Hari demi hari berlalu, aku menjalankannya tanpa ingin tahu apa yang Arga lakukan.
Aku bahkan menghindari terminal saat jalan pulang dari kantor, tidak sanggup jika harus melihatnya meminta-minta.
Setiap malam aku tidak pernah bisa tidur nyenyak, bukan karena rumah yang sempit, kamar tanpa alas busa, atau tempat yang tidak nyaman, tapi karena rasa sakit hati, serta kehancuran harga diri.
Kehidupan miris seperti ini sungguh tidak ada dalam bayanganku sebelumnya.
"Aku baru membeli springbed, aku harap kamu ada di rumah saat kurir mengantarnya besok" Ucapku saat aku duduk dengan memangku laptopku, sementara dia duduk menghadap ke layar tv yang menyala terang.
"Siapa yang mengizinkanmu membeli barang itu?"
Aku terkejut mendengarnya.
"Apa aku harus minta ijinmu atas sesuatu yang aku beli dengan uangku sendiri? Apa kamu tidak menyadari kalau aku tidak bisa tidur di setiap malamku?"
Pria itu diam, dan aku kembali bersuara.
"Seharusnya kamu memahamiku, dari yang sebelumnya aku hidup nyaman, namun dalam waktu persekian detik, tiba-tiba aku harus hidup seperti ini, dan itu karenamu, dimana empatimu?"
"Aku hanya ingin mengajarkanmu tentang hidup miskin, hidup sederhana tanpa bergelimang harta, dan pastinya aku hanya ingin tahu seberapa mampu kamu bertahan dengan kehidupan seperti ini"
"Mengajarkan hidup miskin, kamu bilang?" Aku menatapnya dalam-dalam "Siapa kamu? Jangan terlalu primitif lah, dimana-mana seorang suami akan berupaya memberikan hidup layak untuk istrinya, bukan kehidupan seperti di neraka"
"Aku rasa ini cukup layak untuk kita"
"Kita?" Aku tersenyum miring. "Hanya kamu tapi tidak bagiku"
Pria itu lantas menatapku, namun hanya sesaat. Dia langsung memutus kontak mata kami saat aku membalasnya.
"Tidak ada springbed atau perabot apapun yang akan datang ke rumah ini. Kamu tidak berhak membeli apapun tanpa persetujuanku. Dan aku minta kamu tetap seperti itu, biasakan hidup apa adanya, lupakan kemewahan yang orang tuamu pernah berikan. Aku yang akan menentukan karena aku kepala keluarga di sini"
Kalimat tegasnya barusan, membuatku reflek menggelengkan kepala, lengkap dengan sorot sinis yang aku tunjukan ke wajahnya.
Aku Alea, wanita berpendidikan harus di atur hidupnya oleh seorang pengemis.
Harga diriku benar-benar turun drastis.
Apa jadinya jika rekan kerja dan teman-temanku tahu tentang ini?
***
Keesokan harinya aku pergi ke kantor setelah menyiapkan sarapan.
Aku pergi tanpa mengisi perutku lebih dulu, karena yang ku masak hanya oseng bayam dan tempe goreng.
Seumur-umur aku tidak pernah makan hanya dengan lauk dan sayur seperti itu, tapi mulai hari ini dia memintaku untuk memasak hanya dengan uang yang dia berikan setiap harinya.
Uang belanja yang tak kurang dari seratus ribu. Di hari pertama dan kedua aku menolak uang sebesar enam puluh ribu, aku masih bisa belanja dengan uangku sendiri, tapi di hari ketiga dia memintaku untuk memasak sesuai dengan uang yang dia berikan itu.
Aku keberatan, tapi ancamannya selalu membuatku tak berkutik.
Dia selalu mengingatkanku bahwa apa yang aku miliki hanyalah titipan, Tuhan bisa merenggutnya kembali kapanpun Tuhan mau.
Seperti apa yang menimpaku setelah aku baru sampai di kantor, aku terkejut saat menerima pesan M-banking dari perusahaan tempat aku bekerja. Pasalnya aku hanya menerima gaji sebesar dua juta, dari yang sebelumnya delapan juta.
Aku langsung menuju ke HRD untuk mengajukan komplain. Aku harap ini hanya salah transfer, dan perusahaan akan mentransfer sisa gaji yang belum masuk.
"Silakan masuk" Kata orang yang ada di dalam ruangan HRD setelah aku mengetuk pintu.
"Permisi, pak. Bisa saya bicara sebentar!"
"Tentu bu Alea" Balasnya ramah, lengkap dengan seulas senyum.
Aku duduk menghadapnya.
"Ada yang bisa saya bantu, bu?" Pria yang duduk bersebrangan denganku menatapku.
