Qi Feng membaca catatan yang sudah diringkas mengenai lokasi hewan spiritual di masa lalu. Meskipun belum tentu ia berhasil, setidaknya dia mendekati habitat mereka. Langkah kakinya terus maju tanpa ragu.
Berbekal senjata tajam baginya itu cukup membantu dalam melindungi diri dari binatang liar. Sejauh ini masih tak menemukan tanda-tanda keberadaan hewan spiritual yang ia cari.
"Apakah hewan spiritual sudah punah? Lelah sekali harus berkeliling terus," keluh Qi Feng.
Orang yang disuruh Qi Shi terus mengikuti Qi Feng di belakang. Saat ia melihat Qi Feng beristirahat di bawah pohon rindang, ia segera melancarkan aksinya. Dia meniup sebatang bambu berisi jarum beracun.
Jarum keluar dari bambu dan menuju ke Qi Feng. Meskipun Qi Feng tidak memiliki akar spiritual, tapi kemampuan bela diri dasarnya tak boleh diragukan. Dia dengan cepat menghindari serangan lawan.
"Gawat nih, ada yang menargetkan aku," kata Qi Feng bergegas mengambil langkah seribu.
Orang suruhan Qi Shi mengejar Qi Feng sambil melancarkan serangan. Dia termasuk kultivator dengan akar spiritual angin. Dia menerbangkan daun-daun bambu dari pohon untuk menyerang Qi Feng.
Qi Feng bersusah payah menghindari serangan daun bambu. Jika ditambah dengan kekuatan angin milik orang itu, daun ini bisa menjadi senjata pemotong daging. Meskipun sudah berusaha keras, Qi Feng tetap menerima beberapa serangan.
Luka di bagian pipi wajahnya, lengan atas dan kaki bagian bawahnya. Darah mengalir dari luka itu. Perih. Masih ditambah dia harus terus berlari berharap bisa lepas dari genggamannya.
Saat Qi Feng merasa orang tadi tak lagi mengikutinya, dia berhenti sejenak menatap ke belakang untuk mengamati.
"Mana orangnya?" kata Qi Feng.
Tiba-tiba dari atas terdengar suara gemerisik dedaunan. Oh, sial dia bisa terbang kalau mengendalikan angin di sekitarnya. Qi Feng yang menyadari itu segera berlari lagi.
Andai yang mengejar dia orang yang suka pertempuran jarak dekat. Masih akan ada kemungkinan dia menang. Tapi ini orang punya akar spiritual angin, mana dah dilatih pula. Kalau dia tanding itu sama aja dengan cari mati.
Pengejaran terhenti saat Qi Feng tiba di tepi jurang tak berdasar. Dia hendak mengambil arah lain, tapi sudah dicegat.
"Bagaimana ini? Di belakang jurang tanpa keliatan dasarnya, sedangkan di depanku orang yang siap mengambil nyawaku."
"Hey menyerah saja! Kamu tak akan bisa melarikan diri lagi. Tak mungkin kamu sebodoh itu kan sampai harus lompat dari... "
Belum selesai orang tadi mengoceh, Qi Feng berbalik dan langsung melompat ke bawah tanpa ragu.
"Hey apa yang kau lakukan?" teriak orang itu dengan panik.
Dia segera turun dan mengamati ke bawah jurang. Ujungnya tak terlihat tertutup oleh kabut.
"Paling udah mati nih orang. Sekalipun cuma luka kalo keluar darah terus juga bisa. Lagian ga ada orang yang bakal nolong dia."
Setelah itu, dia kembali ke mansion untuk melaporkan pada Qi Shi.
...****************...
"Lapor Tuan misi berhasil. Target jatuh ke jurang yang tak terlihat ujungnya," kata bawahan.
"Xi Fan, oh Xi Fan, kau benar-benar bodoh!" maki Qi Shi sambil menendangnya hingga jatuh.
Xi Fan segera mengambil posisi berlutut lagi.
"Apa kau bodoh, Xi Fan?" teriak Qi Shi marah.
"Hamba mohon ampun, Tuan. Jika saya salah."
"Ya kamu memang salah. Cari jasadnya jika Qi Feng benar-benar mati di bawah jurang itu kalau ingin pengampunan dariku!"
