Hei reader cinta ku, Jangan lupa like dan beri dukungan sebanyak-banyaknya ya . Terus baca semua bab nya biar retensi nya stabil dan karya ini terus berlanjut.
Terimakasih
...----------------...
Tapi di depan semua orang dia bertingkah sok kuat. Jika mereka melihat dirinya jatuh mau siapa lagi yang menjaga mereka. pikir pak Aswan.
Setelah melakukan perjalanan, malam harinya Mama Ana dan Evan sudah sampai di villa kontrakan di desa.
Suasana rumah itu mendadak berubah mencekam. Apalagi saat ini Ethan diam duduk berhadapan dengan Mama Ana di ruang tengah Villa.
Mama Ana menatapnya dengan sorot mata yang tajam. " masih tidak mau bicara? " tanya Mama Ana sekali lagi.
Evan menunggu di luar, dia tidak mau mengatakan kejadian nya. Biarkan itu keluar dari mulut Ethan sendiri.
Sebagaimana Ethan, Mama Ana sendiri sebenarnya ikut cemas meskipun belum mengetahui duduk permasalahannya. Mau bagaimana pun firasat seorang ibu tidak mungkin salah, masalah ini pasti besar, dan betul-betul tidak bisa mereka selesaikan.
Mama Ana kembali menarik nafas panjang " mau menunggu sampai subuh? Baiklah. Jika kamu tak mau mengatakan nya, mama akan tanya pada Evan Tapi ingat, konsekuensi nya akan lebih besar. " Tak bisa di pungkiri sorot mata Mama Ana begitu terluka.
Ethan merasa sudah terlalu menyakiti perasaan ibunya, jadi lebih baik dia mengakui kesalahannya. " ma.. sebentar.. " ucap Ethan gamang.
Di luar sana kesabaran Evan sudah mengikis, akhirnya dia ikut masuk dan duduk di sebelah sang ibu.
Kedua orang itu mengekori tingkah Evan. Sampai akhirnya Evan menatap dalam sang ibu. " ma.. Ethan terkena masalah. Dia sudah merampas kesucian seorang gadis. Saat ini wanita itu butuh pertanggung jawaban dari nya" suara itu begitu lugas namun penuh nada lembut.
Seperti suara petir di siang bolong. Ucapan itu sejenak membuat Mama Ana menahan nafasnya. Seperti ada bongkahan batu besar yang menghantam dadanya.
Begitu juga Ethan, jantungnya berpacu dengan sangat cepat. Menatap ibunya dengan tatapan was was. Dia baru menyadari bahwa dia memang sangat keterlaluan sekarang.
Plak
tamparan keras membentur pipi lelaki itu. Sekeras rasa sakit dan kecewa yang Mama Ana rasakan.
Wanita itu menangis dengan mimik wajah marah. Sungguh bukan saja Ethan yang merasakan sakit. Evan sang kakak kembarnya juga merasakan rasa sakit yang sama.
" betul betul kamu ya Ethan. Mama sungguh kecewa sama kamu. SE bejat inikah tingkahmu Ethan?! Kamu bisa melakukan hal hina ini pada seorang wanita. Apa yang kamu pikirkan! Hah!?"
Ethan segera bersujud di depan ibunya " ma.. jangan marah atau menangis. Hari itu aku terkena obat, aku awalnya tidak mengira akan jadi seperti ini. Aku akan bertanggung jawab ma.. "
" semudah itu kamu mengatakannya. lalu bagaimana perasaan wanita itu? Kamu sudah menghancurkan hidupnya Ethan!"
ketiga orang itu menangis sedih. Evan berusaha menahan agar mamanya tidak terlalu marah " ma.. Sudah aku rasa Ethan sudah menyadari kesalahannya"
tapi Mama Ana yang sangat mengenali anaknya malah menggeleng pelan " tidak.. Dia sama sekali tidak terlihat menyesal.. " dengan senyum getir.
Ethan segera mengoreksi " ma.. Aku bersalah. maafkan aku" Kembali lagi Ethan memeluk kedua kaki sang ibu.
" mama kenal kamu Ethan, jangan bohongi mama. Sekarang katakan jika Evan tidak mengajak mama kemari, apa kamu akan mengatakan nya? Hah?"
Ethan terdiam seribu bahasa. Dia tidak memungkiri dia amat menikmati waktu dimana dia berdua saja dengan Sahana.
Mengendalikan wanita itu agar mengikutinya segala kehendaknya. Dirasa memang benar, ibunya sangat mengenalnya.
