Bukan Wedding Dream

Jika Allah sudah berkehendak, manusia bisa apa....

Setelah persiapan yang sangat singkat, akhirnya Irgi dan Humaira melangsungkan pernikahan di rumah Humaira. Acara yang dibuat sangat sederhana dan tanpa ada resepsi. Yang hadir pun hanya keluarga dekat serta sedikit tamu undangan.

Orang tua Irgi memang sengaja menunda acara resepsi sampai tahun depan karena kedua kakak Irgi sedang berada di luar negeri. Ibu Elisa ingin menunggu kepulangan mereka lalu membuat acara resepsi yang meriah.

Begitu selesai ijab Qabul, Irgi langsung diantar oleh paman Humaira selaku wali untuk menemui pengantin wanita di kamarnya.

Ternyata Humaira yang didampingi ibu serta sahabatnya sedang berjalan menuju tempat ijab Qabul berlangsung. Hari itu tidak seperti biasanya, Humaira dirias sangat cantik oleh MUA pilihan mama mertuanya.

Sang mama juga lah yang memilihkan baju pengantin untuk anak-anaknya. Seleranya cukup tinggi. Dia tidak pernah sembarangan menyiapkan pakaian untuk acara penting seperti pernikahan. Uang tak masalah baginya asal setiap momen penting memiliki busana dan potret yang indah untuk dokumentasi.

Ibu Elisa memilihkan sebuah setelan beskap warna putih untuk Irgi serta kebaya putih cantik untuk Humaira. Keduanya terlihat serasi saat disandingkan bersama.

Irgi menatap Humaira yang kini berdiri tepat di hadapannya. Ia sedikit takjub karena gadis itu nampak berbeda dengan baju pengantinnya.

Ia juga masih tidak percaya kalau Humaira telah sah menjadi istrinya.

"Ayo baca doanya, Irgi!" seru sang Papa mengingatkan.

Semalam Papa Irgi mengajarkan langsung dan menyuruh putranya untuk menghafal doa pernikahan.

Irgi mengangkat tangannya lalu meletakkannya di atas kepala Humaira. Dengan suara lirih bibirnya mulai membacakan doa yang semalam coba dia hafal.

"Barakallahu li wa lak, wa Baraka 'alayna wa jama'ah banana fi khair..."

Selesai berdoa, Irgi menurunkan tangannya.

Giliran Humaira yang mengulurkan tangan untuk menyalami suaminya.

Mempelai pria bingung tapi akhirnya ia membiarkan istrinya mencium punggung tangannya.

Sementara itu, Humaira terus menundukkan wajahnya. Ia tidak berani menatap suaminya dari dekat.

Saat itu, semua mata memandang ke arah mereka.

"Cium! Cium!"

"Cium dong!"

"Ayo ciuuumm!"

Beberapa suara menggema di tempat itu.

Irgi menghela nafas. Ini bukan pernikahan impiannya tapi dia akan mencoba menepati wasiat kakeknya.

Sedikit ragu, Irgi mendekatkan wajahnya ke depan kepala Humaira. Ia pun mengecup bagian ubun-ubun istrinya yang tertutup jilbab.

Beberapa flash kamera langsung mengabadikan momen spesial tersebut.

Irgi dan Humaira hanya perlu bersandiwara sesaat di depan banyak orang.

...****...

"Di mana koperku?" tanya Irgi setelah semua rangkaian acara selesai.

Dia sudah melepas kopiah putihnya. Dua kancing bajunya juga dibiarkan terbuka karena merasa gerah.

"Ada di kamarku." jawab Humaira.

Irgi sama sekali tidak bersikap hangat seperti pengantin baru pada umumnya.

"Anterin aku ke kamar! Aku mau ganti baju."

"Ke arah sini." Humaira bejalan menuju kamar diikuti oleh suaminya.

Begitu sampai di depan kamar, Humaira segera membuka pintu namun sepertinya ada benda yang menghalangi dari dalam. Setelah diperiksa, ternyata di kamar itu banyak sekali barang-barang seserahan yang diberikan keluarga Irgi untuk Humaira.

"Bantu aku! Penuh banget!" seru Humaira pada suaminya.

"Ya ampun! Kenapa ditaruh di sini si?" Irgi nampak kesal.

Dia lelah sekali. Namun tangannya tetap membantu Humaira untuk menggeser bingkisan-bingkisan indah itu. Ia ingin secepatnya merebahkan tubuh di atas tempat tidur.

"Maira, AC nya tolong nyalain dong! Gerah ni!" Irgi mengibas-ngibaskan bajunya yang sudah berantakan.

Bulir-bulir keringat juga nampak membasahi wajahnya.

"Di kamarku gak ada AC. Aku nyalain kipas aja ya!"

Dengan sigap, tangan Humaira memencet tombol kipas angin besar di sudut kamarnya.

Hembusan angin langsung terasa.