"Begini pak, saya baru saja mendapat pesan m-banking dari perusahaan perihal gaji, dan saya hanya menerima transferan dua juta, apakah pihak perusahaan sudah salah mentransfer gaji saya, pak?"
"Sebentar bu, akan saya cek"
"Baik"
Aku menghela napas, menunggu selama beberapa menit.
"Maaf bu, perusahaan tidak salah transfer, mulai bulan ini dan bulan-bulan berikutnya bu Alea memang hanya menerima gaji sebesar dua juta saja"
"Apa?! Dengan posisi saya sebagai General manager, saya hanya di gaji dua juta?"
"Iya bu, itu sudah keputusan final dari atasan"
"Tapi kenapa? Bukankah posisi itu layak mendapat gaji tinggi"
"Betul, tapi mulai bulan ini akan ada pak Dana yang juga menempati posisi itu, pak Dana akan membantu melakukan pekerjaan ibu"
"Peraturan dari mana itu?" Protesku tak terima.
"Ini peraturan dari atasan, bu. Jika ibu tidak bisa menerimanya, ibu bisa mengundurkan diri dari perusahaan ini"
Aku diam, mulutku terkatup rapat. Bagaimana bisa sebuah perusahaan besar bersikap tidak adil terhadap karyawannya?
"Kalau begitu saya akan mengajukan banding" Ucapku akhirnya.
"Percuma bu, ibu tidak akan bisa melakukan itu"
"Kenapa tidak bisa?"
"Atasan kami sudah antisipasi jika ibu keberatan. Pihak kami juga sudah bekerja sama dengan kepolisisan dan pengadilan, jadi hanya ada dua pilihan untuk bu Malea. Menerima keputusan ini dengan gaji dua juta, atau mengundurkan diri"
Untuk kesekian kalinya aku di buat melongo.
Setelah pernikahanku dengan seorang pengemis, kini aku harus di hadapkan dengan aturan yang membuatku merasa terintimidasi.
Benar-benar duniaku seakan di buat sebagai permainan. Aku harus bicara dengan ibu, beliau yang sudah memasukkanku ke perusahaan ini, semoga ibu bisa membantu mengatasi masalahku ini.
Sesaat setelah keluar dari ruangan HRD, aku buru-buru melangkah menuju ruanganku.
Ku raih ponselku yang masih ada di dalam tas.
Ku sentuh nomor ibu dan langsung tersambung dengannya.
"Assalamu'alaiku, Malea!"
"Wa'alaikumsalam, bu. Apa kabar?"
"Ibu baik, ada apa nak?"
"Bu, apa ibu bisa membantuku untuk bicara dengan perusahaan tempat aku bekerja bu, bulan ini aku hanya menerima gaji dua juta saja, dan itu tidak sebanding dengan posisiku saat ini"
"Berusahalah mengatasi masalahmu sendiri, jangan selalu meminta bantuan ibu ataupun melibatkan ibu ke dalam masalahmu"
"Tapi yang aku hadapi ini tidak masuk akal, bu"
"Memangnya kenapa dengan gaji dua juta? menurut ibu itu pantas-pantas saja" Ibu malah mendukungnya. Aneh, ibu macam apa dia?
"Dengar Alea" Lanjut ibu, tanpa ku tahu seperti apa ekspresinya. "Dengan gaji dua juta, jika kamu mensyukurinya, kamu akan merasa cukup, tapi jika kamu tidak mensyukurinya, kamu akan selalu merasa kekurangan meski dengan gaji tinggi, jadi belajarlah untuk ikhlas menerima seberapa besar hasil yang kamu raih"
"Tapi bu_"
"Ibu sibuk Alea, dan untuk kedepannya jangan pernah meminta bantuan apapun dari ibu, kamu bukan tanggung jawab ibu lagi. Ada suamimu, jadi memintalah bantuan padanya"
"Apa yang bisa dia bantu bu? Dia hanya seorang peminta-minta"
"Ibu sarankan kamu tetap bertahan di situ jika tidak ingin menjadi pengangguran, dan berhenti mengatai pekerjaan suamimu"
Ibu memutus sambungan telfon begitu saja usai mengatakan itu.
"Arggh...! Kenapa hidupku sesial ini, apa benar yang ibu katakan, jika bukan karena ayah, aku tidak akan bisa menjadi seperti ini?" Gerutuku kesal.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
Wahyuningsih 🇮🇩🇵🇸
,atasannya ya suaminya sendiri...msh penasaran dg apa dibalik dari itu semua🤔🤔
2025-06-25
0
tiara
lanjuut thor hidup Malea mulai jumgkir balik sepertinya
2025-06-25
0
Cinta Rodriques
bosxkn suamimu km yg bodoh g tau.....
2025-08-03
0