199 Days With Skala : Lisa Ft Jake Enhypen
199 Days with Skala
"Lavanya Sea, objek paling indah dari semua ciptaan tuhan."
~||199 Days with Skala||~
Langkah kaki tergesa-gesa dengan napas tersengal-sengal. Netranya bolak balik melihat jam tangan takut pada waktu yang terus mengejar.
Lavanya Sea, tubuh yang masih lengkap dengan seragam sekolah itu berdiri di halte bus. Melihat ke kanan dan kiri, namun tak menemukan apa yang dia cari.
Lavanya Sea
Raga mana? Katanya nungguin aku di sini?
Netranya kembali mencari, namun tak menemukan sosok Raga.
Lavanya mencoba menghubunginya. Namun sialnya, tak ada balasan dari Raga.
Belum selesai dengan itu, Tiba-tiba saja hujan turun dengan lebatnya. Membuat suasana dingin seketika menusuk kulit.
Buru-buru Lavanya mengecek ponsel.
"Pulang sendiri, Aku nemenin Gea Jalan-jalan."
Kata-kata yang kesekian kalinya Lavanya dapat.
Lavanya Sea
Kalau gitu kenapa harus janji Ga?
Lavanya Sea
Aku udah seneng banget waktu kamu janji jemput aku pulang..
Lavanya Sea
Tapi lagi-lagi kamu lebih milih Gea..
Seakan mengerti perasaan Lavanya, Hujan turun dengan semakin deras. Seakan ikut merasakan apa yang Lavanya rasakan.
Lavanya hanya menunduk, menutup mata, mencoba menenangkan hatinya yang lagi-lagi patah karena Raga.
"Sepatu lo bisa basah kalau lo terus berdiri di situ."
Lavanya tersentak. Kemudian mendongak, menoleh ke samping. Menatap seorang pemuda yang melihat ke depan.
Lavanya bergumam kesal. Air matanya kembali naik karena pemuda di sampingnya.
Lavanya hanya menoleh sekilas. Tak lagi menanggapi.
Ia memilih mundur beberapa langkah ke belakang. Kini posisinya sejajar dengan pemuda di sampingnya.
Lavanya hanya menatap punggung pemuda itu. Heran, mengapa dia memilih pergi padahal hujan belum reda.
Tepat pada pukul 5 sore, Lavanya baru sampai di rumahnya.
Helaan Nafas lelah terdengar sangat jelas. Ia menatap bangunan bertingkat dua itu nanar.
Lavanya Sea
It's oke Anya, kamu udah biasa dengan semuanya.
Lavanya bergumam, kemudian melangkah kakinya memasuki rumah.
Saat itu juga suara tawa terdengar begitu nyaring di telinga. Asing, itu yang menggambarkan posisinya sekarang.
Lavanya menoleh, mendapati presensi laki-laki yang menatapnya datar.
Lavanya Sea
Maaf ayah, tadi Anya nunggu hujan reda..
Harry Maganta
Ayah rasa hujan baru satu jam yang lalu, sementara kamu pulang sekolah jam setengah dua.
Harry Maganta
Kemana lagi kamu sebelum pulang?
Lavanya menunduk, kemudian mendongak dan tersenyum.
Lavanya Sea
Anya ke toko buku, beli buku pelajaran tambahan.
Harry Maganta
Lain kali nggak usah keluyuran nggak jelas.
Harry Maganta
Kamu itu udah besar Anya! Harusnya bisa jadi contoh yang baik buat adik kamu!
Harry Maganta
Liat Maudy! Dia udah di rumah sejak tadi! Nggak kaya kamu! Keluyuran nggak jelas!
Lavanya Sea
Ayah nggak percaya?
Lavanya Sea
Anya ke toko buku yah, bukan keluyuran nggak jelas.
Lavanya berusaha menjelaskan. Namun semuanya tetap sia-sia.
Harry Maganta
Masuk kamar, ganti baju.
Harry Maganta
Lantainya jadi kotor gara-gara kamu!
Dadanya terasa sangat sesak seakan di timpa batu besar. Memang sudah biasa, tapi tetap saja terasa sakit jika orang yang sangat kita sayang berkata seperti itu.
Sekali ia melirik ke belakang, mendapati sang ayah yang langsung tersenyum saat bersama bunda dan adiknya.
Hari ini terasa begitu berat, dua kali orang terdekatnya membuat hatinya patah berkali-kali.
Lavanya membuka pintu kamar dengan pelan. Netranya langsung mengarah pada bingkai foto.
Berisi seorang wanita dan laki-laki dewasa, satu bayi kecil dan anak perempuan yang tengah tersenyum.
