Bab 3 : Bertemu Denganmu.

Khafi yang sedang pesan kopi pada seorang pelayan, setelah makan siang ini dia menunggu pesanannya diantar di meja yang saat ini hanya tinggal dia sendirian yangbduduk disana, karena para karyawan yang lain sudah masuk jam kerja mereka. Dengan tatapan kosong yang kearah keluar jendela melihat jalanan yang sangat ramai. Tak sengaja tatapan pandangannya terarah pada seorang wanita berhijab coklat, dengan pakaian baju Pemda yang sedang menyebrangkan anak-anak SD.

"Guru yang baik," dumalnya seraya sambil tersenyum tipis.

Tak lama pelayan mendatanginya membawa pesanan milik Khafi. "Permisi Pak ini pesanan yah, satu Americano dan satu porsi kue cookies!" ucapnya sambil meletakan kopi dan piring cookies.

"Iya terimakasih." Jawab Khafi yang santai, pelayan itu pergi dengan wajah memerah karena merasa deg-degan saat mengantar pesanan tersebut.

Pelayanan wanita itu lalu malu-malu melihat Khafi yang masih sibuk dengan ipad miliknya. Temen dari si pelayan menyenggolnya, ia ingin tahu jawaban dari sikap temen setelah mengantarkan pesanan.

"Ada apa denganmu?" seraya bertanya kepada temennya tersebut.

"Pelanggan disana tipe aku banget! Aduh, aku sampai lupa nanya nama dan alamat rumahnya." Sambil tepok jidatnya karena lupa nanya soal itu.

"Salah, yang bener kamu minta kontak WhatsApp yah! Kalau rumahnya terlalu dini kamu ingin tahu."

"Lebih cepat lebih baik, harus sat set sat set kalau nggak nanti dia di embat orang."

"Ya elah kamu ini terang-terangan banget sih. Yaudah mending tanya Surya sana, kan dia megang kasir tuh sapa tahu dia punya no kontaknya."

"Iya kami bener banget." Ia mendekati temen yang menjaga kasir.

"Surya, boleh aku tanya gak?!" ucapnya sambil wajahnya sumringah.

"Mau tanya apa?" jawabnya bingung.

"Tahu pelanggan duduk disana gak? Nama dan no kontaknya dia apa?" ucapnya sambil wajah memohon.

"Nggak tahu. Tapi, yang ku tahu dia bekerja di perusahaan disana. Jadi kemungkinan dia akan sering ke sini, lagian dia seminggu bisa 2x kok." penjelasannya.

"Jadi dia sering ke sini, kok aku nggak pernah tahu ya ada cowok setampan itu berada di sekitarku. Aduh kemana aja aku selama ini, padahal dia di depan mata. Okey, nggak apa-apa aku tahu sendiri aja nama dan minta no kontak dia."

Pelayan itu sudah menyiapkan berbagai tak-tik jitu membuat persiapan yang mungkin menurutnya sangat mantap, temen penjaga kasir hanya geleng-geleng kepala saja melihat tingkah lagi pegawe wanita ini.

"Terserah kamu aja, tapi kerjakan dulu pekerjaan kamu sindy," ucapnya.

Tiba-tiba Khafi yang tengah di fokuskan dengan berbagai dokumen masuk ke email-nya ia hanya bisa mescroll semuanya. Sambil gelengkan kelapa karena seperti tidak ada hari libur baginya, sampai nafas terlihat berat karena itu. Ia langsung menutup Ipad-nya, kembali menikmati waktu istirahat yang singkat itu.

"Bagaimana aku mau cari pasangan coba, kerjan aku aja sebareg-abreg gini. Nggak ada selesai-selesainya, di kerjain yang ini yang lain muncul. Gila nih laporan banyak juga yang harus ku cek," dumal kekesalannya.

...Tring......

Lalu tiba-tiba ada suara notif pesan masuk dari hp miliknya. Pesan masuk dari sang mamah, membuat raut wajah Khafi berubah.

MAMAH : (Khafi besok mamah mau berikan kamu satu kesempatan lagi, mamah akan memperkenalkan kamu sama Shofia, anaknya Tante Ulfa. Kali ini tolong kamu jangan nolak lagi ya, mamah sudah kepalang janji sama tante Ulfa. Jadi kamu siapkan dirimu jangan terlambat untuk datang di acara arisan mamah, jam 2 siang , jemput mamah ya.)

