Bab 2 Kita Bercerai

Taxi berhenti di depan gerbang rumah Noah. Eve turun dengan langkah lunglai. Tubuhnya masih lelah, tapi pikirannya lebih kacau dari semalam.

Hujan belum reda sepenuhnya. Udara masih bau tanah.

Di depan pintu, Noah sudah berdiri. Wajahnya muram, matanya menyala seperti binatang yang sedang terluka—atau kehilangan kendali.

Eve menarik napas dalam. Lalu melangkah.

Tepat saat dia tiba di depan mata Noah, pria itu memekik, "Akhirnya kau muncul juga. Dari mana saja kau, hah?!" 

“Bersenang-senang.” Ucapan Eve datar. Tatapan dan suaranya sama-sama dingin, seperti seseorang yang dibungkus kabut. 

Noah mendekat dengan mata membara. "Jadi ini balasanmu? Kau menghilang semalaman dan membiarkan semua orang mencarimu?! Apa kau tahu betapa memalukannya kau di mata keluargaku?!"

"Memalukan?" Eve tertawa pendek. “Setelah kau tidur dengan adikku dan menghamilinya, kau masih bicara soal malu? Lucu sekali.”

Noah mendengus, lalu mencibir tajam. “Jangan bertingkah seperti kau korban paling suci. Kau pikir siapa yang membuat keluarga kita seperti ini? Kau! Karena kau mandul! Keluargaku tidak butuh istri yang tidak bisa menghasilkan keturunan.”

Ucapan itu seperti tamparan keras yang membuat dadanya sesak. Meski begitu, sorot mata Eve tidak goyah. 

“Lalu kau putuskan tidur dengan adikku sebagai solusinya? Kau 4njing, Noah. Bahkan bin4tang pun lebih tahu batas.”

Noah mendekat lebih agresif. “Jaga mulutmu, Eve! Aku tetap suamimu! Jangan pikir hanya karena kau semalaman menghilang bersama pria lain, kau bisa berbicara seperti itu!”

Eve mengernyit. “Apa maksudmu?”

“Kau pikir aku tidak tahu kau bermalam dengan pria lain? Kau pikir aku bodoh?” Noah mencengkram lengan Eve. “Apa kalian tidur bersama? Hah?” 

“Tidur bersama atau tidak, aku tidak perlu menjelaskan itu padamu. Bukankah kau juga melakukan itu padaku?”  

Noah tertawa, penuh ejekan. “Sekarang begini ucapanmu pada suamimu sendiri? Karena kau mandul, kau bisa tidur dengan pria sesukamu dan sebanyak yang kau mau?”  

“Kau tidak tahu apa-apa, dan kau juga tidak berhak menghakimi siapa pun.” 

“Lihat dirimu, Eve. Kau hanya wanita rusak yang tidak bisa jadi istri sempurna. Sekarang kau pulang dengan pakaian yang bahkan bukan milikmu. Apa lagi yang harus kupikirkan, hah?”

Air mata jatuh tanpa bisa ditahan. Tapi Eve berdiri tegak. Matanya menyala seperti bara. Luka itu tidak membuatnya lemah—justru memperkuat nadanya saat bicara. 

“Jangan khawatir. Suatu hari nanti, aku akan benar-benar melahirkan seorang anak — anakku sendiri — bukan dengan pengkhianat sepertimu, dan bukan dari tubuh adikku.” Dia mengambil napas. “Dan hari itu, aku pastikan hidupmu tidak akan pernah tenang lagi.”

Noah menggertakkan giginya, tapi Eve tak peduli. Dia berbalik, meninggalkan Noah yang masih mematung di belakangnya—pria yang kini bahkan tak pantas disebut suami.  

Namun setelah selangkah, dia kembali berhenti. 

“Kita bercerai, Noah. Aku tidak sudi melihatmu lagi. Membayangkan kau tidur dengan Celline seperti melihat sepasang babi yang berkembang biak. Teruskanlah! Kalian memang cocok.”   

Eve melangkah pergi tanpa menoleh lagi.

Langkahnya berat, tapi hatinya lebih ringan daripada dua hari terakhir. Ia tak tahu ke mana harus pergi—dan untuk pertama kalinya, ia tak peduli.

Yang ia tahu, rumah itu bukan tempatnya lagi.

