BAB 3

"Lalu kamu mau pindah ke mana?" Abiyan menuntut Asha dengan pertanyaannya.

Asha tersenyum kecil. "Aku akan memberitahumu nanti, aku lelah."

"Ah— baiklah, Ash. Beristirahatlah aku akan pulang!"

Dengan langkahnya yang tegap Abiyan meninggalkan penthouse agar Asha bisa beristirahat dengan tenang. Setidaknya ini hal yang bisa ia lakukan untuk membuat Asha sedikit nyaman. Abiyan merasa perlu melakukan sesuatu karena wanita itu terluka oleh kakaknya.

Asha tidak ingat ia tidur sudah berapa lama, yang jelas saat ini cahaya mentari sudah sangat terik. Ia mengambil ponselnya dari dalam tas. Baterai ponselnya habis entah sejak kapan, ia menyalakan ponselnya bersamaan dengan mengisi daya.

Notifikasi panggilan dan pesan menumpuk di ponselnya beberapa di antaranya dari Rhea dan selebihnya semuanya berasal dari nomor Zaky. Asha tertawa getir. "Kamu seolah peduli padaku Zaky." Asha kembali meletakkan ponselnya, mengabaikan semua pesan dan panggilan dari Zaky dan memilih untuk pergi mandi.

Asha memakai sebuah gaun yang sengaja ia beli sebelum kembali dari Paris, gaun pastel dengan panjang selutut membalut tubuhnya. Sedikit riasan natural ia poles di wajahnya yang memang sudah cantik meskipun tanpa make up.

Sepatu bot berhak tinggi beradu dengan lantai marmer milik keluarga Andara. Di depannya seorang asisten rumah tangga menuntun Asha masuk ke dalam ruang tamu. Di sofa Nyonya Andara menyambut Asha dengan senyuman hangat seperti biasa. Agak disayangkan wanita yang hangat dan ramah itu memiliki putra yang perilakunya sedikit kurang bermoral. Ya, kurang bermoral. Pria itu bercinta dengan wanita lain seminggu sebelum pernikahannya.

Asha membuang napasnya pelan, ia perlu menyiapkan diri sebelum berhadapan dengan sosok wanita yang selalu memperlakukannya dengan baik.

Nyonya Andara memeluk Asha, dengan lembut tangannya mengusap-usap punggung Asha. Menuntunnya duduk berdampingan di sofa.

"Maksud kedatangan saya ke sini adalah untuk membatalkan pernikahan antara saya dan Zaky, Nyonya." Asha berkata dengan sangat hati-hati, lalu dari dalam tasnya ia mengeluarkan kotak cincin yang tadinya diberikan Nyonya Andara saat melamarnya.

"Apa maksudnya Asha. Pernikahan kalian tinggal enam hari lagi, dan semua persiapan sudah hampir selesai. Bercandamu terlalu berlebihan, Asha."

Asha meremas ujung gaunnya. "Maaf Nyonya, ini bukan sebuah candaan. Saya benar-benar serius mengatakannya."

Wajah Katerine Andara berubah. Ada kecewa dan bingung yang bercampur dalam satu waktu. "Katakan alasannya, Asha! Jangan membuatku bingung! Lagipula mengapa kamu berbicara formal? Kita bukan orang asing, Asha. Panggil aku ibu seperti biasanya."

Asha tersenyum getir, dadanya terasa sesak. Tidak dapat dipungkiri bahwa ia memang sangat sulit mengambil keputusan ini. "Saya tidak bisa begitu, Nyonya. Saya membatalkan pernikahan, mana mungkin hubungan kita masih bisa seperti dulu?"

"Apa alasannya?" Suara wanita paruh baya itu terdengar bergetar.

"Untuk alasannya biarkan Zaky yang menjelaskan. Maaf saya harus pergi." Asha berdiri lalu membungkuk hormat setelahnya berbalik dan pandangannya bertemu dengan Abiyan yang baru saja turun dari lantai dua. Pria itu hanya memakai kaos polos dan celana pendek. Pria itu menguap pelan, tanpa dijelaskan dengan kata-kata pun semua orang pasti tahu jika ia baru saja bangun tidur.

"Berhenti Asha! Kamu harus menjelaskan alasannya!"

Asha berhenti melangkah, air matanya lagi-lagi menetes. Dari tempatnya Abiyan dapat melihat dengan jelas hal itu. Asha yang menangis, ibunya yang terlihat syok lalu sebuah kotak cincin di atas meja. Secara garis besar Abiyan dapat menyimpulkan apa yang tengah terjadi.

"Dia pasti punya alasan Ibu, lagipula Ibu juga perlu membahas hal ini dengan putra Ibu, bukan?"

"Tapi— "

"Ibu hanya perlu memanggil Zaky, bukan?" Abiyan melanjutkan langkah. Asha terselamatkan oleh kalimat Abiyan, ia memilih untuk segera angkat kaki dari kediaman Andara.

"Dasar anak nakal! Panggil kakakmu dengan benar!" omel Nyonya Andara. Tangannya menekan tombol panggilan pada nomer Zaky. Berulang kali, namun tidak di angkat sekali pun.

