Percakapan dua sahabat ini semakin serius karena Dimas yang ikut memikirkan bagaimana caranya agar Khafi bisa bertemu dengan tambatan hatinya yang di harapkan oleh dirinya dan ditunggu oleh seluruh keluarga besarnya. Dimas dan Khafi berdiskusi tentang bagaimana cara menemukan wanita yang tepat, agar dapat membuat taman bunga yang ada di hati Khafi mulai gersang menjadi subur hingga berbunga-bunga.
"Coba kamu kasih clue bagaimana tipe ideal kamu?" tanya Dimas yang ingin tahu selera dari Khafi.
Khafi hanya diam sambil melihat di layar komputernya, sambil memikirkan selama ini dia tidak memiliki waktu untuk hal tersebut bahkan dia juga tidak tahu seperti apa tipe yang dia inginkan.
"Nggak ada yang khusus sih, aku juga bingung sendiri jika ditanya begitu olehmu, mau cari yang bagaimana yah? Mungkin yang bisa buat jantungku berdebar tak karuan kali yah." Penjelasan Khafi yang spontan membuat Dimas terdiam.
"Emang ada kelainan jantung kamu Fi. Masa tipe kamu sendiri malah kebingungan sendiri, lagian mana saya tahu kamu jantung berdegup kencang atau tidak sama orang yang kamu sukai, kan kamu sendiri yang merasakannya," ucap Dimas sambil geleng-geleng kepala.
"Iya karena selama ini aku juga nggak tahu maunya yang bagaimana, dan seperti apa. Yang cantik sudah banyak, yang baik sudah aku rasakan, yang kaya raya aku juga kaya. Yang punya status sosial aku kurang suka, yang manis juga aku di porotin dan di manfaatin doang, yang Miss universe aku ditinggal nikah. Makanya aku juga bingung dengan tubuhku sendiri, apa lagi diriku telah di reset untuk siap berikan yang terbaik untuk pekerjaan. Bukan pasangan, bagaimana dong!" ucap Khafi yang sangat jujur.
"Hah?! Itu memang sangat sulit, bagaimana aku bisa membantumu untuk keluar dari penjara terhebat ini Khafi, apa lagi pemikiran kamu ini memang agak lain dan sangat berbeda dari manusia normal lainnya, mana bisa aku mencari wanita pasanganmu. Jika kalau kamu saja tidak tahu selera yang kamu sukai, dan tidak punya patokannya gimana tipe idaman kamu. Begini saja Khafi aku kasih tahu yang namanya ciri khusus itu harus secara spesifik entah dia imut kek, dia punya mata yang indah kek. Bukan yang bisa dapat membuat jantungmu berdebar kencang. Itu namanya kamu menyiksa diri tahu gak!" Dimas agak sewot dengan permintaan Khafi.
"Ha-ha-ha... Emang nggak bisa gitu kah?Iya habis gimana lagi, kalau aku bilang cantik itu mayoritas, kalau aku bilang wanita baik itu juga terdapat pada semua wanita jadi bingung, aku mau bilang khusus tipeku seperti apa aku juga nggak tahu sendiri."
"Iya juga sih. Yaudah gini aja kita pikirkan bareng-bareng sekarang. Jika kamu menemukan apa yang kamu sukai. Langsung kamu katakan, bagaimana kalau kita sisihkan dulu kerjaan ini," ucap Dimas yang menyingkirkan semua berkas-berkas yang ada di mejanya Khafi.
"Terkadang permintaan mamah ini buat aku mati muda dengan cepat, karena pasti tidak hanya ini saja nantinya," ucap Khafi yang mengingat bahwa mamahnya agak rewel dengan hal itu.
"Lah emang ada yang lain lagi selain minta calon mantu?" tanya Dimas yang juga syok.
"Pastinya. Kalau misalnya sudah ada calon istri yang akan aku dicecer kapan kamu kenalkan sama mamah, pastinya mamah akan punya permintaan yang lainnya lagi. Seperti kapan kamu menikah, lalu berikutnya adalah minta cucu, tambah pusing palaku. Masih mending aku ngerjain tugas negara deh! Dari pada permintaan mamah yang segunung itu," ucap Khafi risih.
