180 Hari Menjalani Wasiat Perjodohan

180 Hari Menjalani Wasiat Perjodohan

Tiba-tiba Calon Suami

Benarkah jodoh manusia sudah dituliskan, bahkan sebelum ia lahir ke dunia?

"Apa Bu? Menikah?" Mata Humaira membulat sempurna mendengar ucapan ibunya.

Gadis dua puluh dua tahun itu terkejut. Tidak ada angin tidak ada hujan, tiba-tiba ibu menyuruhnya untuk menikah. Padahal Humaira baru dua minggu kembali ke tanah air setelah menjadi TKW di Malaysia.

"Iya, Maira. Ini wasiat bapak yang harus kita hormati," ujar sang ibu sambil menatap dalam kedua bola mata putrinya.

Wanita bernama Zaenab itu sebenarnya tidak berniat memaksa Humaira untuk menikah, tapi tiga hari yang lalu, ia mendapat telepon untuk segera melaksanakan wasiat perjodohan antara putrinya dan cucu dari keluarga Haji Ahmadi.

"Tapi kenapa harus buru-buru, Bu? Aku masih pengen berbakti sama ibu dulu." Humaira melanjutkan.

Ia sudah membayangkan bagaimana nantinya jika ia benar-benar menjadi sorang istri. Tentu dia harus lebih mengabdi dan melayani suaminya.

"Aku gak tega ninggalin ibu sama Adam lagi. Dua tahun aku udah jauh di Malaysia, sekarang aku pengen kumpul sama keluarga, Bu."

Ibu Zaenab menggeser posisi duduknya hingga merapat ke dekat sisi putrinya yang duduk di ujung sofa. Benar, ia pun sangat merindukan putrinya kala itu. Hari-harinya penuh dengan air mata karena tak bisa memeluk anak sulungnya yang berada jauh di negeri Jiran.

"Iya Maira, ibu paham. Tapi wasiat ini juga harus kita laksanakan. Ibu merasa punya tanggung jawab."

"Emang aku dijodohin sama siapa, Bu?"

Ia melirik ke arah ibunya yang mulai senyum-senyum sendiri.

"Sama cucunya Haji Ahmadi- pemilik Pabrik Rattan Jaya. Kamu tahu, kan?"

"Pabrik Rattan Jaya?" Kening Humaira berkerut.

Karena tidak mau terlalu lama menganggur, satu minggu yang lalu Humaira mengirim surat lamaran pekerjaan ke tiga perusahaan besar yang ada di dalam kota. Dan salah satunya adalah PT. Rattan Jaya yang memproduksi beragam produk furniture dengan pemasaran luas hingga ke luar negeri.

Sungguh ajaib! Tiba-tiba saja kini dirinya dijodohkan dengan cucu dari pemilik pabrik besar tersebut.

"Kenapa sama dia, Bu?Apa almarhum Bapak kenal keluarganya?"

"Sangat, Bapak kamu sangat mengenal Almarhum Haji Ahmadi. Maira tahu kan cerita masa kecil Bapak bagaimana?"

Humaira mengangguk. Tak sekali dua kali ia mendengar bapak bercerita tentang masa kecilnya yang tidak seberuntung dirinya.

"Bapakmu yatim piatu sejak umur delapan tahun, Maira. Dia terpaksa harus ikut tinggal dengan Uwaknya yang punya tujuh anak. Waktu itu, hampir saja bapak gak bisa sekolah karena gak ada biaya." Ibu Zaenab bercerita.

"Untungnya bapak bertemu dengan Haji Ahmadi yang sangat baik."

Mata dan telinga Humaira fokus pada cerita yang sedang disampaikan oleh ibunya.

"Dari dulu, Haji Ahmadi dikenal sebagai orang yang dermawan dan menyayangi anak yatim. Dia punya banyak anak asuh yang disekolahkan, termasuk bapak kamu, Maira. Kata bapak, karena dia pintar, dia juga dimasukkan ke pondok pesantren untuk belajar ilmu agama hingga lulus."