"Astaghfirullah mamah-mamah gak sabaran banget sih, nungguin anak cari istri sendiri! Ini malah anaknya langsung main di jodoh-jodohin aja." Dumalan itu membuat Khafi hanya bisa menggelengkan kepalanya saja karena tidak tahu harus berbuat apa lagi jika mamah sudah bertindak.

Sampai di kantor lagi Khafi dengan raut wajah yang murung dan lesu membuat Dimas yang melihatnya langsung panik, karena dia merasa bersalah karena meninggalkan Khafi, ia langsung mendekati Khafi.

"Khafi kamu baru kembali?" ucap Dimas.

"Iya, sorry gue telat masuk kantor"

"Aku yang harusnya minta maaf ke kamu," suara yang agak berat karena Dimas yang tidak enak hati karena meninggalkan temennya yang sedang terpuruk itu.

"Kenapa?" Khafi yang bingung karena sahabatnya tiba-tiba minta maaf dengan wajah yang lebih sedih dari dirinya.

"Iya karena aku gak temenin kau ke kafe tadi." Penjelasan Dimas yang membuat Khafi tepuk jidat yah.

"Ya Allah, kirain kenapa? Santai aja kali, lagian kayak sama siapa aja. Toh bini kau tadi mampir." Sahut Khafi yang ngertiin jika temennya sudah menikah dan mau punya anak kedua juga.

"Iya setiap hari juga aku ketemu Kiki," ujar Dimas yang berjalan duduk di depan Khafi yang sedang santai di sofa sambil menonton TV di ruang kantornya.

"Kan ketemu sama aku juga tiap hari Dim, tapi Kiki lebih penting." Jawab Khafi yang biasa saja.

"Iya bukan begitu juga kali Fi, kamu juga penting no 2 bagiku." Penjelasan Dimas yang melihat Khafi berjalan menuju sofa.

Khafi yang mengambil remote TV lalu menyalakannya mencari Chanel yang dia sukai acaranya. Membuat Dimas bingung sendiri, kenapa malah nonton TV.

"Kamu gak ada kerjaan kah? Kok malah nonton TV." Dimas yang bingung karena melihat Khafi malah nonton TV bukannya kerja.

"Tuh kerja numpuk di meja belum aku pegang apa lagi aku liat, cuman aku lirik doang!" ucap Khafi yang menunjuk ke tumpukan kertas di atas meja yah.

"Lah kenapa kamu cuman lirik doang, gimana kamu akan menyelesaikan jika kamu malah duduk disini?" tanya Dimas.

"Aku mau refreshing dulu boleh kan Dim, lagian hari ini gak ada rapat-rapat atau ketemu sama klien kan!" ujar Khafi yang mengingat jadwal senggangnya.

"Iya sih," jawab Dimas singkat tapi masih bingung sama sikap Khafi.

"Otakku lagi nggak bisa save data apapun Dim, makanya aku butuh refreshing dulu." Jawab Khafi.

"Masih kepikiran sama permintaan mamahmu?" tanya Dimas.

"Iya masih Dim, malah besok mamah katanya mau kenalin aku sama anak temen ya lagi." Jelas Khafi yang mukanya bete.

"Hah! Ciusan, kamu akan di kenalkan salah satu anak temen mamah kamu yang mana lagi? Itu ide yang bagus sih menurut ku," ucap Dimas sangat antusias.

"Ide bagus palamu. Aku lagi sibuk gini mana ada waktu buat bermain cinta-cintaan, kayak anak ABG aja."

"Khafi kalau kamu nunggu senggang, mana ada waktu buat kamu me time akan ketemu sama cewek. Ulta Tante 3 bulan lagi loh," ucap Dimas yang menyarankan.

"Iya sih, tapi..." Kebingungan Khafi yang tidak tahu harus bagaimana lagi.

"Udah nurut aja sama mamahmu, mungkin pilihan mamah kamu ada benarnya." Penjelasan Dimas.

"Iya deh!" Khafi akhirnya mengikuti saran dari temennya itu untuk mencoba ketemu sama putri dari anak salah satu temen mamahnya.

Tiba-tiba bunyi deringan panggilan masuk dari handphone Khafi yang saat ini sedang menyusun laporan pekerjaan dengan Dimas yang membantunya.

"Dari siapa sih Fi? Diangkat sekiranya bisa kamu angkat, itu pasti penting dan darurat." Cakap Dimas yang menegur Khafi.

