Bab 5

"Oh iya, gimana kuliah kalian?" tanya Kinan, mencoba mengalihkan obrolan dengan rasa penasaran.

Fuji langsung bercerita tentang keseruan hidup nya sebagai mahasiswa, dari dosen-dosen yang tampan sampai kegiatan kampus yang sibuk. Sally tak mau kalah, ia berbagi cerita tentang organisasi yang di ikutinya dan betapa menyenangkan bisa kenal banyak orang baru.

"Eh, aku sekarang punya pacar, lho! Dia kakak senior semester enam," Sally menambahkan dengan pipi merona.

"Orangnya perhatian banget. Kami sering belajar bareng, dan dia suka bantuin aku kalau ada tugas yang susah."

Lalu Fuji juga berkata," Aku sebenarnya naksir Iho, sama pak dosen yang ganteng di sana!! tapi sayangnya dia dingin dan jutek."

Seketika Sally menoyor kepala Fuji sambil berkata," Dia udah punya bini ege, lo mau dicap sebagai pelakor?"

" Ya biarin lah, siapa tahu aku bisa di jadiin bini muda. Dia itu ganteng, kaya lagi, pasti hidup ku bakal terjamin ya kan!"

Kinan mendengarkan dengan tertawa, sesekali mengangguk dan tersenyum. la merasakan sedikit iri di dalam hátinya, membayangkan bagaimana rasanya menjalani kehidupan kampus yang penuh warna seperti mereka.

Dalam hati, ada keinginan yang tak ia ucapkan: ia pun ingin kuliah, menimba ilmu, dan merasakan keceriaan yang sama. Namun, ia sadar bahwa jalannya mungkin berbeda.

Meski begitu, melihat semangat teman-temannya membuatnya merasa senang dan termotivasi untuk tetap kuat menjalani kehidupannya di kota.

Setelah cukup lama berbagi cerita dan tertawa bersama, Kinan akhirnya berpamitan kepada Fuji dan Sally.

"Aku harus pulang, majikan ku mungkin sebentar lagi pulang," ujar Kinan dengan senyum yang sedikit di paksakan.

"Oh, iya Kin. Hati-hati ya. Kita ketemu lagi kapan-kapan," kata Fuji sambil memeluknya.

Sally mengangguk. “Jangan sungkan kalau butuh teman hubungi kami, ya. Sini nomer mu, biar aku simpan."

Lalu Kinan pun mengeluarkan ponsel nya dari dalam tas. seketika Fuji dan Sally terkejut, karena ponsel yang di bawa oleh Kinan adalah ponsel dengan merek terbaru.

Ponsel seharga puluhan juta, dengan logo apel tergigit itu, menjadi barang yang sangat di idamkan oleh mereka berdua.

Seketika Seli berteriak, "Gila loh Kin! Ponsel lo Keren banget. Lo kerja apaan di sini? baru sebentar, udah bisa beli ponsel canggih kayak gini."

"Anu...ini ponsel di kasih sama bosku, karena aku kemarin ke sini tidak punya ponsel. Jadi bosku yang membelikannya untuk ku. Nanti di potong gaji katanya."

Mendengar jawaban Kinan, mereka berdua hanya ber oh ria. Mereka bertiga pun berpamitan, dan Kinan melangkah keluar dari mall.

Saat berjalan menyusuri trotoar untuk mencari taksi, pikiran nya melayang. Dalam hening nya, ia merasa ada terbesit rasa iri dan penyesalan yang tak bisa di hindari. Kinan membayangkan betapa beruntung nya Fuji dan Sally bisa melanjutkan kuliah, mengejar impian mereka, dan menikmati kebebasan khas anak muda.

Sementara dirinya terjebak dalam pernikahan yang tak pernah ia rencanakan, harus menyesuaikan hidup di kota sebagai seorang istri muda. Dengan hati yang sedikit berat, Kinan melanjutkan langkah nya.

Namun, di dalam hati ia bertekad untuk tetap kuat dan mencari jalan terbaik bagi dirinya. Meskipun jalan hidupnya berbeda, ia masih berharap bisa menemukan kebahagiaan dan kebebasan seperti teman-temannya suatu hari nanti.

...🌻🌻🌻🌻🌻...

Malam berikutnya, Kinan tengah berbaring di kamarnya, rasa kantuk segera menyergapnya. Saat baru mau terlelap, tiba-tiba suara pintu kamarnya terbuka, membuatnya terperanjat.