Mama Ana mulai menurunkan nada bicaranya. Menjadi seorang yang acuh dan tidak ada pengharapan. " mama sangat kecewa padamu, kamu benar-benar melukai mama dan nama baik keluarga Baskara"
Bahkan sorot mata Mama Ana begitu kosong, dia masih syok dan tidak tau harus bagaimana menyikapi semua tingkah Ethan.
Akhirnya tanpa menunggu lebih lama, Mama Ana memilih untuk menenangkan dirinya. Dia masuk ke kamar tamu yang ada di lantai bawah.
Ruangan yang sama yang di gunakan Ethan untuk menahan Sahana. Kini ruangan itu telah bersih dan rapi. Mama Ana tidak akan menemukan tanda jika kamar inilah yang menjadi TKP Ethan sebelum nya.
Evan dan Ethan saling pandang, kemarahan Mama Ana pada mereka memang bukan hal yang pertama. Namun ini menjadi pertama kalinya kemarahan terbesar Mama Ana setelah sekian tahun lamanya.
" Kamu rayu mama, mintalah ampun agar masalah ini bisa cepat di selesaikan" pelan dan datar, Evan ikut pergi meninggalkannya Ethan sendirian di ruangan itu.
Sepanjang malam, Ethan mengetuk pintu kamar sudah tidak terhitung jumlahnya. Tak ada satu satuan pun yang terbalas dari dalam.
Hingga saat menjelang sepertiga malam, Mama Ana membuka pintu kamar dengan masih menggunakan mukenanya.
Ethan menatap Mamanya dalam kecanggungan. Terdengar kalimat singkat namun penuh ketegasan " pagi ini kita pergi ke rumah wanita yang nodai kehormatan nya itu"
Brak.
Pintu itu langsung tertutup tanpa menunggu tanggapan dari Ethan.
Ethan kembali ke kamar dalam kebisuan. Dia merasa tidak siap jika harus berhadapan dengan seluruh keluarga Sahana.
Sebuah pesan dia kirimkan pada Evan
' kak pagi ini mama minta kita ke rumah Sahana'
Dia berharap, nanti kakaknya bisa memberikan pertolongan padanya jika terjadi situasi yang genting.
' baguslah'
balasan pesan Evan membuat Ethan tidak mengerti harus bagaimana. Kira-kira kakaknya itu akan membelanya atau ikut menyalahkan nya.
Sejauh ini, Evan selalu menunjukkan perhatian padanya, tapi sejak pergoki dirinya menahan Sahana, Evan seolah lebih membela Sahana.
Matahari terus berputar, hari semakin pagi. Tak ada perbincangan di rumah itu. Semuanya sibuk dengan pemikiran dan kekhawatiran nya masing-masing.
Saat semuanya sudah siap, Mama Ana langsung memberikan perintah " kamu yang nyetir" dengan melemparkan pandangan tajam ke arah Ethan.
Evan memberikan kunci mobil pada Ethan lalu menepuk pundaknya pelan. Seolah memberikan semangat pada adiknya.
Dalam perjalanan suasana mobil pun begitu sepi. Sangat berbeda dengan diri Ethan, Jantung Ethan semakin tidak karuan. Dia bahkan sengaja melajukan mobilnya dengan pelan agar tidak segera sampai di rumah Sahana.
Ya, dia mengetahui rumah wanita yang sudah dia rampas kehormatan nya. Berkat beberapa bulan di desa ini, membuat Ethan merasa tidak asing dengan "perawan tua" paling terkenal di desa.
Dia menemukannya pun dengan tidak sengaja, jadi berkat ketidak sengajaan itulah dia bisa mendapatkan keuntungan sekarang.
Mobil berhenti di depan sebuah rumah sederhana satu lantai. Rumah ini tanpa pagar atau taman depan. Hanya ada halaman lumayan luas di bagian depan.
'' ini rumahnya?" tanya Mama Ana masih dengan nada bicara yang ketus.
Ethan mengangguk pelan " em".
Semua keluar mobil dengan menyiapkan diri masing-masing. Ethan menjadi orang yang paling terakhir keluar dari mobil.
Mama Ana berjalan memimpin rombongan. Rumah itu terlihat sepi bahkan jendelanya pun hanya satu yang terbuka.
Tok tok tok
" Assalamualaikum" panggil Mama Ana.
Lama tidak ada sautan, sampai beberapa saat suara langkah kaki terdengar.
Tap tap tap
" waalaikumsalam"
ceklek..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Uthie
semakin menarik 👍👍👍
2025-07-07
1
Piet Mayong
ceritanya bagus Thor, tapi up nya tiap hari ya biar g lupa alurnya
🤭🤭🤭🤭
2025-07-07
1