Khafi langsung meraih hp miliknya, tertera nama Mba Inara. Kakak iparnya, dengan profil foto anak-anaknya.

"Walikum'salam iya. Hallo mba!... Lagi di kantor mba, ada apa?... Kebetulan nggak sibuk-sibuk banget sih mba, emangnya kenapa mba?... Iya bisa kok mba. Kapan mba?.... Eh, jam berapa ini... Okey mba, saya akan kesana." Panggilan itu terputus.

"Ada apa Khafi kok kayak panik gitu? Telfon dari siapa emangnya?" tanya Dimas.

"Dari Mba Inara dia minta aku jemput Reva di TK, mbaku lagi jemput mas di kantor," jawab Khafi yang mukanya khawatir.

"Lah Mas mu gak bawa mobil sendiri apa?" ucap Dimas yang tidak mengerti.

"Bawa tapi katanya Mas ku sakit Dim, jadi Mba Inara jemput Mas Kenan." Penjelasan Khafi.

"Yaudah sana, jemput keponakan kamu dulu." Suruh Dimas yang masih ikutan panik, tapi karena ia juga masih di sibukkan sama kertas-kertas yang sedang ia kelompokkan jadi hanya Khafi yang pergi.

"Terus ini gimana?" ucap Khafi yang tidak enak hati meninggalkan Dimas dengan tumpukan kerjaan itu.

"Tenang aja, nanti juga beres kok!" jawab Dimas yang menenangkan Khafi

"Sorry ya Dim jadi ngasih kerjain lainnya buat kamu, aku pergi sekarang yah!" ucap Khafi yang langsung mengambil kunci mobilnya.

Sampai di sebuah TK terlihat banyak anak-anak yang masih bermain di halaman bermain taman kanak-kanak tersebut, dengan di dampingi oleh ibu guru yang mengawasi mereka bermain, anak-anak yang bermain sambil menunggu jemputan dari orang tua atau wali mereka.

"Permisi Bu, maaf. Mau numpang tanya saya mau jemput Reva dari kelas A1. Saya omnya." Penjelasan Khafi pada salah satu guru yang ada.

"Om Khafii... Horeee di jemput om." Teriakan seorang anak yang bersuka cita melihat pria yang dia senangi menjemput yah.

"Nah tuh anaknya," ucap guru tersebut sambil menunjuk Reva yang berlari ke arah Khafi.

Reva saking senangnya di jemput om yah ia tak ingat jika bersama guru kelas, ia langsung lari dan memeluk omnya.

"Om Khafi yang jemput Reva. Mamah mana?" ucap polos Reva yang sangat bahagia banget kalau di jemput om yah, karena ini baru pertama kalinya Khafi jemput ponakannya.

"Lah emang mau jemput siapa lagi kalau bukan kamu Va, ada-ada aja kamu ini, Mamah mu lagi Papah di kantor."

"Om-om-om nanti kita mampir ke disney dulu yaa mau main playground." Antusias Reva yang meminta main dulu dengan om yah.

"Eh, jadi ini alasan kamu sangat seneng di jemput sama om," ucap Khafi yang mukanya pura-pura cemberut mengejek keponakannya.

"Nggak! Reva juga seneng kok kalau Om Khafi sering jemput kakak." Dengan nada bicara yang sangat manja pada om yah.

"Dasar kamu ini, kok jadi mirip Mamah Inara yah?" sambil mencubit pipi ponakannya.

"Iyakan anaknya," jawab Reva yang senyum lebar pada ponakannya.

"Permisi maaf. Saya guru yah Kakak Reva, apa ini bener Om ya Reva?" tanya seorang guru wanita yang sudah ada di hadapan dua orang yang sedang bercengkrama itu.

Khafi menaikan wajahnya setelah mendengar suara itu, arah pandangan matanya tertuju pada lawan bicara yang lainnya bukan Reva keponakannya lagi. Melihat wanita yang ada di depannya berpakaian pemda, ia sempat tak menyangka kalau guru yang ia lihat pada saat menyebrangkan anak-anak sekolah malah ketemu lagi di TK.

Hah! Kok guru ini ada di sini, ku pikir dia pengajar di SD depan kafe tadi. Ternyata aku salah dugaan, dia malah jadi guru Reva. Suara dalam pikiran Khafi saat melihat guru Reva.

"Maaf Pak. Kok malah bengong, ada yang salah sama pertanyaan saya. Jika ada yang salah saya minta maaf pak!" ucap guru tersebut.