"Jadi ini perjodohan untuk balas budi ya, Bu?" Humaira mendengus.

Gadis itu tidak memungkiri kebaikan Haji Ahmadi tapi dia juga belum bisa menerima perjodohan yang terlalu cepat ini. Dia bahkan tidak mengenal sama sekali siapa sosok yang akan dijodohkan dengannya.

"Kamu bebas menilai, Maira. Tapi ibu gak keberatan kalau punya menantu keturunan Haji Ahmadi. Bukan karena hartanya, tapi sikap welas asihnya pada sesama. Siapa tahu cucunya juga mewarisi sifat terpuji kakeknya!"

Humaira hanya diam seribu bahasa.

"Kata Bapak, cucu laki-laki Haji Ahmadi ada dua. Ganteng-ganteng semua mirip kakeknya. Yang mau dijodohkan dengan Maira yang paling bungsu. Namanya Irgi Ahmadi."

...***...

"Nah, ini putri saya, Humaira," ucap ibu Zaenab seraya tersenyum ke arah tiga orang tamu yang malam itu sengaja bertandang ke rumahnya.

Pertemuan itu memang sudah direncanakan.

"Manis sekali!" seru salah seorang tamu bernama Ibu Elisa.

Wanita cantik itu memandang wajah Humaira begitu lembut. Namun siku tangannya menyentuh lengan putranya yang duduk di sebelah kanan.

"Bener gak?"

Sang putra yang bernama Irgi Ahmadi memandang sekilas wajah Humaira. Menurutnya, gadis yang akan dijodohkan dengannya tidaklah jelek, hanya saja penampilannya biasa saja. Jika diperhatikan pakaiannya malah terlihat kampungan.

Sementara itu, Humaira hanya berdiri di sisi ibunya sambil berusaha menunjukkan senyum ramah.

Sebenarnya ia merasa tidak nyaman karena gamis pink yang ia kenakan malam itu, ukurannya terlalu besar. Bahkan desain baju pilihan ibunya itu sama sekali tidak sesuai dengan seleranya.

"Maira, ayo salim dulu, nak!" seru ibu Zaenab memberi kode.

Dengan sopan, Humaira berjalan menghampiri tiga orang tamu yang sedang duduk di sofa. Tangannya lalu menyalami mereka satu persatu. Mulai dari pasangan Pak Rafli dan Istrinya-Ibu Elisa kemudian yang terkahir anak mereka-Irgi. Namun Humaira hanya memberikan salam tanpa menyentuh tangan laki-laki itu.

"Sepertinya Bu Zaenab sudah tahu maksud kedatangan kami kemari," ujar Pak Rafli memulai pembicaraan.

Pria berusia lima puluh dua tahun itu melirik istrinya sesaat. Meski bukan untuk pertama kalinya, tapi Pak Rafli sangat gugup saat meminta anak gadis orang untuk menikah dengan putranya. Apa lagi gadis itu adalah pilihan langsung almarhum bapaknya.

"Iya Pak Rafli. Saya sudah ngobrol dengan Humaira," jawab Ibu Zaenab sambil tersenyum.

"Jadi Humaira bersedia kan, menikah dengan Irgi?"

Mata Pak Rafli tiba-tiba beralih menatap calon menantunya penuh harap.

Humaira pun terkejut. Pertanyaan itu terlalu terburu-buru meski ia memang sudah membahas masalah perjodohan itu dengan ibunya.

"Insyaallah, Pak." Akhirnya Humaira memberanikan diri.

Ia menyembunyikan jemarinya yang sedikit gemetar. Tak dipungkiri, ada perasaan khawatir jika jalan yang akan ia pilih salah. Terlepas dari itu, dia hanya ingin berbakti pada orang tuanya.

"Alhamdulillah!" Ibu Elisa bernafas lega.

Tangan kanannya menepuk pelan paha putranya.

