Rumah Baru

Di dalam mobil

Saat perjalanan menuju rumah baru, Irgi mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi, membuat Humaira yang duduk di sebelahnya kaget dan mengucap istigfar berkali-kali.

"Astagfirullah, Irgi! Pelan-pelan!" teriak Humaira sambil menengok ke arah suaminya.

Meski dia sudah memasang safety belt namun laju mobil yang amat cepat langsung menaikkan irama jantungnya.

Humaira memperhatikan wajah suaminya dari samping. Sepertinya ada yang aneh. Bibir Irgi terus mengerucut seperti anak kecil yang sedang merajuk.

"Kamu kenapa sih?" tanya Humaira mencari tahu.

Ia kembali melihat kaca mobil di depannya sambil menunggu jawaban.

"Kenapa apanya?"

Irgi tidak menoleh sama sekali. Tangannya memang masih pada kemudi mobil, tapi sorot matanya begitu tajam seolah mampu menembus kaca mobil.

Selama beberapa detik, Humaira terkekeh pelan melihat sikap suaminya. Dua hari terakhir mereka menjadi pasangan suami istri, satu demi satu sifat suaminya mulai terlihat.

Mama benar, Irgi mirip seperti anak kecil, gumam Humaira.

Gadis itu lalu merogoh isi tasnya untuk mencari sesuatu.

"Ini. Kamu yang pegang aja uangnya." Dia menyodorkan dua amplop uang pemberian mama mertuanya.

Benda itu kemudian diletakkan di atas dashboard mobil.

"Kenapa dikasih ke aku? Kan mama lebih percaya sama Kamu! Pegang aja!"

"Jadi bener, Kamu marah gara-gara uang ini?"

Istrinya kembali menelisik wajah Irgi. Benar-benar masam.

"Siapa yang marah?" Irgi menoleh sekejap pada istrinya lalu membuang muka kembali.

"Nah itu. Apa namanya kalo bukan marah?"

"Iya, emang aku marah! Tapi bukan karena uang ini!" Irgi berteriak sambil memutar stir mobil sembarangan.

Humaira langsung tersentak dari joknya hingga posisi duduknya miring ke kiri.

"Astagfirullah, Pelan-pelan! Aku masih pengen hidup!"

Jantungnya langsung berpacu dengan cepat. Ia amat ketakutan merasakan laju mobil yang tidak beraturan.

Dengan sekuat tenaga, Irgi terus mengendarai mobilnya secara ugal-ugalan. Saat ada lampu merah dia terobos, ketika ada mobil lain di depannya, Irgi juga seenaknya menyalip lalu ngebut lagi tanpa ada rasa takut. Ia benar-benar tidak memperdulikan istrinya yang sedang ketakutan dan terus menyebut nama Tuhan.

"Ya Allah, ya Allah! Irgi! Apa pun yang bikin Kamu marah, aku minta maaf!"

Humaira lalu menatap wajah suaminya. Dia berharap kali ini, Irgi mendengar kata-katanya.

Sejurus kemudian sang suami tiba-tiba menginjak pedal rem. Mobil pun berhenti mendadak beberapa meter dari depan gerbang perumahan yang dituju. Mereka hampir sampai.

Suasana hening.

"Aku minta maaf! Silahkan kalo Kamu mau marah!"

Humaira terlihat pasrah. Dia siap menerima caci maki atau mungkin kata-kata kasar yang akan keluar dari mulut suaminya.

"Di rumah mama, kenapa Kamu gak bantuin aku mengemasi barang-barang? Aku kan udah bilang buat bantuin!"

Di samping sang suami, Humaira hanya diam. Dia mengingat kembali apakah Irgi pernah memintanya untuk ikut mengemasi barang-barang atau tidak. Mungkin iya, mungkin juga tidak, gadis itu tidak bisa mengingat semua yang dikatakan Irgi padanya.