"Ah tidak, maaf. Iya benar Bu, saya om yah Reva," jawab Khafi yang gelagapan.

"Maaf saya hanya memastikan saja karena tadi kiriman foto dari bunda kakak Reva nggak jelas, jadi saya tanya kembali."

"Maksud ya Bu? Kiriman foto apa yah?" Khafi agak bingung sama apa yang dikatakan oleh gurunya Reva.

"Itu tadi saya dapat panggilan telepon dari Bundanya kakak Reva, katanya beliau berhalangan jemput karena Ayahnya kakak Reva sakit, jadi yang jemput katanya omnya. Saya minta foto karena agar tidak salah orang dan ngasih anak ke orang yang tidak bertanggung jawab."

"Ouh iya Bu, terimakasih atas informasinya dan terimakasih atas perhatiannya. Saya Khafi bener om yah Reva," ucap Khafi menunjuk dirinya sendiri.

"Terimakasih atas konfirmasi yah Pak." Jawabnya dengan ramah tamah.

"Iya Bu, mari... Ayo Reva kita pulang," ucap Khafi yang bergantian.

"Iya, hati-hati di jalan kakak Reva," ucapan yang bergantian.

"Da-dah Bu guru. Assalamualaikum," ucap Reva sambil mencium punggung tangan gurunya.

"Walaikumsalam kakak, dah Kakak Reva," jawabnya sambil tersenyum manis dengan tatapan mata yang tertuju pada gadis kecil yang akan masuk kedalam mobil hitam dengan di bantu oleh pria dewasa.

Setelah mobil itu meninggal halaman sekolah, guru tersebut baru masuk kembali ke kantor. Di dalam mobil Reva yang merajuk minta di temani ke playground membuat risih telinga Khafi, jadi mau tidak mau dia menuruti kemauan ponakannya itu.

Sampai rumah dimana seorang wanita tengah berdiri di depan pintu dengan raut wajah cemasnya, karena sampai sore putrinya yang belum juga pulang. Sedangkan adiknya hp tidak aktif membuat kepanikan memuncak, ia menitipkan anaknya agar di jemput adiknya malah lambat pulang.

"Aduh kemana sih dua orang itu, kok nggak ada kabar-kabar, Khafi bawa kemana anakku. Kok sampai sore gini nggak ada keliatan bayangnya juga. Udah hpnya nggak aktif lagi," dumalan kekesalan Inara.

Sebuah mobil baru saja sampai di halaman rumah disambut oleh satpam rumah tersebut, dengan senang. Bergegaslah Inara keluar dari dalam rumah saat mendengar suara mobil Khafi.

"Ya ampun kalian ini pergi kemana saja sih, Khafi. Tadi mba kan minta tolong sama kamu, suruh kamu jemput Reva kok kamu malah ngilang gak ada kabar dan baru pulang jam segini coba kasih tahu kalian dari mana saja hah?" ucap Inara yang sudah marah memuncak.

"Mamah jangan marahi om dong! Nanti om nggak mau jemput Reva lagi," ucap putrinya memotong pembicaraannya.

"Iya habis kalian baru pulang jam segini habis kemana saja?" tanya Inara pada kedua orang tersebut.

Khafi hanya diam sambil tersenyum tipis, lalu Reva mengambil tas miliknya yang di bawakan oleh Khafi. "Habis ke games studio," jawab cepat Reva sambil pergi meninggalkan mamahnya dengan wajah yang agak kesal.

"Hah, kamu main dulu. Kan sudah mamah bilang kalau pulang sekolah harus langsung pulang, ini malah keluyuran. Pasti kamu yang ngajarin dia kan Khafi, jangan kamu ajak-ajak Reva bermain sesudah pulang sekolah dong!" sewot Inara pada putrinya dan bergantian pada adik iparnya.

"Hah! Khafi lagi yang kena, terserah deh! Khafi balik ya, Assalamualaikum." Khafi yang terlalu lelah tak mau memperpanjang urusannya, atau menjelaskan ke salah pahaman diantara Inara, Reva dan dirinya.

"Khafiii... Tunggu dulu dong, jelaskan dulu padaku kalian ini habis dari mana saja," teriakan Inara.

"Segitu om sudah jelaskan mamah ini budeg ya, kita habis main di games studio main-main di Disney." Penjelasan Reva putrinya.

Bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!