Dan orang-orang di dalamnya bukan lagi keluarganya.

Langit masih kelabu. Hujan belum berhenti sepenuhnya. Tapi Eve terus melangkah—menjauh, menghilang, dan membiarkan dirinya ditelan oleh dunia yang lebih luas dari luka yang ditinggalkan. 

Dua hari telah berlalu.

Dan tak seorang pun di kantor tahu ke mana Eve menghilang.

“Dia bahkan tidak memberi kabar,” gumam Amanda sambil mengetuk-ngetuk pena di mejanya, gelisah.

Kantor baru saja memulai denyutnya—printer mulai berbunyi, aroma kopi menguar dari pantry, dan suara sapaan antar karyawan terdengar riuh rendah.

Tapi satu pemandangan membuat beberapa orang diam menahan napas.

Eve masuk.

Langkahnya pelan tapi mantap. Wajahnya pucat, tapi sorot matanya tetap dingin dan tenang seperti es. Dia mengenakan blazer hitam polos, rambut disisir rapi, dan tidak ada sedikit pun jejak bahwa dia baru saja melewati neraka.

Amanda yang baru saja duduk, mendongak kaget.

“Eve …? Ya Tuhan, kau kembali ….” 

Eve hanya mengangguk sambil tersenyum tipis. Senyum yang terlihat sekali dipaksakan. 

Amanda menarik kursi, duduk di sisinya. 

"Astaga Eve ... Kau dari mana saja? Tiga hari kau menghilang, bahkan kau juga mengabaikan panggilanku. Asal kau tahu, aku hampir lapor polisi gara-gara kau!"

"Pelankan suaramu, Manda! Kau menarik perhatian semua orang sekarang."

"Oke, oke. Maaf." Manda menarik kursinya, lebih dekat lagi. "Katakan, apa yang terjadi? Aku mencarimu di rumah, tapi ... tapi kenapa justru adikmu yang muncul di rumah kalian? Noah juga bilang kalau kau tidak ada. Apa yang terjadi? Kenapa Celline di rumah kalian?"

Eve tersenyum getir. Sudah tiga hari dia tidak keluar ataupun mau tahu dengan apa yang terjadi pada mereka.

Celline … di rumah Noah? Eve menelan ludah, dadanya sesak mendengar itu. Dunia seakan kembali mengolok-oloknya.

"Aku akan segera resmi bercerai dengannya."

"Apa?!" pekik Manda, setengah berdiri dari kursinya. Matanya membelalak, mulutnya terbuka. "Tidak mungkin ...."

Eve diam, tapi helaan napasnya panjang dan berat.

Dan diamnya Eve membenarkan segalanya.

"Tapi ... kenapa? Selama ini kalian baik-baik saja, kan? Apa yang terjadi?"

Ya, Manda benar. Selama ini mereka memang baik-baik saja. Tapi ternyata, kenyamanan itu justru membuatnya seperti lelucon.

Bahkan setelah Eve menceritakan semuanya, Manda masih tidak bisa percaya.

"Eve," panggilnya pelan. "Kehamilan Celline sudah sangat besar. Mungkin juga akan segera melahirkan. Dan ... Dan selama ini mereka diam?"

Tidak ada jawaban. Kepala Eve tertunduk, bahunya meringsut.

"Sudahlah. Memang mereka semua baj!ng4n! Sudah bagus kalian bercerai. Semua lelaki memang tidak bisa dipercaya. Ngomong-ngomong, kau tinggal di mana sekarang?"

"Apartemen."

"Itu bagus. Aku bisa menginap di tempatmu sesukaku. Kita juga bisa melakukan banyak hal, minum sampai pagi, tanpa perlu khawatir seseorang akan marah. Kita harus pergi jalan-jalan keluar negeri, dan kita akan melakukan banyak hal yang tidak bisa kita lakukan. Kita akan merayakan perceraianmu dari pria egois seperti dia."

Sepertinya itu menyenangkan." Senyum Eve kembali.

"Kau tahu, hari ini Presiden Direktur perusahaan akan datang. Semua orang heboh membicarakannya, dan kau tidak akan percaya."

"Apa?"

"Katanya ... dia imp0ten." Manda berbisik seperti mau membocorkan rahasia negara.

"Sungguh?"