Senyum yang dulu masih sangat... tulus.
Lavanya Sea
Kenapa berubahnya harus sejauh itu yah?
Pasar malam, merupakan tempat dari sebagian orang melepas tawa bersama orang yang mereka sayang.
Menghabiskan waktu bersama, seperti dua insan ini.
Namun sejak tadi, sang pemuda hanya fokus pada ponsel di tangannya membuat gadis di sebelahnya merengek kesal.
???
Dari tadi fokus ke HP terus! Aku lagi cerita Ga!
Raga Andreas
Maaf Ge, aku kepikiran Anya
Gea Miranda
Kamu lagi sama aku, kenapa malah mikirin Anya?!
Dia, Gea Miranda. Sahabat Raga yang kembali beberapa minggu lalu.
Wajahnya tampak kesal karena Raga yang membahas Lavanya di depannya. Gea kesal, dia tidak suka jika Raga membahas wanita lain.
Raga Andreas
Aku cuma ngerasa bersalah Ge, seharusnya aku nganterin Anya pulang.
Raga Andreas
Aku udah janji sama dia.
Raga menghela nafas kasar. Mengusap wajahnya Frustasi. Pesannya sama sekali tak dibalas oleh gadis itu, Lavanya... hanya membacanya.
Gea Miranda
Jadi kamu nyesel nemenin aku?!
Gea Miranda
Yaudah, aku pulang sendiri aja!
Raga mencekal tangan Gea, menuntun gadis itu agar kembali duduk di sebelahnya.
Raga Andreas
Bukan gitu Ge, aku sama sekali nggak nyesel nemenin kamu.
Gea Miranda
Terus apa Ga?!
Gea Miranda
Iya aku salah karena buat Kamu sama Anya jadi marahan.
Gea Miranda
Tapi aku cuma kangen sama kamu, aku kangen sama sahabat aku, salah?
Gea menunjukkan raut sedihnya. Memalingkan wajahnya tidak mau menghadap Raga.
Raga menarik Gea, membawa gadis itu ke dalam dekapannya.
Mengucapkan kata maaf, karena menyesal membuat sahabatnya menjadi sedih.
Raga Andreas
Aku nggak akan bahas Anya kalau lagi sama kamu.
Gea Miranda
Iya, aku maafin kamu.
Raga Andreas
(Maaf Anya, Maaf untuk kesekian kalinya)
???
Kalau makan tuh jangan sambil main HP Anya.
Lavanya mendongak, menatap manik coklat milik bundanya, Nilam Ayudia.
Lavanya Sea
Aku udah selesai bun.
Nilam Ayudia
Kalau gitu ya pergi, jangan main HP di meja makan!
Lavanya terkekeh sebentar. kemudian bangkit dari kursinya.
Namun sebelum pergi ia menoleh ke belakang, menatap Nilam.
Lavanya Sea
Anya alergi udang kalau bunda lupa.
Lavanya Sea
Itu kesukaan Maudy, bukan Anya.
Puas mengatakan itu, Lavanya kembali melangkahkan kakinya meninggalkan ruang makan dengan keheningan.
Nilam meremas sendok yang ia pegang. Sudut hatinya, merasa bersalah karena lagi dan lagi ia melupakan sesuatu tentang putri sulungnya.
Maudy Keynara
Kakak cuma capek, nggak usah dipikirin.
Maudy Keynara
Lagian wajar kalau bunda lupa, namanya juga manusia.
Harry Maganta
Maudy bener, nggak usah dipikirin.
Harry Maganta
Lagian Anya udah besar, seharusnya dia bisa ngomong.
Harry Maganta
Nggak perlu buat masalah kaya gini.
Tidak jauh dari sana, seseorang mendengar pembicaraan mereka.
Lavanya, dia belum kembali ke kamar. Mendengar ucapan Maudy, Lavanya memilih menguping di balik dinding.
Lavanya Sea
Emang nggak pernah tentang aku kan?
Ini Request pertama dari kalian.
Setelah ini, ada yang minta Dpr Ian, terus jaemin, mingyu, terus Choi San.
Jadi mohon bersabar ya ges, aku buatin satu satu😉
Comments
LisaBP XBoy
mau lagi cari cerita sedih yg bikin nangis eh nemu cerita ini tapi sayang masih eps 1😅
2025-06-10
0
it's me nevy 👾🍵
awwwww nevy disiniiii🤭🫰, semangat author sayangggg🫰🫰
2025-06-10
0
Littlebear(second account)
Baca judulnya rada takut sad ending
2025-06-10
0