"Maaf! Waktu itu aku dipanggil Mama. Jadi aku ikuti mama ke taman belakang." ujar Humaira hati-hati.

Dia menahan segala emosinya, mencoba mengalah dan ingin menyelesaikan masalah itu dengan baik.

"Apa semua kata-kataku gak penting buat Kamu?" Irgi menatap tajam mata istrinya.

"Bukan begitu, Irgi. Mama ingin menasehati menantunya. Ya, aku harus menghormati Mama dong. Apa Kamu pengen aku cuek dan gak hormat sama Mama Kamu?"

Irgi tidak langsung menyaut alasan istrinya tetapi kadar kemarahannya rupanya mulai berkurang. Matanya lalu beralih melihat ke arah kaca depan mobil.

"Lain kali bilang kalo mau pergi! Biar aku gak perlu repot-repot nyariin!" serunya lagi.

Humaira bengong. Ia sama sekali tidak mengetahui kalau waktu itu, Irgi mencari keberadaannya.

"Oke, baiklah Tuan Irgi."

***

Rumah yang dibelikan oleh orangtua Irgi adalah tipe rumah minimalis dengan ukuran yang tidak begitu luas namun cukup untuk pasangan yang baru menikah seperti Irgi dan Humaira.

Beberapa perabotan utama juga sudah mengisi rumah mungil itu sehingga Irgi dan istrinya bisa langsung menempati rumah itu dengan nyaman.

Setelah masuk ke dalam dan mengamati semua ruangan, Irgi langsung menunjuk sebuah kamar yang ukurannya paling luas. Letaknya persis bersebelahan dengan ruang tamu dan ruang keluarga yang menjadi satu.

"Maira, aku tidur di kamar ini ya." serunya pada sang istri.

Namun Humaira tidak menjawab. Ia masih berkeliling melihat-lihat seluruh ruangan yang ada di sana. Rupanya dinding di rumah itu belum lama dicat karena aromanya masih tercium cukup kuat.

"Rumah ini masih berdebu." Maira melirik Irgi yang berjalan menghampirinya.

"Kata mama, rumah ini udah ada yang bersihin kok."

"Nih, liat sendiri!" Humaira mencolek sebagian meja kayu di sampingnya lalu menunjukkan debu yang menempel pada jari telunjuknya.

Irgi mengangkat kedua bahunya. Ia tidak mau memikirkan hal yang membuatnya repot sendiri.

"Udah ada yang bersihin, paling seminggu yang lalu. Hemm..."

Humaira menghela nafas sejenak. Ia bisa menebak jika lantai rumah itu juga sudah dipel namun debu-debu kembali menutupi permukaannya. Bahkan kaos kakinya langsung kotor ketika menapaki lantai tersebut.

"Aku capek, laper Maira."

Wajah Irgi terlihat lesu dan layu. Selalu seperti itu, setiap perutnya mulai lapar. Di rumah orangtuanya, Irgi terbiasa memanggil pembantunya untuk menyiapkan makanan dan minuman. Namun kini ia hanya serumah dengan istrinya.

"Kita cari makan di luar aja. Abis itu kita harus bersihin rumah ini. Debunya tebel banget." ujar Humaira sambil menatap Irgi.

"Apa? Bersihin rumah? Enggak mau ah! Aku gak bisa. Emangnya aku pembantu!"

"Yang harus bisa bersih-bersih itu bukan cuma pembantu, kepala keluarga yang baik juga perlu bisa."

"Udah, ayo kita cari makan dulu. Bahas itu nanti lagi!" Irgi sudah berdiri dan menenteng kunci mobil.

Namun tiba-tiba ponselnya berdering. Irgi pun langsung mengangkat panggilan telepon yang ternyata dari Aylin, pacarnya.

Irgi langsung meninggalkan Humaira lalu mencari tempat duduk di ruangan lain. Selama beberapa menit ia mengobrol dengan Aylin yang ternyata sedang merindukan dirinya.