Irgi hanya bengong. Dia tidak yakin bisa tidur nyenyak malam ini. Kipas angin biasanya membuat perutnya kembung. Tapi suhu saat musim kemarau seperti ini rasanya seperti oven panas.

"Kondisi kamarku memang begini. Kamu sabar aja! Besok kan, kita pindah dari sini." ujar Humaira menenangkan.

"Hemm, apa kamu beneran mau tinggal berdua sama aku?" Irgi melirik istrinya.

Tanpa sungkan dia duduk di atas tempat tidur Humaira. Sementara matanya memperhatikan istrinya yang terus berbenah.

"Pengantin baru umumnya begitu kan? Kita iya kan saja permintaan mama dan papa Kamu."

"Oke kalo gitu. Aku mau telpon pacarku dulu. Kalo kamu ngerasa keganggu, bisa keluar kamar!" Irgi merogoh saku celananya untuk mencari ponsel.

Jam dinding menunjukkan pukul delapan malam.

Humaira sudah merasa lelah. Rangkaian acara pernikahan memang dimulai siang hari namun persiapannya sudah dilakukan sejak pagi hari.

Setelah ijab Qabul, ia dan Irgi juga sibuk menyalami tamu undangan yang datang lalu melakukan pemotretan pengantin beserta keluarga besar mengikuti arahan dari fotografer.

Hingga malam hari, tamu-tamu dan keluarga Irgi baru meninggalkan tempat acara.

Sungguh, Humaira ingin beristirahat. Tapi suaminya malah sibuk menelpon perempuan lain.

Dengan sedikit kesal, akhirnya Humaira keluar kamar untuk mencari kasur lipat yang biasa diletakkan di ruang tengah. Tapi benda itu ternyata sedang dipakai Adam untuk rebahan sambil menonton acara TV.

Humaira kembali lagi ke kamar dengan lemas. Mau tidak mau ia harus berbagi tempat tidur dengan suaminya.

"Mending kamu cepat bersih-bersih! Ini udah malam." ujar Humaira setelah keluar dari kamar mandi.

Gadis itu baru saja mandi dan berganti pakaian. Dia tidak bisa tidur jika badannya kotor dan lengket.

"Memangnya kita mau ngapain?" Irgi menatap istrinya yang kini memakai piyama panjang.

Irgi Heran, istrinya tidak mau melepas jilbab juga. Humaira hanya menggantinya dengan jilbab model instan dari bahan kaos.

"Tidur lah, kamu pikir mau ngapain? Jangan GeEr!" Humaira mengibaskan handuk yang baru ia pakai dengan kesal.

"Terus kamu tidur tetep paket jilbab, gitu?" Irgi masih terheran-heran.

"Terserah aku. Kan Kamu yang bilang kita cuma pura-pura nikah. Sebisa mungkin aku harus tetep jaga aurat."

"Jangan terlalu serius! Aku kasihan kalo Kamu kegerahan. Buka aja gak papa. Aku gak bakalan nafsu!"

Irgi masih duduk di tepi tempat tidur. Kini hanya memakai koas dalam dan celana panjang.

"Dari pada ngoceh terus, mendingan mandi! Kamu bau asem, tahu gak?"

"Malah ngatain lagi!"

Irgi mencium bau badannya sendiri yang memang belum mandi.

"Itu kenyataan!"

"Kamu galak juga ternyata. Kemarin perasaan jinak."

"Berapa jam lagi Kamu duduk di situ? Aku mau tidur."

"Iya bawel!" Irgi pun berdiri dengan wajah masam.

Sambil bersungut-sungut, Irgi pergi ke kamar mandi yang terletak di samping kamar.

***

Malam semakin larut..

"Baby, aku bobok dulu ya! Kamu juga harus istirahat! Have a nice dream!" Terdengar Irgi menyudahi panggilan telepon dengan pacarnya.

Irgi kemudian membuat suara mirip kecupan sambil menempelkan bibirnya pada ponsel.

Humaira yang tidur membelakangi sang suami hanya pura-pura memejamkan mata. Padahal ia mendengar semua percakapan mesra tersebut.

Tak terasa, butiran air mata jatuh hingga membasahi bantalnya. Dadanya terasa sesak.

Bukan pernikahan seperti ini yang ia impikan.

Bukan pria yang mencintai gadis lain yang ia harapkan menjadi jodohnya.

Bukan pula situasi penuh kepura-puraan yang ingin ia jalani.

"Kamu udah tidur, Maira?" Tiba-tiba Irgi menghadap ke arah punggung istrinya.

Humaira tak menjawab.

"Besok jangan lupa, kita ke rumah mama! Terus bantu aku packing barang-barang aku dulu. Baru kita pindah ke rumah baru. Oke?"

Sang istri tak bergeming.

"Aku tahu Kamu belum tidur. Jangan lupa bangunin aku! Aku gak bisa bangun sendiri!"

Terpopuler

Comments

Mutia Kim🍑

Mutia Kim🍑

Omooooo, jgn sok nggak mau Irgi, nanti bisa-bisa kamu jdi bucin😬

2025-09-18

1

Bulanbintang

Bulanbintang

Kak, dialog tag pakainya koma ya, kalau aksi baru pakai titik.