Irgi anaknya penyayang Maira. Di rumah dia melihara dua ekor kucing. Saya yakin dia juga bisa jadi suami yang baik buat Maira," lanjutnya sambil tersenyum manis.

"Aamiin!"

"Aamiin!"

Ketika seisi ruangan memiliki harapan yang sama tentang wasiat perjodohan itu, Irgi justru menunjukkan sikap yang sebaliknya.

Sejak pertama kali ia sampai di rumah itu, tidak ada setitik pun senyum di bibirnya. Raganya memang ada di sana tapi hatinya berada di tempat lain. Ia hanya berharap, acara formalitas itu cepat berakhir.

...***...

Pak Rafli menyuruh Irgi dan Humaira untuk ngobrol berdua di teras supaya bisa saling mengenal satu sama lain.

"Jujur aja, aku udah punya pacar. Dan aku gak mau putus sama dia." Tanpa ragu, Irgi menyampaikan isi hatinya tepat di hadapan calon istrinya.

Humaira yang duduk di sebelah laki-laki itu terkejut. Dia buru-buru mengangkat tangan kirinya dari atas meja bundar yang membatasi kursi mereka.

Ia tidak menyangka, calon suaminya terang-terangan berkata seperti itu.

"Kamu bilang begitu gak, sama orang tua kamu?" tanya Humaira.

Diperhatikannya sosok Irgi dari samping kiri tempat ia duduk. Badannya tinggi, parasnya juga sangat rupawan. Andai laki-laki itu tidak berkata tentang perempuan lain, mungkin Humaira akan jatuh hati padanya.

"Yang bener aja, mana mungkin aku bilang begitu!" seru Irgi ketus.

Irgi beralih menatap Humaira.

Wajah calon istrinya itu sangat polos tanpa make up sama sekali. Tubuhnya juga dibalut baju gamis panjang serta jilbab pink yang menutup bagian dadanya. Dia sungguh jauh berbeda dengan pacarnya yang bernama Aylin.

Selain memiliki wajah yang cantik, Aylin pandai berdandan serta modis dalam berpenampilan. Kepopulerannya sebagai influencer dan beauty vloger membuat Irgi sangat bangga menjadi kekasihnya.

Namun wasiat perjodohan mengacaukan semuanya. Dia malah harus menikahi gadis lain pilihan kakeknya.

"Ya, kita nikah aja sesuai wasiat itu. Tapi hanya pura-pura. Enam bulan saja. Habis itu kita pisah," ucap Irgi tanpa beban.

...----------------...

Terpopuler

Comments

📚ᴀᴜᴛʜᴏʀ_ʀᴀʙʙɪᴛ¹⁸🐇

📚ᴀᴜᴛʜᴏʀ_ʀᴀʙʙɪᴛ¹⁸🐇

lrgi apa author hehehe kita sesama typo lrgi bukang lagi nggak 😊

2025-10-13

1

𝓝𝓸𝓬𝓽𝓾𝓻𝓷𝓮 𝓘𝓷𝓴

𝓝𝓸𝓬𝓽𝓾𝓻𝓷𝓮 𝓘𝓷𝓴

Semangat kak. Aku udah tandain kalimat yang sedikit typo. Dan mampir di karyaku juga ya

