Bab 1: Kotak Misterius

"Klara ...!"

Suara panggilan seorang remaja laki-laki berambut hitam yang menyusuri hutan, berjalan di bawah rimbunnya pepohonan dan tupai kecil yang mengamatinya dari ketinggian.

Dia mengamati sekitarnya, mencari seseorang yang dia panggil dengan wajah kesal.

"Kak Danu ..." jawab seorang gadis dari kejauhan.

Pemuda itu mendongakkan kepalanya, mencari sumber suara yang memanggilnya dari balik semak-semak yang tinggi.

Danu berdecak kesal dia menggerutu dalam hati, "ini semak-semaknya yang tinggi atau bocahnya yang terlalu pendek sih?!"

Dia melangkah maju, menyingkirkan semak belukar yang menghalang, sambil terus memanggil gadis yang dia cari.

"Klara ... kamu di mana ...?"

"Di sini ..."

"Mana ...?"

"Sini ... samping pohon mangga ..."

Danu berhenti sejenak dan kembali mendongak, mendapati pohon yang dimaksud Klara ternyata telah terlewat di belakangnya.

Dia segera menepis setiap halangan yang ada dan menerobos rumput yang tumbuh tinggi.

Danu muncul dengan dengan tubuh penuh ilalang yang menempel pada baju, rambut, dan wajahnya.

Klara tertawa saat melihat Danu yang menatapnya dengan kesal.

Danu mengernyitkan mata karena kesal. Dia berkata, "anak ini ya ... sudah susah dicarinya, malah ketawa setelah aku temukan. Makannya, tumbuh itu ke atas jangan ke bawah."

Klara langsung berhenti tertawa dan berjalan melewati Danu, tak lupa menginjak kakinya.

"Esk ..." decak Danu kesal dengan kelakuan Klara.

Danu mengikuti gadis itu dari belakang, membiarkan Klara berjalan melalui jalan yang dia buat sebelumnya.

Danu terus memperhatikan Klara dan menyadari jalan yang mereka ambil agak berbeda, bahkan lebih baik dari jalan yang dia lalui, dengan semak belukar yang tumbuh di kiri kanan jalan, tidak menghalang jalan yang mereka ambil.

"Klara, kamu tahu jalan ini dari mana?" tanya Danu heran.

Klara berbalik dan mengejek sambil menjulurkan lidah, "Rahasia, bek ..."

Urat wajah Danu mencuat sambil mengepalkan tangan di belakang kepala Klara.

"Rasanya aku ingin menjitak gadis kurang ajar ini, he ... awas saja ..." Batin Danu.

Pada akhirnya Danu cuma bisa menghela nafas saat mereka sampai di ujung hutan.

Cahaya terik matahari segera menyambut mereka, membuat netra mata mereka menyipit untuk beberapa waktu. —menyesuaikan diri dengan perubahan intensitas cahaya.

Klara mendekat pada Danu dan menyodorkan sebuah kotak kayu yang dia bawa sejak tadi.

Danu melirik kotak itu dan bertanya dengan pesimis, "apalagi ini?"

Klara cemberut dan menjawab dengan antusias, "Klara menemukannya di sungai tadi. Klara rasa ada sesuatu yang ajaib di dalamnya."

"Wah ... ajaib ... benarkah?" Balas Danu dengan wajah terkejut yang dibuat-buat.

Klara kembali cemberut dan menginjak kaki Danu, hanya saja Danu telah mengetahui gerakan Klara. Dia menghindari injakan Klara dan menginjak balik dengan lebih keras.

"Ah ..."

Klara menjerit kesakitan. Dia berlutut sambil mengelus kakinya yang sakit. Mata gadis itu melotot pada Danu yang tersenyum puas.

"Kak Danu jahat ..." keluh Klara.

"Ya, aku memang jahat, terus kenapa?" jawab Danu sambil mendekatkan wajahnya.

Klara berdecak kesal dan menimpuk wajah Danu dengan kotak kayu yang dia bawa. Danu terpukul mundur dan mengerang kesakitan karena pukulan itu.

Dia memegang wajahnya yang memerah dan menatap tajam Klara.

Danu berjalan melewati Klara dengan kesal dengan kedua tangan terkepal, sementara Klara membanting kotak yang dia bawa hingga kotak itu terbuka dengan sendirinya.

Cahaya terang keluar dari dalam kotak yang terbuka, memperlihatkan untaian kata-kata aneh yang bertebaran layaknya sebuah tali, kemudian mengitari Klara yang panik.

Klara melangkah mundur tapi ditahan oleh untaian yang mengekang pergerakannya. Tubuhnya akan terdorong setiap kali menerobos untaian aneh itu.

"Kak Danu ... Tolong ...!" Panggil Klara yang merengek di dalam kekangan cahaya misterius.

Danu berhenti melangkah, menghela nafas sejenak, sebelum berbalik dan terkejut.

Matanya segera melebar, dia berlari ke arah Klara dan meraih tangan gadis itu.

"Klara...! Pegang kuat-kuat ...!"

Danu mencoba menarik tubuh Klara, tapi tubuh gadis itu seperti terikat kuat sehingga Danu kesulitan menariknya.

Air mata Klara menetes dari matanya, menatap Danu yang tengah berusaha melepaskannya dari sana.

"Kak Danu ... lepaskan!" perintah Klara yang telah pasrah.

"Apa maksud mu?" tanya Danu.

"Lepaskan tanganku Kak!! Pergi tinggalkan Klara sebelum kakak ikut terjerat!" perintah Klara dengan lebih keras.

Danu tidak menggubrisnya, tangannya tetap memegang kuat tangan Klara dan terus berusaha meski wajahnya telah memerah dan tubuhnya basah oleh keringat.

Tangan mereka berdua gemetar karena tenaga yang mereka paksakan kelua. Tak lama kemudian, untaian itu mulai mengitari tangan Danu.

Danu tidak peduli tapi tidak dengan Klara. Dia melepaskan jari-jari yang bertautan dengan tangan Danu, secara perlahan menarik tangannya kembali.

Tulisan aneh itu berputar cepat mengitari tubuh mereka dan bersinar lebih terang hingga menyilaukan mata Klara dan Danu, melahap mereka ke dalam keheningan total.

Benar-benar sunyi, sampai tidak ada bau, suara, dan warna yang dapat mereka tangkap.

#####

Sehelai daun jatuh dari pohonnya, terbang mengikuti tiupan angin, mengambang, dan terombang-ambing hingga jatuh menyentuh wajah Danu.

Danu menggercapkan matanya. Pengelihatannya yang buram di sambut oleh cahaya matahari sore yang menyilaukan, bersama suara dengung ringan yang hilang seiring waktu.

Danu duduk dan memperhatikan sekitarnya. Dia masih di tempat yang sama, dengan burung-burung yang berkicau di pepohonan dan bau dedaunan kering yang datang terbawa angin.

Semuanya terasa familiar dalam ingatannya.

"Sebenarnya apa yang baru saja terjadi?" gumam Danu yang masih kebingungan.

Danu beranjak berdiri dan menyadari Klara tidak sadarkan diri di sampingnya —memegang erat tangan Danu.

"Klara?"

Danu terdiam sebelum ingatan kejadian sebelumnya kembali dengan rasa sakit kepala yang kuat meski sesaat.

"Klara ..." panggil Danu sambil menggoyangkan tubuh gadis itu. "Klara bangun! Klara!"

Klara mengerang dan membuka matanya, menatap lembut Danu yang tampak panik.

"Kak Danu, dimana kita?" tanya Klara sambil menggosok-gosok matanya.

Danu menghela nafas lega lalu berdiri dan membersihkan tubuhnya yang penuh debu dan dedaunan kering.

Klara menguap panjang dan tersedak karena kotoran yang Danu kibaskan.

"Uhuk-uhuk ... Ih ... Kakak! Bisa gak agak jauhan dikit kalau ngibasin debu!" protes Klara yang masih terbatuk-batuk.

Danu tertawa kecil dan mengulurkan tangannya pada Klara. Gadis itu menyambut tangan Danu, melupakan rasa kesalnya yang telah lalu.

Terdengar suara kayu yang bergeser di tanah dari kotak yang tersandung. Klara menoleh pada kotak itu, kepalanya berdenyut-denyut karena ingatan yang masuk.

Tubuh mungilnya yang gemetar segera bersembunyi di balik tubuh Danu. Dia melirik kotak itu sambil menarik mundur tubuh Danu perlahan.

Danu menyentuh tangan Klara yang menariknya, tersenyum pada gadis itu sambil melepaskan tangan itu darinya.

Klara masih khawatir, tapi tatapan teduh Danu memberinya sedikit keyakinan untuk membiarkan Danu mendekati kotak itu.

Danu mengambil kotak itu dan mengambil ancang-ancang dengan kuda-kuda rendah dan satu tangan ditarik kebelakang.

Danu mengambil nafas panjang sambil mengalirkan energi aura yang ia miliki ke seluruh aliran darahnya.

Aura, energi yang berasal dari energi kehidupan setiap makhluk hidup, menguatkan mereka dan membantu penggunanya memanipulasi indranya.

Atau, bisa juga dikatakan bahwa aura adalah kepanjangan dari nyawa.

Klara melihat energi kebiruan melapisi tubuh Danu dan berpusat pada genggaman tangannya.

Danu menggeram dan melemparkan jauh-jauh kotak itu dengan seluruh tenaganya, jauh ke dalam hutan.

Klara melihat ke arah jatuhnya kotak yang membuat angin berdesis saat terlempar. Suasana menjadi hening sejenak sebelum terdengar suara burung-burung yang panik dari ke jauhan.

"Kakak ..." panggil Klara pada Danu yang tersenyum puas.

Danu menoleh pada Klara yang menunjuk dadanya dengan mata heran. Danu segera melirik bagian yang Klara tunjuk dan terkejut.

Sebuah lingkaran sihir tergambar pada dadanya. Bukan hanya Danu, tapi Klara juga memilikinya pada bahunya.

Mereka mengetahui tanda Klara saat angin meniup lengan bajunya dan menampakkan lingkaran yang sama.

Lingkaran dengan tulisan yang tidak pernah mereka lihat.

"Kakak, bagaimana ini?" Tanya Klara dengan panik.

Danu mencoba menggosok tanda itu, berharap lingkaran itu hilang meski tidak berhasil.

Dia menghela nafas dan menatap tajam mata Klara.

"Klara berjanji lah untuk menyembunyikan tanda ini dari siapapun sampai kita tahu apa ini!"

Klara mengangguk dan mengajukan kelingkingnya kemudian Danu mengaitkan kelingkingnya dengan Klara.

"Baiklah janji ya ...?" Tanya Danu - memastikan kembali.

"Janji," jawab Klara.

Klara tersenyum lega pada Danu yang berfikir, "kenapa sih setiap kami berjanji harus mengaitkan jari kelingking dulu. Apa cuma kami yang seperti ini ya?" - tanpa Klara sadari.

#####

Pada sebuah bangunan yang lembab dan gelap, kontras dengan hutan yang cerah dan dipenuhi kehangatan.

Hanya cahaya obor yang redup sebagai penerang, seorang lelaki penuh luka dengan tangan kiri yang hilang terduduk di hadapan seorang berjubah hitam dan wajah yang tertutup topeng putih.

Sosok itu berdiri tegak di depannya. Lingkungan dengan pencahayaan remang itu membuat tubuh sosok itu tersamarkan, menyisakan topeng putih yang terlihat jelas.

Mereka tidak sendirian, ada tiga orang dibelakang orang yang lemas itu. Mereka semua mengenakan jubah dan topeng yang serba hitam.

Sosok topeng putih melirik mereka dan berkata, "Jadi, kalian gagal membawa kotak itu kembali?"

"Maafkan kami Master," jawab mereka serempak.

Sosok itu diam untuk waktu yang lama, membuat suasana menjadi semakin tegang, seolah sosok itu ingin mereka merasakan keheningan yang mencekam ini lebih lama.

Sebuah hukuman yang menyerang mental mereka dengan kehadiran yang membuat mereka tidak berani berkutik.

Sosok itu berjalan mendekati sang pemuda dan memperhatikan plakat bernomor 1 di pinggang sang pemuda.

Tangannya mencengkram kepala pemuda itu. Awalnya, tidak ada yang dia rasakan, kecuali detak jantung yang berdegup kencang serta keringat dingin yang melewati luka pada tubuhnya.

Tapi itu hanyalah awal yang singkat.

Suara teriakan segera menggema ke seluruh ruangan. Mata sosok topeng putih itu menatap tajam mereka bertiga.

Dia berkata dengan suara santai yang anehnya lebih menakutkan dari jeritan rasa sakit si pemuda.

"Dengarkan baik-baik suara rasa sakit ini! Dengarkan! Aku pastikan kalian akan meneriakkannya juga jika kalian gagal lagi!'

Darah keluar dari kepala yang di cengkram, sosok yang mendominasi itu tidak peduli. Dia menoleh pada salah satu orang di depannya.

"Kau! Lacak dan ambil kembali kotak itu bagaimanapun caranya. Jika kotak itu terbuka ...

Ambil kembali meski kamu harus menguliti orang yang membukanya!!"

Sosok itu menekan kalimat terakhirnya dan menoleh pada yang lainnya.

"Sedangkan kalian, pergi dan hukum bangsawan yang lalai itu! Pastikan dia merasakan sesuatu yang lebih menakutkan dari kematian tanpa memberikan bekas fisik padanya!"

"Bergerak ...!"

Tiga sosok berjubah hitam menghilang di dalam kegelapan, meninggalkan pemuda yang tidak sadarkan diri di depan atasan mereka.

Terpopuler

Comments

iqbal nasution

iqbal nasution

kotak apakah itu... kotak wasiat ya..

2025-11-02

2

Chimpanzini Banananini

Chimpanzini Banananini

apa sih isi dari kotak itu selain sihir yang memancar? sampe segitunya dicariin zzzz

2025-11-03

1

Alna

Alna

seperti di iklan ya

cuma di iklan itu bukan ke bawah, tapi ke samping 😅

2025-11-08

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!