"Iya!"

"Siapa yang bilang? Apa ada dari mereka yang pernah tidur dengannya?"

"Entahlah. Tapi gosipnya sudah menyebar ke tiga lantai. Aku jadi penasaran, bagaimana wajah Direktur kita. Selama ini dia mengatur perusahaan dari belakang meja. Tidak tahu apa yang membuat dia baru turun tangan langsung."

Langkah kaki terdengar dari arah lorong.

Tumit sepatu kulit menghantam lantai marmer dengan irama pasti dan mantap. Semua suara nyaris terhenti. Para pegawai yang semula sibuk, kini saling menoleh lalu bergegas berdiri. Manda melotot ke arah Eve dan mencubit lengannya.

"Itu dia!" bisiknya panik.

Seorang pria tinggi melangkah masuk. Setelan jas hitamnya terpasang sempurna, dasi terikat rapi, wajahnya tajam dan dingin seperti diukir dari marmer mahal. Matanya gelap, menyorot penuh wibawa. Bibirnya terkatup rapat tanpa senyum. Seisi ruangan seketika sunyi. 

Alexander Ace telah tiba.

Di belakangnya, seorang pria muda mengikuti langkahnya dengan mantap. Tinggi, berwajah bersih dan tenang, mengenakan kemeja putih dan celana bahan abu-abu gelap, dengan iPad di tangan. Rayyan, Asisten Pribadi Alexander, pria yang dikenal hampir seperti bayangan Alex sendiri—selalu ada, selalu tahu, dan mengurus segalanya tanpa celah.

Tak banyak bicara, gerakannya efisien dan terukur. Semua orang tahu: jika Rayyan memanggil seseorang ke ruangannya, maka itu bukan pertanda baik.

Di antara semua yang tertegun, Eve adalah satu-satunya yang benar-benar menegang.

Pria itu ....

Pria yang sama yang membawanya ke hotel saat ia mabuk. Pria yang mengganti bajunya. 

Astaga ...!

Dia ... dia Presiden Direktur di sini?

Wajah Eve langsung pucat. Jantungnya seperti ditarik turun ke perut. Dia bergerak pelan, mundur sedikit ke belakang Manda, mencoba menyembunyikan diri.

Kepalanya tertunduk begitu rendah. Kalau bisa, dia ingin menghilang begitu saja.

Tapi ....

Bukankah mereka bilang dia imp0ten?

Lucu juga. Pria yang katanya imp0ten itu sempat bilang tidak akan membiarkanku lepas dari ranjang selama seminggu. Ha! Omong kosong macam apa itu?

Eve hampir tertawa sendiri, tapi tawa itu terhenti seketika.

Alexander berhenti.

Tepat di depan mejanya.

Eve menahan napas. Ia tak berani mengangkat kepala. Yang terlihat hanya sepatu kulit mengkilap itu, lalu kaki panjang hingga batas lutut. Tapi jelas—sangat jelas—pria itu sedang berdiri menghadapnya.

"Apakah ada yang salah, Tuan?" tanya Rayyan, suaranya datar namun tajam.

Pertanyaan itu menusuk telinga Eve.

Pelan-pelan, Eve mengangkat kepalanya.

Mata mereka bertemu.

Dunia seolah berhenti.

Tatapan Alex masih sama seperti pagi itu—dingin, tajam, menyelidik.

Dan Eve?

Eve hanya bisa tersenyum kaku, menahan gugup yang mengguncang tubuhnya.

"Tidak ada," jawab Alex, tenang.

Namun sorot matanya berkata lain.

Alex kembali melangkah, tanpa sepatah kata pun. Suasana tetap sunyi bahkan setelah ia menghilang di balik pintu kaca besar yang menuju ruang direksi.

Beberapa detik kemudian, Rayyan yang masih berdiri di tempat semula, mengangkat wajahnya dari layar iPad.

"Evelyna Geraldine," ucapnya, suara tenangnya membuat seluruh ruangan kembali menegang.

Jantung Eve berhenti sejenak.

"Ikut saya."

Tidak ada penjelasan lain. Semua tatapan kini beralih padanya. Manda sempat menarik lengan bajunya pelan, tetapi Eve sudah berdiri, kaku dan canggung, sebelum akhirnya mengikuti Rayyan menuju ruangan yang hanya dihuni oleh satu orang yang kini menghantui pikirannya.