"Hahahaha... Aduh perutku sampai sakit gara-gara mendengar leluconmu ini Khafi. So, kamu fine?" Dimas yang tertawa lepas mendengar penjelasan dari Khafi.
"Sudah tahu jawabnya kan, sudah sana kamu kembali kerja, jangan memperparah otakku tahu gak!" ucap Khafi yang agak kesal.
"Okey-okey sorry. Gini aja, gimana kalau aku kenalkan sama beberapa temen istriku, mau gak?" ucap Dimas yang punya saran yang lebih baik.
"Liat dulu deh!" jawab Khafi yang agak ragu dengan permintaan sang teman.
"Deal?" Dimas menyodorkan tangannya untuk minta kepastian.
"Kan tadi aku bilang mau liat dulu, kok minta deal sih?!" Khafi yang tidak mau buru-buru ambil keputusan karena kepepet.
"Iya sah-sahan saja dulu, kan ini mah terserah kamu Fi jika nanti ada yang cocok sama kamu ya Alhamdulillah, tapi sebaiknya kamu coba dulu kenalan sama salah satunya kan," ucap Dimas menyakinkan Khafi.
"Iya deh!" jawab pasrah yang tidak percaya diri dengan perannya.
Malam harinya pukul 20.00 bagian barat, berada di kediaman rumah Dimas yang sekarang sudah pakai piyama tidurnya setelah kembali dari kamar putranya yang baru saja ia tidurkan.
"Anakmu sudah tidur?" tanya Kiki sang istri.
"Sudah buktinya aku kembali ke kamar kan, kok kamu belum tidur?" tanya Dimas.
"Belum kan nungguin kamu." Jawab Kiki yang langsung saja nemplok kayak karet di badan Dimas.
"Sayang, ada apa? Apa yang kamu pikirkan. Apakah semua baik-baik saja." Melihat sang suami dengan tatapan kosong membuat Kiki khawatir.
"Aku lagi kepikiran sama wanita yang di sukai Khafi, kira-kira tipe yang bagaimana yah lebih cocok sama Khafi?" ucap Dimas yang curhat sama sang istri.
"Hah?! Maksudnya gimana?" Kiki kebingungan karena nggak biasanya Dimas sampai kepikiran masalah pribadi boss ya itu.
"Khafi katanya di tuntut sama Tante Airin untuk segera menikah tahun ini. Dia si suruh nyari calon istri, tapi tipenya Khafi agak rumit." Penjelasan Dimas yang membuat sang istri bangkit dari pelukannya.
"Agak rumit gimana sayangku," ucap Kiki yang menatap kearah suaminya.
"Gini sayang, kira-kira ada gak ya temen kamu yang masih single dan masih gress. Alias masih perawan ting-ting yang belum menikah?" tanya Dimas yang ingin mencarikan calon yang pas untuk Khafi.
"Ada tiga orang bestie aku yang masih gress dan belum menikah. Ada Devny, Sarah dan Dita." Jawab Kiki yang mengingat beberapa temen yang masih sering ia hubungi.
"Seriusan? Boleh dong di kenalkan sama Khafi," ucap Dimas dengan wajah yang sumringah saking senengnya.
"Yang jadi pertanyaan aku, apakah Khafi mau Sayangku. Seleranya kan tinggi banget, temen-temen aku pasti maunya sama Khafi secara fisik aja dia pria yang sempurna."
"Itu dia, tapi apa salahnya kita coba dulu kan. Kalau suka atau tidaknya itu terserah Khafi iya ngga, toh yang jalani semuanya adalah dia."
"Iya juga sih. Yaudah besok saya hubungi mereka yah!" ucap Kiki yang sudah tenggelam dalam pelukan suaminya lagi.
...****************...
Keesokan paginya Kiki yang sudah duduk di sofa ruang tengah setelah suaminya pergi berkerja, ia langsung menghubungi grup chat yang ada di ponselnya. Scrol nama dan kontak yang ada di sana, sambil lihat foto profil dari setiap kontak yang ada disana.