"Baik, Tuan," kata Xi Fan.
"Pergilah!" perintah Qi Shi lebih tenang dari sebelumnya.
Xi Fan segera pergi dari tempat Qi Shi. Untunglah dia selamat tanpa mengalami patah tangan atau kaki.
...****************...
Qi Feng yang jatuh ke jurang tak sadarkan diri. Dia membuka matanya saat hari sudah gelap. Patut disyukuri bahwa di bawah sini tak terlalu gelap dengan adanya banyak kunang-kunang. Dia segera duduk dan memeriksa tubuhnya.
"Aneh sekali tak ada luka?" kata Qi Feng sedikit bingung.
Dia melihat sekeliling, tak ada siapapun di sini. Perut Qi Feng terasa lapar. Dia berdiri untuk mencari barangnya yang ikut jatuh bersamanya. Sayang sekali dia hanya menemukan pedang pemberian ayahnya.
"Sial, ga ketemu. Besok aja lah pas udah terang. Ini juga dah malem," kata Qi Feng sambil berjalan.
Qi Feng menemukan sebuah danau, dia segera ke sana. Air danau itu sangat jernih, dia mengambilnya dengan kedua tangan. Air yang berhasil ditampung segera diminum. Segar sekali rasanya, dia mengulanginya beberapa kali sampai puas.
Saat dia berdiri, matanya tak sengaja menangkap seekor ikan di dasar danau. Dengan penuh semangat dia menggunakan pedangnya untuk menombaknya dan tertangkap. Dia menarik pedangnya, di bagian ujung tampak si ikan masih menggelepar sebelum akhirnya berhenti bergerak.
"Bahan makan malam sudah ada, tinggal cari ranting dan buat api," kata Qi Feng senang.
Qi Feng mengumpulkan ranting-ranting kering dan menatanya. Dia menggunakan batu api yang didapatkan selagi mengumpulkan ranting tadi untuk menyalakan api. Batu api digesek terus sampai percikan api keluar mengenai ranting kering, api pun menyala.
Ikan yang sudah dibersihkan dan ditusuk dengan cabang ranting siap untuk dibakar. Aroma ikan bakar itu mengudara, masuk ke lubang hidung Qi Feng.
"Wah ikannya wangi sekali. Mungkin karena baru ditangkap," kata Qi Feng.
Setelah matang ia menikmati makanan itu sampai habis. Dia bersendawa setelah makan.
"Ah, kenyang sekali," kata Qi Feng sambil mengelus perutnya.
Qi Feng menikmati pemandangan malam yang indah di sini. Ketenangan di tempat ini membuat senyumnya muncul.
"Indah sekali," katanya takjub.
Qi Feng berdiri ingin mencari tempat untuk bermalam. Dia berjalan menyusuri sekitar dan menemukan sebuah gua. Dia masuk ke dalamnya. Batuan di dalam gua menjadi penerangan di sana.
"Beruntung sekali aku di sini bisa menemukan tempat ini," kata Qi Feng sambil mencari tempat dengan tanah rata untuk berbaring.
Qi Feng segera mengambil kain di dalam saku bajunya. Kain itu tidak terlalu besar, tapi cukup untuknya tidur. Dia memposisikan diri di atasnya dan kemudian tertidur.
Seekor makhluk hidup yang menyerupai kuda dengan bekas patahan tanduk di kepalanya datang sambil menggigit kain pembungkus berisi barang. Dia melihat tempat tinggalnya ada pria asing. Dia meletakkan bawaannya di samping si pria. Makhluk itu menatap dengan bingung.
"Apa yang dilakukannya di tempatku?"
"Di mana aku harus tidur sekarang?"
Makhluk itu memutuskan tidur di sebelah pria itu. Dia menekuk kakinya hingga badannya turun menyentuh tanah. Kepalanya masih tegak mengamati pria itu. Dia mulai berpikir dengan kepolosannya.
"Makhluk apa dia? Apa yang dikenakannya? Mengapa dia bisa sampai sini?"
Hoam, makhluk itu menguap. Dia membaringkan kepalanya menyamping. Kelopak matanya perlahan turun. Dia terpejam di samping pria asing itu. Dia tak takut karena sejak awal dia justru merasa aman di dekatnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments