Bab 3 Hukuman

Pagi harinya udara di SMA Garuda terasa segar, meskipun suasana di halaman sekolah sudah dipenuhi oleh keramaian para siswa dan siswi yang bersiap mengikuti pelajaran seperti biasa. Suara deru mesin motor dan mobil mengisi udara.

Di antara kerumunan itu, empat sosok yang sudah tak asing lagi bagi para siswa-siswi Garuda memasuki area parkir dengan gaya khas mereka. Ratu, dengan jaket kulit hitam yang melekat sempurna di tubuh langsingnya, memimpin jalan, di belakangnya disusul motor sport tunggangan Ica Mika dan juga Della.

Pagi ini sedikit berbeda dari hari biasanya mereka datang paling telat, bahkan sering memanjat pagar untuk masuk sekolah. Tapi hari ini mereka datang lebih pagi.

Beberapa saat kemudian, rombongan gengnya Angkasa pun tiba, mereka juga tak kalah terkenalnya dengan gennya Ratu.

Kelima pemuda tampan itu langsung membuka helmnya, membuat perhatian para siswa-siswi teralihkan dengan pesona kedua geng tersebut.

Ratu menatap Angkasa dengan senyum manis, matanya berbinar penuh harap. Namun, Angkasa justru membuang muka, menunduk seolah menghindari tatapannya. Tanpa sepatah kata, dia melangkah cepat menuju kelas bersama teman-temannya, melewati Ratu tanpa sapaan seperti biasanya.

Hati Ratu berdegup kencang, perasaan aneh merayapi dadanya. “Kenapa, ya, Angkasa?” gumamnya pelan, matanya masih terpaku pada punggung Angkasa yang semakin menjauh.

Ica yang berdiri di sampingnya mencoba menenangkan. “Mungkin dia lagi ada masalah, kali,” ujarnya dengan nada optimis.

Ratu mengangguk pelan, tapi keraguan tetap menggelayuti pikirannya. “Ya, mungkin…”

“Yuk, kita juga ke kelas,” ajak Ratu, berusaha mengalihkan perasaannya.

Mereka segera turun dari motor masing-masing, langkah kaki mereka bergema pelan di koridor yang mulai dipenuhi suara riuh siswa. Begitu sampai di kelasnya mereka langsung menghempas tasnya.

Brak!

Brak!

Brak!

Tas mereka mendarat sempurna di atas meja masing-masing, kecuali Mika yang menaruh tasnya dengan pelan di kursi duduknya. Para murid lain cuma bisa mengelus dada saat melihat Ratu dan gengnya masuk kelas.

“Eh, ngomong-ngomong, kemarin lo kenapa kabur begitu aja? Terus gak ngabarin lagi. Gue sampai gak bisa tidur mikirin lo,” ujar Della serius , begitu sudah duduk di kursinya.

“Iya, gue udah chat dan telepon, tapi ponsel lo mati terus,” tambah Mika dengan nada khawatir.

Ica dan Ratu saling pandang lalu tertawa lepas. Della dan Mika mengerutkan kening, bingung.

“Yah! Kenapa malah ketawa, sih? Ketempelan kalian berdua!” protes Della sambil mengerutkan alis.

Ratu dan Ica segera menahan tawa mereka, mencoba menenangkan suasana.

“Gue kabur ... ya, karena malu aja. Mana mungkin gue bisa stay di sana setelah kejadian gilanya itu,” ujar Ratu sambil tersenyum tipis, wajahnya memerah sedikit.

“Jadi lo kabur karena malu, bukan karena kesal atau marah?” tanya Della dengan nada penasaran.

“Tapi, kenapa lo nampar tuh cowok? Gue hampir lupa berkedip waktu lihat dia... ah, romantis banget pokoknya,” lanjut Della sambil tersenyum geli.

Ratu menghela napas pelan. “Sebenarnya gue merasa bersalah udah gampar dia, tapi tetep aja gue kesal sama tuh cowok, dan semoga aja itu pertemuan pertama dan terakhir kita,” ujar Ratu penuh harap.