Pintu itu tertutup rapat di belakangnya.

Ruangan luas itu dipenuhi cahaya alami, dengan dinding kaca yang menampilkan panorama kota. Meja besar berwarna hitam mengkilap berdiri di tengah ruangan, dan di baliknya, Alexander duduk dengan tenang.

Ia tidak langsung bicara. Hanya menatapnya.

Lama.

“Mulai hari ini, kau sekretarisku,” katanya dengan nada tak terbantahkan. 

Apa? Kenapa aku? Apa yang dia inginkan setelah malam itu?

Eve menelan ludah.

“Ada … alasan tertentu, Tuan?” tanyanya pelan.

Mata Alex menyipit sedikit. Senyum tipis terbentuk di sudut bibirnya—nyaris tidak terlihat, tapi cukup untuk membuat Eve merasa seperti seekor kelinci yang baru masuk ke sarang serigala.

"Kenapa aku perlu alasan? Ini perusahaanku, dan aku memiliki wewenang sepenuhnya. Jika kau tidak mau, kau bisa memilih mengemas barangmu. Pintu perusahaan ada di lantai bawah." 

***

Episodes
1 Bab 1 Kau Mandul
2 Bab 2 Kita Bercerai
3 Bab 3 Bukan Salahku
4 Bab 4 Memenjarakannya
5 Bab 5 Pecat Dia!
6 Bab 6 Menikah Denganku!
7 Bab 7 Dia Milikku!
8 Bab 8 Membakarnya Menjadi Abu
9 Bab 9 Kau Menyesal?
10 Bab 10 Kenikmatan dan Kebebasan
11 Bab 11 Play Room
12 Bab 12 Cara Melayaninya Dengan Baik
13 Bab 13 Tidak Ingin Melihat Wajahnya
14 Bab 14 Dia Mengencai 15 Wanita
15 Bab 15 Miliknya
16 Bab 16 The Punishment
17 Bab 17 Membuatnya Pingsan
18 Bab 18 Dia Sedikit Manis
19 Bab 19 Menusuk Harga Dirinya, Hatinya, Segalanya!
20 Bab 20 Mencoba Merayuku?
21 Bab 21 Satu Ranj4ng
22 Bab 22 Sudah Sejauh ini
23 Bab 23 Persetan Dengan Perjanjian
24 Bab 24 Terperangkap Selamanya
25 Bab 25 Gara-gara Obat Si4lan
26 Bab 26 Menjadi Tumbal Kesenangan
27 Bab 27 Tubuhmu, Penawarnya
28 Bab 28 Meski Tanpa Mencintainya
29 Bab 29 Membelimu Satu Malam
30 Bab 30 Aku Bersumpah!
31 Bab 31 Aku Kembali, Alex ....
32 Bab 32 Hati yang Tidak Tahu Diri
33 Bab 33 Sandiwara, Sementara, dan Tanpa Rasa
34 Bab 34 Lakukan Sesuka dan Sepuas Anda, Tuan
35 Bab 35 Jangan Menggangguku Lagi
36 Bab 36 Dia Istri Alexander Ace
37 Bab 37 Urus Dirimu Sendiri!
38 Bab 38 Kau Mencintaiku?
39 Bab 39 Sisi Tergelapnya
40 Bab 40 Sebagai Bud4k N4fsunya