2025-07-22

3

Iyikadin

Iyikadin

Hwaaaa kek berasa baca cerita diri sendirii

2025-10-13

1

lihat semua
Episodes
1 Tiba-tiba Calon Suami
2 Bukan Wedding Dream
3 Pagi Pertama
4 Nasehat Mama
5 Rumah Baru
6 Crush
7 Mengenali
8 List Belanja
9 Shopping Date
10 Sang Pemuja
11 Sisi Lain
12 Manyambut Mama
13 Mertua dan Menantu
14 Dialog Pagi
15 Alat Pengaman.
16 Permintaan dan Kompensasi
17 Cinta atau Nafsu
18 Jarak
19 Tetangga
20 Ide Konten
21 Ibu Sakit
22 Pesan-pesan
23 Pillow Talk
24 Menemui Bapak
25 Kopi KW
26 Gitar dan PR
27 Kisah Masa Lalu
28 Bianglala
29 Emosi dan Kembang Api
30 Hati yang Ragu
31 Dia Suamiku
32 Dapur, Sumur, Kasur
33 Cinta yang Halal
34 Isi Hati Seorang Istri
35 Pilihan Hati
36 Sebuah Rencana
37 Pesta dan Janji
38 Penyesalan
39 Lupakan Semuanya!
40 Tipu Muslihat
41 Istri Sah dan Pelakor
42 Menemui Perempuan itu
43 Titik Terang
44 Rinai Hujan
45 Say, I Love You
46 Semalam Bersama
47 Nyeri Haid
48 Gosip
49 Hadapi Saja
50 Disidang Papa
51 Mengulang Janji
52 Penyesalan Berulang
53 Menahan Rindu
54 Talak??
55 Klarifikasi??
56 Popularitas
57 Bucin
58 Firman dan Masa Lalunya
59 Pertemuan Keluarga
60 Sakinah Bersamamu
61 Terima Kasih, Sayang
62 Pagi yang Berbeda
63 Fitting Busana
64 Namira Ahmadi
65 Cemburu??
66 Raja dan Ratu Sehari
67 Awal Cerita Baru
68 Sarapan Bersama
69 Hari Pertama di Kantor
70 Rival??
71 Bu Angela
72 Jangan Terlalu Polos!
73 Aku Minta Maaf
74 Kerja Bakti
75 Week End Bersama
76 Hobi Lama
77 The New Irgi
78 Ibu Hamil
79 Di Swalayan
80 Suami Siaga
81 Motivasi
Episodes

Updated 81 Episodes

1
Tiba-tiba Calon Suami
2
Bukan Wedding Dream
3
Pagi Pertama
4
Nasehat Mama
5
Rumah Baru
6
Crush
7
Mengenali
8
List Belanja
9
Shopping Date
10
Sang Pemuja
11
Sisi Lain
12
Manyambut Mama
13
Mertua dan Menantu
14
Dialog Pagi
15
Alat Pengaman.
16
Permintaan dan Kompensasi
17
Cinta atau Nafsu
18
Jarak
19
Tetangga
20
Ide Konten
21
Ibu Sakit
22
Pesan-pesan
23
Pillow Talk
24
Menemui Bapak
25
Kopi KW
26
Gitar dan PR
27
Kisah Masa Lalu
28
Bianglala
29
Emosi dan Kembang Api
30
Hati yang Ragu
31
Dia Suamiku
32
Dapur, Sumur, Kasur
33
Cinta yang Halal
34
Isi Hati Seorang Istri
35
Pilihan Hati
36
Sebuah Rencana
37
Pesta dan Janji
38
Penyesalan
39
Lupakan Semuanya!
40
Tipu Muslihat
41
Istri Sah dan Pelakor
42
Menemui Perempuan itu
43
Titik Terang
44
Rinai Hujan
45
Say, I Love You
46
Semalam Bersama
47
Nyeri Haid
48
Gosip
49
Hadapi Saja
50
Disidang Papa
51
Mengulang Janji
52
Penyesalan Berulang
53
Menahan Rindu
54
Talak??
55
Klarifikasi??
56
Popularitas
57
Bucin
58
Firman dan Masa Lalunya
59
Pertemuan Keluarga
60
Sakinah Bersamamu
61
Terima Kasih, Sayang
62
Pagi yang Berbeda
63
Fitting Busana
64
Namira Ahmadi
65
Cemburu??
66
Raja dan Ratu Sehari
67
Awal Cerita Baru
68
Sarapan Bersama
69
Hari Pertama di Kantor
70
Rival??
71
Bu Angela
72
Jangan Terlalu Polos!
73
Aku Minta Maaf
74
Kerja Bakti
75
Week End Bersama
76
Hobi Lama
77
The New Irgi
78
Ibu Hamil
79
Di Swalayan
80
Suami Siaga
81
Motivasi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!