L

“Seharusnya lo berterima kasih sama dia, dia udah nyelamatin lo dari bapak-bapak perut buncit dan kepala plontos itu,” sahut Della sambil tertawa kecil.

“Em, cowoknya juga tampan banget,” tambah Mika dengan mata berbinar.

“Tahu ah, jangan dibahas lagi! Bikin mood gue jadi rusak,” potong Ratu sambil menggeleng pelan, mencoba mengalihkan pembicaraan.

Tak berapa lama setelah itu, pintu kelas terbuka perlahan. Bu Fani melangkah masuk dengan tenang, tapi matanya sempat melirik ke arah Ratu dan teman-temannya yang sudah duduk rapi di bangku. Sekilas, senyum tipis muncul di sudut bibirnya, seperti ada sesuatu yang ingin ia sampaikan, namun masih disimpan rapi.

Ratu yang menangkap perubahan ekspresi itu langsung merasa waspada, matanya tak lepas dari sosok guru BK itu.

"Pagi, anak-anak," sapa Bu Fani dengan suara hangat yang terasa berbeda dari biasanya.

"Pagi, Bu," balas mereka serempak, dengan rasa penasaran yang sudah mulai menggelayuti setiap sudut kelas.

“Kalian pasti bertanya-tanya, kenapa saya ada di sini, ya?” tanya Bu Fani sambil menyapu pandangannya ke seluruh ruangan.

“Iya, Bu,” jawab ketua kelas mewakili teman-temannya dengan suara penuh antusias.

"Saya di sini hanya ingin menyampaikan pesan dari ibu Yanti guru kimia kalian, kalau beliau tidak bisa hadir karena kurang sehat,"

Tiba-tiba suara kegirangan murid-murid membahana, “Yeay!” sorak mereka serempak.

“Stop! Saya belum selesai!” teriak Bu Fani, memaksa seluruh kelas langsung hening.

“Kalian semua harus kerjakan soal di buku cetak, halaman 33 sampai 35. Kumpulkan langsung ke ketua kelas setelah pelajaran selesai,” tegasnya.

“Yahh...,” terdengar suara protes dari sebagian murid yang malas mengerjakan tugas.

“Kerjakan dengan serius dan jangan ada yang bolos!” tegas Bu Fani sambil melirik tajam ke arah Ratu dan gengnya. “Ratu, Ica, Della, Mika, ikut saya ke ruang BK!”

Ratu buru-buru angkat bicara, “Kenapa kami harus ke ruang BK? Hari ini kami sudah datang lebih awal dan tidak membuat kesalahan.”

Ica menambahkan, “Betul, Bu, kami tidak melakukan apa-apa.”

Bu Fani menatap mereka satu per satu dengan serius. “Kalian tetap harus dihukum karena kemarin kalian bolos.”

Della segera membalas, “Tapi itu kan kemarin, Bu. Kenapa harus dihukum hari ini?”

“Ibu tidak mau dengar alasan kalian. Cepat ikut saya, atau hukuman kalian akan dilipatgandakan!” ancam Bu Fani tegas lalu melangkah pergi.

Ratu, Ica, Della, dan Mika berjalan dengan langkah enggan mengikuti Bu Fani menuju ruang BK, hati penuh kesal dan tanya.

Sesampainya di ruang BK, suasana berubah tegang. Bu Fani menunggu dengan wajah serius, memberikan arahan hukuman tanpa ampun.

“Kalian jangan anggap enteng aturan sekolah! Perilaku seenaknya itu harus ada konsekuensinya,” suara Bu Fani penuh ketegasan. “Jadi hukuman kalian kali ini ... bersihkan halaman sekolah sampai jam istirahat tiba. Tidak ada tawar-menawar!” ucap Bu Fani dengan tatapan garangnya.

Keempatnya langsung keluar tanpa pamit, membuat Bu Fani geleng-geleng kepala melihat tingkah bar-bar muridnya itu.

