Hei reader cinta ku, Jangan lupa like dan beri dukungan sebanyak-banyaknya ya . Terus baca semua bab nya biar retensi nya stabil dan karya ini terus berlanjut.
Terimakasih
...----------------...
" Kakak.. !" teriak Ethan, saat Evan keluar dan masuk ke dalam mobil. Wajahnya pias, begitu mobil itu melaju menjauh.
Riwayatnya tamat.
Dalam perjalanan nya Evan benar-benar tak kuasa menahan diri. Dia terus terbayang bagaimana menyakitkan nya kondisi wanita yang terkurung di kamar itu.
Beberapa kali Evan bahkan meremas setir mobil karena dia kesal dengan tingkah Ethan yang sudah kelewat batas. Adiknya sama sekali tidak memikirkan nama baik keluarga. Atau paling tidak memikirkan sang ibu.
Dia sangat menyayangkan kenapa bisa adiknya melakukan hal sebejat ini. Padahal dia rasa adiknya bukan tipe orang yang sembrono dan selalu mengedepankan logika. Kenapa sampai Ethan kehilangan kontrol.
Hari sudah berganti saat Evan sampai di kediaman nya. Dia memilih untuk menaiki jet pribadi agar bisa segera sampai di rumah.
Dan benar saja, begitu sampai mama nya ikut kaget. padahal baru kemarin lusa putranya pergi. kenapa kembali dengan cepat.
" tumben balik cepat Van?" tanya mama Ana.
Wanita itu sedang menyiram bunga di area taman depan rumah. Hari masih pagi, ibunya termasuk dalam kategori morning person. Jadi Evan tidak heran jika ibu nya sudah bangun dan beraktifitas.
Evan melihat ibunya sekilas lalu duduk di bangku taman. Dia terdiam otak nya masih belum bisa merangkai kata yang pas untuk menjelaskan apa yang sudah Ethan perbuat di tanah proyek.
Evan khawatir dengan reaksi yang akan di timbulkan nanti. Mengingatkan ibunya yang sebegitu lemah lembut. Selama ini wanita itu hanya seorang diri membesarkan anak kembarnya. Jadi mereka begitu menjaga sang ibu.
Menyadari keanehan tingkah Evan, Mama Ana menoleh dan menatap putranya sedikit lebih lama. " ada masalah di proyek?"
Evan mendongak sehingga tatapan mereka bertemu.
Tapi tatapan Evan membuat Mama Ana sedikit cemas. Karena dalam tatapan itu terdapat rona kebingungan dan ketakutan. Mama Ana merasa jika ada masalah besar yang tengah terjadi pada putranya.
Mama Ana mematikan selang lalu menyusul duduk di sebelah Evan. " apa yang terjadi Van? Mama lihat kamu begitu gelisah"
Evan mengatur nafasnya, dia yakin berita yang akan dia katakan pasti menyakiti hati ibunya. Tapi jika mengingat kondisi wanita di kamar Ethan, dia juga tidak bisa menutupi hal ini.
Setelah lama menimbang, Evan menarik nafas dengan berat, membawa kedua tangan Mama Ana dalam genggaman nya. lalu berkata " ma, kita pergi menemui Ethan ya.. Di sana dia butuh nasehat mama"
Pandangan mereka bertemu, Mama Ana memiliki firasat buruk pada Ethan. Tidak mungkin sampai Evan meminta nya seperti ini. Karena selama ini Evan adalah sosok anak sulung yang sangat pengertian.
Meskipun mereka adalah anak kembar, tapi bagi Mama Ana, Evan jauh lebih dewasa yang selalu membackup semua tingkah dan kebutuhan Ethan.
Jika sampai Evan berucap seperti ini, pasti ada masalah besar yang tidak bisa di selesaikan. melihat kegamangan di mulut Evan, Mama Ana menahan diri untuk bertanya lebih lanjut.
Lalu senyum tipis mengiringi kalimat " baiklah, kapan kita berangkat?" semua ini demi menutupi rasa cemas dalam hatinya.
" satu jam lagi ma, Evan sudah menyiapkan pesawat nya" jawab Evan dengan penuh keyakinan. Mama Ana mengangguk pelan. Berharap situasi bisa sedikit tenang.
Setelah perbincangan itu, Mama Ana meminta pelayan untuk menyiapkan koper miliknya. Semua pengaturan berdasarkan permintaan Evan. Mama Ana hanya menyiapkan diri saja.
Bahkan Evan juga meminta ibunya untuk membawakan satu set perhiasan serta beberapa lembar uang tunai.
Meskipun Mama Ana sendiri tidak mengerti alasannya. Dia tetap diam, sambil hatinya berharap jika masalah yang terjadi tidak sebesar seperti yang dia pikirkan.