KIKI : Hallo BESTIE... Apa kabarmu?
SARAH : Hallo juga bumil, Kabarku baik. Gimana kabarmu disana?
KIKI : Baik juga. Sarah, apakah kamu sibuk hari ini? Kalau tidak sibuk yuk me time?
SARAH : Aduh maaf banget bumil. Aku sibuk banget lagi persiapan mau nikah. Jadi aku lagi di kurung sama orang tuaku nih gak boleh kemana-mana.
KIKI : Eh udah mau nikah aja. Kok undangannya belum nyampe ke aku sih beb.
SARAH : Hahah... Sabar ya nanti juga nyampe kok H-3 ya kamu harus dateng yah.
KIKI : Beres deh!
Pesan singkat ini terhenti disini, Kiki terdiam sambil bengong memikirkan Sarah mau nikah jadi tinggal dua pilihan yaitu Devny dan Dita. Lalu ia hubungi Devny temennya yang lainnya, seperti biasa basa-basi tanya kabar dan lainnya.
KIKI : Hallo Dev...
DEVNY : Hallo juga Ki, ada apa nih kamu chat pribadi di nomer ini. Biasanya di grup?
KIKI : Hehe iya kangen aja.
DEVNY : Pasti ada maunya nih katakan ada apa? Aku gak bisa lama nih mau shift masuk kerja lagi.
KIKI : Eh kamu lagi kerjanya. Aku ganggu kamu dong?
DEVNY : Lagi jam istirahat sih, jadi ada apa?
KIKI : Kerja dimana Dev?
DEVNY : Gue di Jepang nih Ki...
KIKI : Eh jauhnya. Jadi gak bisa me time nih sama aku. Niat hati mau ngajak hayuk nongkrong bareng lagi.
DEVNY : Aduh maaf ya Ki. Nanti deh 5 Tahun lagi me time yah.
KIKI : Kelamaan Beb.
DEVNY : Ha-ha-ha iya kan aku baru aja tanda tangan kontrak say.
Kiki hanya bisa narik nafas dalam-dalam karena semua temen-temen yah punya kehidupan masing-masing. Sekedar informasi saja untuk mengetahui kabar, ia memikirkan siapa lagi yang masih single dan akan bisa cocok sama Khafi yang notabene seorang Presdir dari perusahaan yang cukup mapan.
Pesan itu juga terhenti di sini, Kiki tidak melanjutkan percakapan lagi karena sudah tahu kondisi dari masing-masing bestienya, satu mau married yang satu jadi TKW jadi satu-satunya harapan dia adalah menghubungi Dita.
Jam makan siang Kiki mendatangi kantor tempat kerja suaminya, iya akan masuk lift tapi saat pintu lift terbuka melihat suaminya yang juga ada di dalam sana. Kiki tersenyum lebar, sekilas melihat Khafi yang juga di samping sang suami.
"Di jemput tuh!" ucap Khafi yang melihat Kiki, Dimas yang masih mengecek jadwal Khafi di Ipad-nya.
"Eh, maksudnya apa?" Dimas agak bingung sama apa yang dikatakan oleh Khafi.
Lalu Khafi memberitahu Dimas jika ada seseorang yang berdiri tepat di hadapannya. Dimas lalu melihat ke arah pandang Khafi.
"Lah kok kamu datang ke kantor?" ucap Dimas yang melihat Kiki agak kaget karena jarang-jarang Kiki mau bertandang ke kantor tempat kerjanya jika tidak butuh-butuh banget.
"Iya sengaja karena anak-anak katanya mau makan bareng sama papihnya. Aku nyidam loh," ucap Kiki yang mengusap-usap perutnya sambil memperlihatkan buncitnya.
"Udah sana ladenin dulu binimu, aku ke kafe duluan." Khafi yang jalan mendahului Dimas.