Ica menggenggam sapu lidi dengan malas, menghela napas panjang, “Capek banget, sih ...!” keluhnya.

Della duduk selonjoran di atas rumput, mengelap keringat di dahinya, “Aku yakin Bu Fani ini punya dendam kesumat sama kita.”

Ratu malah nyengir santai sambil berdiri, “Gue haus dan lapar, nih. Yuk, ke kantin dulu, baru balik lagi beraksi.”

Mika menyandarkan diri ke tembok dengan ekspresi ragu, “Tapi, kita belum selesai kerjaan. Kalau ninggalin begitu aja?”

Della melirik Mika dengan penuh keyakinan, “Santai aja, nanti kita bayar hutang sapu yang tertunda.”

Mereka pun berjalan santai ke kantin, meninggalkan sapu tergeletak begitu saja.

Begitu sampai di kantin suasana masih sepi hanya mereka dan penjaga kantin yang terlihat, karena memang masih jam belajar.

"Ca, pesankan bakso super pedas dan teh dingin yang banyak batu esnya," titah Ratu sambil menghempaskan bokongnya di atas kursi.

"Baik, Kanjeng Ratu Maharani, apa ada lagi?" Kelakar Ica penuh drama, lalu keempatnya ketawa lepas.

Tak berapa lama pesanan mereka datang tanpa menunggu lama mereka langsung makan dengan lahap.

“Kalau begini, dihukum ternyata ada enaknya juga, ya?” ujar Ica tersenyum puas.

“Setuju! Tapi jangan sampai ketauan Bu Fani kalau kita kabur dulu, nanti tambah masalah.” cetusnya sambil mengangkat teh dingin di tangannya.

“Besok kalau dia tanya, kita pura-pura amnesia aja,” ujar Della sambil terkekeh .

Ting! Ting! Ting!

Bunyi tanda pesan masuk terdengar bersamaan di ponsel mereka. Ica segera mengeluarkan ponselnya, matanya membelalak saat melihat isi pesan yang baru saja diterimanya.

Wajahnya berubah serius, penuh keterkejutan, membuat Ratu, Della dan Mika jadi penasaran, Ratu yang tak sabar gegas memeriksa ponselnya.

Matanya ikut melebar dan tak percaya.

Terpopuler

Comments

Sweet Girl

Sweet Girl

Sepertinya bakal di pertemukan lagi, sama Otor nya,Ratu...

2025-09-10

0

Syhr Syhr

Syhr Syhr

Ayo, habis ngapain

2025-08-19

0

Syhr Syhr

Syhr Syhr

Entar jodoh, loh

2025-08-19

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Bolos
2 Bab 2 Pertemuan
3 Bab 3 Hukuman
4 Bab 4
5 Bab 5 Makan malam
6 Bab 6
7 Bab 7 Kejahilan Nathan
8 Bab 8
9 Bab 9 Ketemu lagi
10 Bab 10 Ketemu mantan tunangan
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14 Balapan
15 Bab 15
16 Bab 16 Jet pribadi
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 18
20 Bab 20 Usulan Eyang Rita
21 Bab 21
22 Bab 22 Kejutan dari Nathan
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36 Cincin berlian
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40 Tertidur di pangkuan
41 Bab 41 Eskrim
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 68
69 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
Episodes

Updated 100 Episodes

1
Bab 1 Bolos
2
Bab 2 Pertemuan
3
Bab 3 Hukuman
4
Bab 4
5
Bab 5 Makan malam
6
Bab 6
7
Bab 7 Kejahilan Nathan
8
Bab 8
9
Bab 9 Ketemu lagi
10
Bab 10 Ketemu mantan tunangan
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14 Balapan
15
Bab 15
16
Bab 16 Jet pribadi
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 18
20
Bab 20 Usulan Eyang Rita
21
Bab 21
22
Bab 22 Kejutan dari Nathan
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36 Cincin berlian
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40 Tertidur di pangkuan
41
Bab 41 Eskrim
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
68
69
69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!