"Aku juga kangen Kamu, sayang. Seminggu ya, kita gak ketemu? Kamu sibuk terus si."

"Iya, aku udah pulang kok dari rumah saudara di kampung."

"Emm, boleh. Sekarang aja. Enaknya jalan kemana ya? Sekalian kita makan yuk, aku laper, Sayang."

"Oke kalo gitu. Dua puluh menit lagi aku jemput ya! Aku siap-siap dulu. Jangan lupa dandan yang cantik."

Setelah Irgi menutup telepon, dia langsung mencari Humaira yang berada di pintu depan rumah. Gadis itu sedang mengangkat sebuah tas yang tertinggal di bagasi mobil.

"Maira, aku ada acara dadakan penting. Kamu pesen makan delivery aja. Atau di depan sana banyak orang jualan kok."

"Emang acara dadakan apa?"

Humaira menurunkan tasnya ke lantai.

"Eee... Mau bikin konten. Iya, aku lupa hari ini jadwalnya bikin video sama temen-temen aku."

"Oke."

"Ee, aku..Uang yang dari mama, aku minta lima ratus ribu dong."

"Buat apa?"

"Ya buat beli bensin. Udah dua hari gak diisi. Apa lagi perjalanan dari rumah kamu kan jauh."

"Iya, aku ambil dulu di dalam."

Sambil menunggu Humaira mengambil uang, Irgi menyempatkan diri untuk mencuci muka dan menyemprotkan parfum ke seluruh tubuhnya. Ia juga merapikan rambut dan pakaiannya di depan cermin wastafel.

"Pulang jam berapa nanti?" Humaira menyerahkan lima lembar uang seratus ribuan sambil memperhatikan suaminya yang terlihat lebih segar dan rapi.

"Gak usah tungguin aku. Mungkin malam baru pulang." Irgi memasukkan uang itu ke dalam dompetnya.

"Aku pergi ya!" serunya sambil berjalan ke arah pintu depan.

Tidak ada jawaban dari mulut Humaira. Ia hanya berdiri kaku menatap kepergian suaminya. Aroma parfum yang menguar ke seluruh ruangan membuatnya merasa seperti istri yang bodoh.

Tiba-tiba dadanya kembali terasa sesak. Sebelum mengambil barang di bagasi mobil, ia sempat mendengar percakapan antara Irgi dan Aylin di telepon. Dia tahu suaminya berbohong.

***

Terpopuler

Comments

PjMaha

PjMaha

Sabar ya. Ujian penganten Baru ya begini.

2025-07-31

1

neng ade

neng ade

sabar banget sih kamu Maira.. kalau aku sih langsung bilang mama nya aja deh ..

