kehilangan di dalam hatinya.

#####

Jauh dari pemukiman desa yang tenang dan tentram, lebih tepatnya pada pedalaman hutan di sisi Utara desa.

Sebuah kotak menyangkut pada sebatang pohon palem besar.

Terlihat sinar dari sebuah lingkaran sihir di bawah kotak yang agak retak, memancing perhatian kera-kera yang bergelantungan dan beberapa rusa kecil yang melewatinya.

Sinar redup yang berkedip-kedip seolah memanggil sesuatu.

Pertanyaannya siapakah yang kotak itu panggil?

Terpopuler

Comments

Chimpanzini Banananini

Chimpanzini Banananini

wajah pilu itu bukannya sedih ya maknanya?

2025-11-07

0

Wida_Ast Jcy

Wida_Ast Jcy

saran aku bahasanya lebih baik tulis bahasa baku ya thor

2025-11-03

1

Vᴇᴇ

Vᴇᴇ

gendong aja si klara tuu kasian botol yakult dia

2025-11-09

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!