41 Bab 41 Buat Aku Hamil
42 Bab 42 The Agreement
43 Bab 43 Playroom
44 Bab 44 Rileks, Eve .... (21+)
45 Bab 45 Imajinasi Li4r
46 Bab 46 Wanna Play?
47 Bab 47 Benar-benar Gila! (POV Eve)
48 Bab 48 Aku Tidak Mandul (POV Eve)
49 Bab 49 Tidak Memiliki Cinta Lagi
50 Bab 50 Teruslah Bertengkar!
51 Bab 51 Gara-gara Pil Kontrasepsi
52 Bab 52 Menjalaninya Sebagai Hukuman
53 Bab 53 Akhiri Ini Dengan Cepat!
54 Bab 54 The Punishment 2
55 Bab 55 Tidak Untuk Kali Ini
56 Bab 56 Jangan Pergi ....
57 Bab 57 Tidurlah, Aku di Sini ....
58 Bab 58 Pergilah dari Kota Ini
59 Bab 59 - Masuk Kandang Singa
60 Bab 60 Menjebak dan Terjebak
61 Bab 61 Kembalikan Suamiku
62 Bab 62 Berdoalah Liana
63 Bab 63 Untuk Anakku, Alex
64 Bab 64 Kebenaran, Kematian, dan Kemarahan
65 Bab 65 Membangkitkan Iblis Dalam Jiwanya
66 Bab 66 Membuat Dia Dalam Kendalinya
67 Bab 67 Harta, Tahta, Kuasa, Wanita
68 Bab 68 Bukan Pekerjaan Amatir
69 Bab 69 Menjatuhkannya dari Segala Arah
70 Bab 70 Seharusnya Eve, Bukan Aku ....
71 Bab 71 Ingin Bermain-main Denganku?
72 Bab 72 Besok yang Tak Pernah Ada Lagi
73 Bab 73 Tidak Akan Menghubunginya Lagi
74 Bab 74 Kecurigaan Eve
75 Bab 75 Dasiku Hanya Mengikat Satu Orang
76 Bab 76 Kematian Dengan Cara Berbeda
77 Bab 77 Membuatmu Menjerit
78 Bab 78 Mari Berjudi
79 Bab 79 Apa Aku Harus Mengikatmu?
80 Bab 80 Kau Berbohong
81 Bab 81 Tubuhmu, Pikiranmu, Jiwamu, Adalah Milikku
82 Bab 82 Kau Tidak Bisa Lari
83 Bab 83 Mengibarkan Bendera Perang
84 Bab 84 Larut Dalam G4ir4h
85 Bab 85 Kebodohan Satu Malam
86 Bab 86 Bukan Kawan, Tapi Lawan
87 Bab 87 Cabut Saja Jantungmu!
88 Bab 88 Apa Kau Takut Padaku?
89 Bab 89 Meracuni Pikirannya
90 Bab 90 Nikmati Dia Sesuka Kalian
91 Bab 91 Penyesalan Sampai Mati
92 Bab 92 Bersujudlah Pada Suamimu!
93 Bab 93 Menghindar?
94 Bab 94 Bukan Pewaris
95 Bab 95 Tidak Sanggup Membencimu
96 Bab 96 Harga yang Harus Dibayar
97 Bab 97 Kegilaan Celline
98 Bab 98 Bukan Lagi Ibu Mertua
99 Bab 99 Tidak Akan Bertahan Lama
100 Bab 100 Tidak Membuatmu Tersiksa
101 Bab 101 Maaf, Alex ....
102 Bab 102 Membuatmu Mabuk
103 Bab 103 Dia Tidak Terselamatkan
Episodes