2025-07-30

1

Rosse Roo

Rosse Roo

hehh irgi, mulut kamu itu yaaa😫😫 pengin ku kasih sambel.

2025-09-20

1

lihat semua
Episodes
1 Tiba-tiba Calon Suami
2 Bukan Wedding Dream
3 Pagi Pertama
4 Nasehat Mama
5 Rumah Baru
6 Crush
7 Mengenali
8 List Belanja
9 Shopping Date
10 Sang Pemuja
11 Sisi Lain
12 Manyambut Mama
13 Mertua dan Menantu
14 Dialog Pagi
15 Alat Pengaman.
16 Permintaan dan Kompensasi
17 Cinta atau Nafsu
18 Jarak
19 Tetangga
20 Ide Konten
21 Ibu Sakit
22 Pesan-pesan
23 Pillow Talk
24 Menemui Bapak
25 Kopi KW
26 Gitar dan PR
27 Kisah Masa Lalu
28 Bianglala
29 Emosi dan Kembang Api
30 Hati yang Ragu
31 Dia Suamiku
32 Dapur, Sumur, Kasur
33 Cinta yang Halal
34 Isi Hati Seorang Istri
35 Pilihan Hati
36 Sebuah Rencana
37 Pesta dan Janji
38 Penyesalan
39 Lupakan Semuanya!
40 Tipu Muslihat
41 Istri Sah dan Pelakor
42 Menemui Perempuan itu
43 Titik Terang
44 Rinai Hujan
45 Say, I Love You
46 Semalam Bersama
47 Nyeri Haid
48 Gosip
49 Hadapi Saja
50 Disidang Papa
51 Mengulang Janji
52 Penyesalan Berulang
53 Menahan Rindu
54 Talak??
55 Klarifikasi??
56 Popularitas
57 Bucin
58 Firman dan Masa Lalunya
59 Pertemuan Keluarga
60 Sakinah Bersamamu
61 Terima Kasih, Sayang
62 Pagi yang Berbeda
63 Fitting Busana
64 Namira Ahmadi
65 Cemburu??
66 Raja dan Ratu Sehari
67 Awal Cerita Baru
68 Sarapan Bersama
69 Hari Pertama di Kantor
70 Rival??
71 Bu Angela
72 Jangan Terlalu Polos!
73 Aku Minta Maaf
74 Kerja Bakti
75 Week End Bersama
76 Hobi Lama
77 The New Irgi
78 Ibu Hamil
79 Di Swalayan
80 Suami Siaga
81 Motivasi
Episodes

Updated 81 Episodes

1
Tiba-tiba Calon Suami
2
Bukan Wedding Dream
3
Pagi Pertama
4
Nasehat Mama
5
Rumah Baru
6
Crush
7
Mengenali
8
List Belanja
9
Shopping Date
10
Sang Pemuja
11
Sisi Lain
12
Manyambut Mama
13
Mertua dan Menantu
14
Dialog Pagi
15
Alat Pengaman.
16
Permintaan dan Kompensasi
17
Cinta atau Nafsu
18
Jarak
19
Tetangga
20
Ide Konten
21
Ibu Sakit
22
Pesan-pesan
23
Pillow Talk
24
Menemui Bapak
25
Kopi KW
26
Gitar dan PR
27
Kisah Masa Lalu
28
Bianglala
29
Emosi dan Kembang Api
30
Hati yang Ragu
31
Dia Suamiku
32
Dapur, Sumur, Kasur
33
Cinta yang Halal
34
Isi Hati Seorang Istri
35
Pilihan Hati
36
Sebuah Rencana
37
Pesta dan Janji
38
Penyesalan
39
Lupakan Semuanya!
40
Tipu Muslihat
41
Istri Sah dan Pelakor
42
Menemui Perempuan itu
43
Titik Terang
44
Rinai Hujan
45
Say, I Love You
46
Semalam Bersama
47
Nyeri Haid
48
Gosip
49
Hadapi Saja
50
Disidang Papa
51
Mengulang Janji
52
Penyesalan Berulang
53
Menahan Rindu
54
Talak??
55
Klarifikasi??
56
Popularitas
57
Bucin
58
Firman dan Masa Lalunya
59
Pertemuan Keluarga
60
Sakinah Bersamamu
61
Terima Kasih, Sayang
62
Pagi yang Berbeda
63
Fitting Busana
64
Namira Ahmadi
65
Cemburu??
66
Raja dan Ratu Sehari
67
Awal Cerita Baru
68
Sarapan Bersama
69
Hari Pertama di Kantor
70
Rival??
71
Bu Angela
72
Jangan Terlalu Polos!
73
Aku Minta Maaf
74
Kerja Bakti
75
Week End Bersama
76
Hobi Lama
77
The New Irgi
78
Ibu Hamil
79
Di Swalayan
80
Suami Siaga
81
Motivasi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!