Berlalu pergi meninggalkan pasangan itu, Khafi yang berjalan yang agak cepat meninggalkan pasangan suami istri itu bermesraan, sampai di sebuah kafe yang biasa dia istirahat terlihat begitu sangat ramai, ada banyak karyawan juga yang menyapanya dengan sopan. Khafi juga menjawab tidak kalah sopannya, karena tempat itu juga disediakan untuk para pecinta kopi. Khafi sangat menghargai semua karyawan yang ada di perusahaannya tersebut, bahkan bisnis kecil-kecilan dari orang-orang yang mau menjalin kerja sama juga tidak ia tolak jika itu baik.
"Permisi? Apakah kursi ini kosong?" tanya Khafi yang membawa nampan berisi sepiring nasi lengko dengan air putih di sampingnya.
Beberapa karyawan yang duduk di sana langsung menoleh ke sumber suara, kaget bukan main karena melihat direktur malah mendekati mereka.
"I-i-iya pak ko-ko-kosong," ucap salah satunya sampai tergagap-gagap.
"Santai saja, lagian saya hanya numpang makan kok!" ucap Khafi yang meletakan nampan nasinya.
Kursi malah di tarikkan oleh karyawan yang duduk di sebelahnya. "Iya pak silakan duduk," ucap salah satunya kembali.
Ada kursi kosong dengan 3 orang yang duduk di sana dari staf, para staf itu kaget karena direktur malah ikut duduk dengan mereka.
Dimas langsung mendudukkan istri di sofa tunggu diruang kerjanya dengan sangat hati-hati sekali.
"Kamu ada apa ke sini. Khafi jadi sendirian tuh perginya," ucap Dimas yang khawatir sama Khafi.
"Khafikan sudah besar sayang, biarin aja sih. Toh dia pasti lagi butuh waktu untuk sendiri kan!" jawab Kiki memikirkan hal yang di dalam logikanya.
"Iya juga sih, tapi dia lagi butuh temen curhat tahu." Penjelasan Dimas.
"Aku mau infokan sesuatu soal temen-temenku,"
Di suatu taman santai, Dimas dan Kiki duduk berhadapan di sana, ia sama-sama sedang menyeruput secangkir jus yang dibuat Dimas.
"Jadi gimana temen-temen kamu sudah dihubungi belum semuanya?" tanya Dimas.
"Nah itu dia, temen-temen ku sudah semua ku hubungi. Hanya saja ada kabar buruk dan kabar baik kamu mau dengar yang mana dulu."
Dimas malah menarik nafasnya dalam-dalam. "Kenapa kamu malah main tebak-tebakan sih," ucap Dimas.
"Iya karena 2 temenku kayak gak bisa akan lanjut ku kenalkan sama Khafi."
"Lah kenapa?" Dimas yang bingung dan sangat penasaran dengan alasannya.
"Sarah katanya mau nikah. Devny lagi di jepang jadi TKW." penjelasan singkat Kiki.
"Terus temenmu yang lainnya gimana? Apakah ada jawaban dari mereka."
"Ada satu lagi yang belum dibalas, namanya Dita," ucap Kiki kepada suaminya.
"Cepat kamu hubungi lagi sayang. Terus tanya apakah dia mau ketemuan?"
"Nah itu dia, sudah aku tanyakan padanya. Karena masih ceklis satu sayangku. Belum dijawab-jawab lagi sama dianya," ucap penjelasan Kiki yang memperlihatkan layar pesan chat yang hanya terterah chat antara Kiki yang kirim pesan pada Dita.
"Yaudah tunggu saja mungkin dia sedang sibuk." pemikiran positif Dimas.
"Iya juga sih." Kiki yang hanya bisa menunggu chatnya di balas oleh Dita.
Setelah makan siang berdua dengan suami, Kiki memutuskan untuk pulang lebih dulu karena mau ke pasar sekalian mau ke tokoh sembako untuk beli bahan untuk makan malam yang diminta oleh putranya.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments
SONIYA SIANIPAR
emang iya, kalau orang kerja mulu pasti nggan kepikiran untuk mikirin pacaran
2025-07-23
1
SONIYA SIANIPAR
keren
2025-07-23
0