Updated 103 Episodes

1
Bab 1 Kau Mandul
2
Bab 2 Kita Bercerai
3
Bab 3 Bukan Salahku
4
Bab 4 Memenjarakannya
5
Bab 5 Pecat Dia!
6
Bab 6 Menikah Denganku!
7
Bab 7 Dia Milikku!
8
Bab 8 Membakarnya Menjadi Abu
9
Bab 9 Kau Menyesal?
10
Bab 10 Kenikmatan dan Kebebasan
11
Bab 11 Play Room
12
Bab 12 Cara Melayaninya Dengan Baik
13
Bab 13 Tidak Ingin Melihat Wajahnya
14
Bab 14 Dia Mengencai 15 Wanita
15
Bab 15 Miliknya
16
Bab 16 The Punishment
17
Bab 17 Membuatnya Pingsan
18
Bab 18 Dia Sedikit Manis
19
Bab 19 Menusuk Harga Dirinya, Hatinya, Segalanya!
20
Bab 20 Mencoba Merayuku?
21
Bab 21 Satu Ranj4ng
22
Bab 22 Sudah Sejauh ini
23
Bab 23 Persetan Dengan Perjanjian
24
Bab 24 Terperangkap Selamanya
25
Bab 25 Gara-gara Obat Si4lan
26
Bab 26 Menjadi Tumbal Kesenangan
27
Bab 27 Tubuhmu, Penawarnya
28
Bab 28 Meski Tanpa Mencintainya
29
Bab 29 Membelimu Satu Malam
30
Bab 30 Aku Bersumpah!
31
Bab 31 Aku Kembali, Alex ....
32
Bab 32 Hati yang Tidak Tahu Diri
33
Bab 33 Sandiwara, Sementara, dan Tanpa Rasa
34
Bab 34 Lakukan Sesuka dan Sepuas Anda, Tuan
35
Bab 35 Jangan Menggangguku Lagi
36
Bab 36 Dia Istri Alexander Ace
37
Bab 37 Urus Dirimu Sendiri!
38
Bab 38 Kau Mencintaiku?
39
Bab 39 Sisi Tergelapnya
40
Bab 40 Sebagai Bud4k N4fsunya
41
Bab 41 Buat Aku Hamil
42
Bab 42 The Agreement
43
Bab 43 Playroom
44
Bab 44 Rileks, Eve .... (21+)
45
Bab 45 Imajinasi Li4r
46
Bab 46 Wanna Play?
47
Bab 47 Benar-benar Gila! (POV Eve)
48
Bab 48 Aku Tidak Mandul (POV Eve)
49
Bab 49 Tidak Memiliki Cinta Lagi
50
Bab 50 Teruslah Bertengkar!
51
Bab 51 Gara-gara Pil Kontrasepsi
52
Bab 52 Menjalaninya Sebagai Hukuman
53
Bab 53 Akhiri Ini Dengan Cepat!
54
Bab 54 The Punishment 2
55
Bab 55 Tidak Untuk Kali Ini
56
Bab 56 Jangan Pergi ....
57
Bab 57 Tidurlah, Aku di Sini ....
58
Bab 58 Pergilah dari Kota Ini
59
Bab 59 - Masuk Kandang Singa
60
Bab 60 Menjebak dan Terjebak
61
Bab 61 Kembalikan Suamiku
62
Bab 62 Berdoalah Liana
63
Bab 63 Untuk Anakku, Alex
64
Bab 64 Kebenaran, Kematian, dan Kemarahan
65
Bab 65 Membangkitkan Iblis Dalam Jiwanya
66
Bab 66 Membuat Dia Dalam Kendalinya
67
Bab 67 Harta, Tahta, Kuasa, Wanita
68
Bab 68 Bukan Pekerjaan Amatir
69
Bab 69 Menjatuhkannya dari Segala Arah
70
Bab 70 Seharusnya Eve, Bukan Aku ....
71
Bab 71 Ingin Bermain-main Denganku?
72
Bab 72 Besok yang Tak Pernah Ada Lagi
73
Bab 73 Tidak Akan Menghubunginya Lagi
74
Bab 74 Kecurigaan Eve
75
Bab 75 Dasiku Hanya Mengikat Satu Orang
76
Bab 76 Kematian Dengan Cara Berbeda
77
Bab 77 Membuatmu Menjerit
78
Bab 78 Mari Berjudi
79
Bab 79 Apa Aku Harus Mengikatmu?
80
Bab 80 Kau Berbohong
81
Bab 81 Tubuhmu, Pikiranmu, Jiwamu, Adalah Milikku
82
Bab 82 Kau Tidak Bisa Lari
83
Bab 83 Mengibarkan Bendera Perang
84
Bab 84 Larut Dalam G4ir4h
85
Bab 85 Kebodohan Satu Malam
86
Bab 86 Bukan Kawan, Tapi Lawan
87
Bab 87 Cabut Saja Jantungmu!
88
Bab 88 Apa Kau Takut Padaku?
89
Bab 89 Meracuni Pikirannya
90
Bab 90 Nikmati Dia Sesuka Kalian
91
Bab 91 Penyesalan Sampai Mati
92
Bab 92 Bersujudlah Pada Suamimu!
93
Bab 93 Menghindar?
94
Bab 94 Bukan Pewaris
95
Bab 95 Tidak Sanggup Membencimu
96
Bab 96 Harga yang Harus Dibayar
97
Bab 97 Kegilaan Celline
98
Bab 98 Bukan Lagi Ibu Mertua
99
Bab 99 Tidak Akan Bertahan Lama
100
Bab 100 Tidak Membuatmu Tersiksa
101
Bab 101 Maaf, Alex ....
102
Bab 102 Membuatmu Mabuk
103
Bab 103 Dia Tidak Terselamatkan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!