Sedangkan di desa, kondisi Sahana masih belum stabil. Dia terus terbayang-bayang situasi malam itu. Wanita itu berkali-kali mengguyur tubuhnya dengan air, saat rasa jijik melingkupi tubuhnya.
Kabar mengenai Sahana, sang perawan tua yang kehilangan kesucian nya tentu sudah menyebar ke seluruh kampung.
Mereka berdatangan ke rumah pak Aswan hanya dengan niatan untuk mengetahui seberapa parah keadaan Wanita itu.
Hanya segelintir orang yang memberikan belas kasih yang tulus. Selebihnya hanya numpang lihat lalu menyebarkan berita yang melebih-lebihkan. Dan kini berita yang tersebar di seluruh kampung mengatakan bahwa Sahana sudah menjadi wanita gila.
Oleh karena itu, sejak pagi pak Aswan menolak siapapun yang datang membesuk Sahana. Semuanya dilakukan demi putrinya.
Asri kembali berjalan memasuki kamar Sahana sambil membawakan nampan makanan untuk Sahana. " nak, ini makanlah.. " suara lembut itu terasa bergetar saking sedih dan pilu nya melihat keadaan Sahana.
Tapi putrinya yang meringkuk di bawah selimut sama sekali tidak menyahut.
Asri menahan tangisnya, dia mendekati ranjang lalu mengelus kepala Sahana pelan. " Sahana... " panggil asri pelan.
Sahana terperanjat, dia masih berada dalam bayangan kelam malam itu. " tidak!..jangan .." rintih Sahana tanpa melihat ibunya.
Wanita itu langsung menggeser tubuhnya mendekati tembok.
Dengan cepat Asri berucap" Sahana, ini ibu nak.. " selalu seperti ini. Sahana menolak dan terlihat ketakutan setiap waktu.
Jika tidak melihat wajah seseorang yang berkata, wanita itu tidak akan tenang. Seperti ini, saat melihat yang di samping nya adalah ibu nya.
Sahana segera memeluk sang ibu. Dia menangis dan meminta maaf karena tidak bisa menjaga diri. Asri hanya bisa mengangguk dalam tangisannya.
Sahana selalu merespon seperti ini, membuat hatinya nelangsa.
" ibu... Hiks hiks" Asri mengelus punggung Sahana pelan.
" semuanya sudah berlalu nak, lupakan kenangan itu. Istighfar nak, ingat kamu punya Allah. Allah pasti melindungi mu, jangan takut" lirih Asri berharap hal ini bisa menenangkan sang putri.
Pelukan itu berlangsung lama, Asri bersyukur Sahana mulai tenang. Dia lalu merayu dan berhasil menyuapi putri nya pelan-pelan.
sejak datang Asri dan pak Aswan sama sekali tidak menanyakan apa yang terjadi. Mereka menunggu kondisi sang anak stabil. Meskipun sebenarnya tanpa ditanya pun mereka sudah paham apa yang terjadi.
Kini keinginan untuk mengetahui siapa pelaku itu sungguh berat bagi pasangan itu. Mereka ingin segera mengetahui dan menangkap lelaki bejat itu, tapi kondisi Sahana yang masih belum stabil terpaksa menahan keinginan mereka.
Setelah menghabiskan makanan, Sahana yang meminum obat tidur langsung terlelap.
Asri mengambil piring kosong lalu berjalan menuju dapur. Di sana di depan wastafel wanita tua itu menangis. Bahunya bergetar hebat, bagaimana dulu putrinya yang selalu riang, berubah menjadi wanita seperti ini.
" istighfar bukk" sebuah rangkulan menarik tubuhnya.
Pak Aswan sengaja mengikuti istrinya, karena tau Asri pasti akan menangis.
" hiks hiks hiks . kenapa menjadi seperti ini yah? Kenapa harus Sahana? apa salah kita selama ini sampai hal buruk ini terjadi pada kita . Hiks hiks" Asri mengutarakan semua kesedihan hatinya dalam dekapan sang suami.
Pak Aswan mengelus bahu Asri " istighfar buk, kita tidak boleh marah sama takdir. Kita punya Allah" ucap pak Aswan untuk menguatkan hati Asri.
Padahal sesungguhnya yang paling sakit hati dan sedih adalah pak Aswan. Lelaki itu merasa gagal menjadi seorang ayah. Dia merasa semua ini terjadi karena kesalahan nya. Rasa sedih dan pilu hatinya benar -benar membuat dirinya hancur berkeping-keping.
Tapi di depan semua orang dia bertingkah sok kuat. Jika mereka melihat dirinya jatuh mau siapa lagi yang menjaga mereka. pikir pak Aswan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Raden Roro Natasya
ys ya Allah beban korban pemeriksaan itu sangat berat.... terkutuk lah kau Ethan
2025-07-04
0