Aryo berdiri di ambang pintu, menatapnya dengan tatapan tenang. Kinan segera bangkit dan duduk di atas kasur, menyapa Aryo dengan suara sedikit gugup.

"Mas...kapan pulang?" Ucap Kinan gugup.

Tanpa menjawab, Aryo berjalan masuk dan duduk di ujung ranjang, memandangi Kinan dengan serius. Setelah hening beberapa saat, ia berkata,

"Aku baru saja pulang, langsung menuju kemari. Besok pagi, aku akan ajak kamu ke tempat teman ku, seorang dokter kandungan. Aku ingin memastikan kondisi mu siap untuk hamil."

Kinan mengangguk pelan, menerima kabar itu tanpa banyak kata. Ia tak tahu harus merespons bagaimana, hanya menyimpan kegelisahannya di dalam hati.

Aryo kemudian bergeser lebih dekat, membuat Kinan menegang. Dengan lembut, Aryo mengangkat dagu Kinan, membuatnya menatap tepat ke matanya. Sentuhan lembut itu terasa asing bagi Kinan, membuat dadanya berdegup lebih kencang.

Ia tak menyangka Aryo akan bertindak sedekat ini. Tak ada kata yang terucap, hanya tatapan intens yang mereka bagi di tengah kesunyian. Dalam hatinya, Kinan merasa bingung sekaligus terjebak oleh perasaan yang sulit di jelaskan.

Dengan lembut, Aryo mendekatkan wajah nya hingga canggung bercampur dengan sesuatu yang lain, yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Namun tak lama, Aryo memagut bibir Kinan. Aryo semakin memperdalam ciuman mereka, seolah bibir Kinan menjadi candunya.

Kinan hanya bisa pasrah, mengikuti irama yang Aryo tentukan. Di saat itu, ia merasakan sensasi yang aneh dalam dirinya. Jantung berdegup kencang.

"Kamu sudah siap?" Tanya Aryo serak, saat sudah melepas ciumannya.

Kinan merasakan wajah nya memanas karena malu, mendengar ucapan Aryo, lalu dengan pelan dia berkata" Maaf Mas, tapi Malam ini.... aku sedang halangan"

Aryo pun lalu menghembuskan nafas kasar, kemudian dia berkata," Baiklah, kalau begitu Istirahatlah, aku akan mandi dulu." Ucap Aryo kemudian beranjak menuju kamar mandi.

...🌻🌻🌻🌻🌻...

Keesokan paginya, sesuai dengan rencana yang sudah di atur oleh Aryo, siang itu mereka berdua menuju rumah sakit untuk bertemu dengan Dokter Frans, dokter spesialis kandungan sekaligus teman lama Aryo.

Aryo dan Kinan duduk di ruang tunggu sambil menunggu giliran mereka. Kinan tampak sedikit gugup, sementara Aryo berusaha menenangkannya dengan menggenggam erat tangan nya.

Saat giliran mereka tiba, Dokter Frans menyambut mereka dengan senyuman ramah. Setelah beberapa percakapan santai, pemeriksaan pun di mulai. Dokter Frans dengan teliti memeriksa kondisi rahim Kinan, mengevaluasi kesehatannya secara keseluruhan.

Selesai pemeriksaan, Dokter Frans mengangguk puas sambil tersenyum.

"Kinan, kondisi rahim mu sehat dan kemungkinan besar sudah siap untuk di buahi," katanya dengan nada meyakinkan.

"Secara umum, tubuh mu juga dalam kondisi baik. Namun, perlu di perhatikan bahwa hamil di usia muda memang sedikit lebih berisiko, jadi penting untuk selalu menjaga kesehatan."

Kinan mengangguk, merasa lega mendengar penjelasan Dokter Frans.

"Terima kasih, Dok," ucapnya sambil tersenyum, meski ada sedikit rasa khawatir di wajah nya.

"Tidak masalah," balas Dokter Frans.

"Karena kamu sedang menstruasi sekarang, saya sarankan untuk mencoba saat memasuki masa subur. Itu akan meningkatkan kemungkinan kehamilan," tambahnya, sambil memberikan panduan tentang cara menghitung masa subur.

Aryo tersenyum penuh semangat dan memandang Kinan dengan tatapan penuh harap.

"Terima kasih Frans, kapan-kapan kita bisa bertemu lagi," ujarnya sambil menggenggam tangan Kinan.

Dokter Frans tersenyum kecil dan mengangguk.

"Sama-sama Aryo, aku selalu menantikan hal itu."

Kinan dan Aryo pun segera pamit dan pulang ke apartemen.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!