Menyerah dengan usahanya yang sia-sia Nyonya Andara menggebrak meja kaca depannya. Abiyan duduk di samping ibunya dengan kaki yang masih menyilang, ekspresinya datar sama sekali tidak terusik dengan perubahan perasaan ibunya.

Abiyan tahu ibunya sangat menyayangi Asha. Dan kini wanita itu memutuskan untuk membatalkan pernikahan, bahkan memberi jarak pada keduanya. Ibunya pasti merasa kecewa dan sedih. Jujur saja Asha adalah wanita yang ceria ia bahkan bisa dengan mudah merebut hati ibunya pada pertemuan pertama mereka. Zaky— pria bodoh itu membuang berlian yang begitu berharga, rupanya.

Abiyan berdiri, "Di jam ini dia pasti ada di kantornya, Ibu," ucap Abiyan.

"Kalau begitu, antar ibu ke perusahaan sekarang!"

"Maaf Ibu, tapi aku masih jet lag. Minta supir untuk mengantarmu!" Abiyan mengecup pipi ibunya. "Semoga berhasil, Ibu! Aku harap putramu yang satu itu menjawab dengan jujur dan memberikanmu jawaban yang kau inginkan."

Abiyan berlalu, pria yang rambutnya masih acak-acakan itu kembali melangkah ke lantai atas. Bersamaan dengan itu Nyonya Andara membawa langkahnya menuju garasi, ia perlu bergegas menuju perusahaan. Tempat suami dan anaknya bekerja.

Setelah menanyakan keberadaan Zaky pada resepsionis wanita, Nyonya Andara membawa langkah kakinya cepat ke ruang rapat. Wanita itu mendorong pintu rapat dengan keras. Peserta rapat termasuk suami dan anak sulungnya menaruh atensi mereka pada wanita yang tampak marah itu.

Tuan Andara terkejut ini kali pertama istrinya berbuat seperti itu, ia terburu-buru menghampiri wanita yang menjadi ratu dalam istana rumah tangganya. "Ada apa sayang?"

"Duduklah! Aku ada urusan dengan berandal itu." Nyonya Andara menunjuk putra sulungnya dengan emosi yang meletup-letup.

"Apa yang sudah terjadi, mengapa Asha tiba-tiba datang ke rumah dan membatalkan pernikahan?"

"Apa maksud Ibu?"

"Jangan mencoba membodohi ibu, Zaky! Sudah pasti ada masalah di antara kalian. Asha berkata kau akan memberi tahu ibu alasan mengapa kalian bisa membatalkan pernikahan."

Kemarahan Nyonya Andara benar-benar tidak terkontrol sampai ia tidak menyadari jika anggota rapat masih belum pergi dari sana. Sehingga kasak-kusuk mulai terdengar dari beberapa karyawan. Mereka mulai membicarakan topik panas tersebut.

Tersadar situasinya menjadi semakin serius Zaky meminta semua peserta rapat termasuk Rhea yang terlihat sangat syok mendengar berita tersebut untuk keluar meninggalkan ruang rapat. Kini dalam ruangan itu hanya ada mereka bertiga— Zaky, Tuan dan Nyonya Andara.

Wanita itu melipat tangannya di dada, mencoba mengintimidasi. "Jadi katakan! Apa yang sebenarnya terjadi?"

"Aku bahkan baru mendengar hal ini, Ibu. Aku belum bertemu dengannya sejak ia kembali dari Paris."

"APA? Bukankah kemarin kamu menjemputnya?"

"Itu— aku ada urusan saat dia tiba di bandara. Aku terlambat menjemputnya dan ketika aku sampai di bandara, Asha sudah tidak ada di sana."

"Ya Tuhan Zaky, ibu sudah mengingatkanmu untuk selalu bersikap baik padanya. Kita punya hutang budi yang besar pada Asha. Aku tahu pekerjaanmu penting, tapi Asha juga penting Zaky. Jadi tolong segera minya maaf padanya!"

Tangan Zaky terkepal, wajahnya datar namun kemarahan jelas tergambar jelas di matanya yang tajam. Zaky keluar dari pintu ruang rapat, menghampiri Rhea ke meja sekretaris. "Aku akan ke apartemen, perlu membahas hal penting dengan Asha."

"Asha bahkan belum kembali sejak kemarin. Aku menelepon dan mengiriminya pesan namun ia tidak membalasnya barang sekali pun."

"Jadi ke mana wanita itu?" Zaky melonggarkan dasinya, ia merasa sesak dan marah.

Rhea mendekat lalu berbisik pelan. "Jadi, benarkah Asha membatalkan pernikahan kalian?"

Zaky melirik Rhea. Tatapannya dingin, ia seperti akan menelan Rhea saat itu juga. Namun meski ditatap dengan dingin Rhea tidak serta merta mundur, justru wanita itu mengerlingkan matanya. Dengan terang-terangan menggoda pria yang sudah berkali-kali menghangatkan ranjangnya.

Zaky berbisik pelan. "Jangan macam-macam di dalam masih ada orang tuaku. Tunggu nanti malam! Kau pasti akan mendapat hukuman dariku."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!