2025-09-25

1

☠ᵏᵋᶜᶟˢ⍣⃟ₛ𝔸𝕥𝕙𝕖𝕟𝕒 ⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘ

☠ᵏᵋᶜᶟˢ⍣⃟ₛ𝔸𝕥𝕙𝕖𝕟𝕒 ⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘ

jgn baper maira, kuat dijalani nggk kuat meluncur ke PA beres😄

2025-07-26

1

lihat semua
Episodes
1 Tiba-tiba Calon Suami
2 Bukan Wedding Dream
3 Pagi Pertama
4 Nasehat Mama
5 Rumah Baru
6 Crush
7 Mengenali
8 List Belanja
9 Shopping Date
10 Sang Pemuja
11 Sisi Lain
12 Manyambut Mama
13 Mertua dan Menantu
14 Dialog Pagi
15 Alat Pengaman.
16 Permintaan dan Kompensasi
17 Cinta atau Nafsu
18 Jarak
19 Tetangga
20 Ide Konten
21 Ibu Sakit
22 Pesan-pesan
23 Pillow Talk
24 Menemui Bapak
25 Kopi KW
26 Gitar dan PR
27 Kisah Masa Lalu
28 Bianglala
29 Emosi dan Kembang Api
30 Hati yang Ragu
31 Dia Suamiku
32 Dapur, Sumur, Kasur
33 Cinta yang Halal
34 Isi Hati Seorang Istri
35 Pilihan Hati
36 Sebuah Rencana
37 Pesta dan Janji
38 Penyesalan
39 Lupakan Semuanya!
40 Tipu Muslihat
41 Istri Sah dan Pelakor
42 Menemui Perempuan itu
43 Titik Terang
44 Rinai Hujan
45 Say, I Love You
46 Semalam Bersama
47 Nyeri Haid
48 Gosip
49 Hadapi Saja
50 Disidang Papa
51 Mengulang Janji
52 Penyesalan Berulang
53 Menahan Rindu
54 Talak??
55 Klarifikasi??
56 Popularitas
57 Bucin
58 Firman dan Masa Lalunya
59 Pertemuan Keluarga
60 Sakinah Bersamamu
61 Terima Kasih, Sayang
62 Pagi yang Berbeda
63 Fitting Busana
64 Namira Ahmadi
65 Cemburu??
66 Raja dan Ratu Sehari
67 Awal Cerita Baru
68 Sarapan Bersama
69 Hari Pertama di Kantor
70 Rival??
71 Bu Angela
72 Jangan Terlalu Polos!
73 Aku Minta Maaf
74 Kerja Bakti
75 Week End Bersama
76 Hobi Lama
77 The New Irgi
78 Ibu Hamil
79 Di Swalayan
80 Suami Siaga
81 Motivasi
Episodes

Updated 81 Episodes

1
Tiba-tiba Calon Suami
2
Bukan Wedding Dream
3
Pagi Pertama
4
Nasehat Mama
5
Rumah Baru
6
Crush
7
Mengenali
8
List Belanja
9
Shopping Date
10
Sang Pemuja
11
Sisi Lain
12
Manyambut Mama
13
Mertua dan Menantu
14
Dialog Pagi
15
Alat Pengaman.
16
Permintaan dan Kompensasi
17
Cinta atau Nafsu
18
Jarak
19
Tetangga
20
Ide Konten
21
Ibu Sakit
22
Pesan-pesan
23
Pillow Talk
24
Menemui Bapak
25
Kopi KW
26
Gitar dan PR
27
Kisah Masa Lalu
28
Bianglala
29
Emosi dan Kembang Api
30
Hati yang Ragu
31
Dia Suamiku
32
Dapur, Sumur, Kasur
33
Cinta yang Halal
34
Isi Hati Seorang Istri
35
Pilihan Hati
36
Sebuah Rencana
37
Pesta dan Janji
38
Penyesalan
39
Lupakan Semuanya!
40
Tipu Muslihat
41
Istri Sah dan Pelakor
42
Menemui Perempuan itu
43
Titik Terang
44
Rinai Hujan
45
Say, I Love You
46
Semalam Bersama
47
Nyeri Haid
48
Gosip
49
Hadapi Saja
50
Disidang Papa
51
Mengulang Janji
52
Penyesalan Berulang
53
Menahan Rindu
54
Talak??
55
Klarifikasi??
56
Popularitas
57
Bucin
58
Firman dan Masa Lalunya
59
Pertemuan Keluarga
60
Sakinah Bersamamu
61
Terima Kasih, Sayang
62
Pagi yang Berbeda
63
Fitting Busana
64
Namira Ahmadi
65
Cemburu??
66
Raja dan Ratu Sehari
67
Awal Cerita Baru
68
Sarapan Bersama
69
Hari Pertama di Kantor
70
Rival??
71
Bu Angela
72
Jangan Terlalu Polos!
73
Aku Minta Maaf
74
Kerja Bakti
75
Week End Bersama
76
Hobi Lama
77
The New Irgi
78
Ibu Hamil
79
Di Swalayan
80
Suami Siaga
81
Motivasi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!