Orang Penting

Ayah mengelus kepala Qi Feng yang membuat pemuda itu luluh.

"Apa yang Ayah lakukan?" katanya sambil membuang muka.

"Bagaimana?"

"Baiklah aku akan menerima bantuan dari Ayah," kata Qi Feng.

Ayahnya menarik tangannya kembali. Tak lama kemudian para pelayan datang menyajikan makanan di meja.

"Apa yang Ayah lakukan?"

"Kita makan bersama," kata ayahnya sambil tersenyum.

"Sudah cukup. Mari makan dulu!" kata ayah mengambil buku Qi Feng dan menyimpannya di rak.

"Baiklah," kata Qi Feng menurut.

Mereka berdua makan bersama. Kehangatan keluarga yang selalu dirindukan Qi Feng. Berharap ini akan terus begini selamanya. Tapi sayang sudah ada beberapa orang luar yang masuk membuat kebersamaan mereka jadi terbatas.

Sebenarnya setelah selesai makan Qi Chao masih ingin bersama putranya, tapi seorang pelayan tiba-tiba masuk dengan tergesa-gesa.

"Tuan, Nyonya tidak enak badan," kata pelayan.

Qi Chao melihat putranya. Qi Feng sepertinya tak peduli lagi.

"Baiklah aku akan ke sana," kata Qi Chao sambil beranjak berdiri.

Dia melangkah keluar dari tempat Qi Feng dan berhenti sesaat untuk memberikan kata-kata.

"Carilah aku jika butuh bantuan!" kata Qi Chao sambil berlalu.

Qi Feng yang tadinya masih menunduk membaca buku yang diambilnya kembali, sedikit mendongak melihat sosok ayahnya pergi dengan rasa tak rela.

"Sepertinya dia lebih penting daripada aku," kata Qi Feng lirih.

...****************...

Qi Feng membaca buku itu sampai sore. Hal yang di dapatkan memang lebih banyak dari buku pertama. Di dalam buku kedua ini membahas mengenai berbagai jenis hewan spiritual beserta kemampuannya dan lokasinya. Sungguh beruntung melengkapi buku pertama yang lebih ke arah pengendali hewan.

Sebelum memutus akan pergi, Qi Feng sudah menyortir hewan spiritual yang lokasinya tak jauh dari tempatnya berada. Terlalu asyik dengan kegiatannya sendiri membuat perutnya keroncongan. Dia lupa makan siang dan sekarang hampir malam.

"Lebih baik aku mandi dan makan malam," kata Qi Feng sambil membereskan catatan.

"Pelayan!" panggil Qi Feng.

Pelayan yang di dekatnya segera datang, seorang pria yang berumur 30an. Dengan serbet di pundaknya dan pakaian pelayan yang lusuh. Qi Feng memandanginya.

"Apa kau baru di sini?" tanya Qi Feng.

"Benar Tuan," jawabnya sopan.

Awalnya dia curiga ini mata-mata ibu tirinya, tapi melihat sosok pria ini yang begitu kasihan sepertinya bukan darinya.

"Hanya kau sendiri?" tanya Qi Feng lagi.

Pelayan itu hanya mengangguk. Qi Feng tak lagi memedulikan itu mata-mata ibu tirinya atau bukan.

"Baiklah.Siapkan air aku ingin mandi!"

"Baik Tuan."

Beberapa saat kemudian pelayan itu kembali dan mengatakan semuanya siap. Qi Feng melangkah mengikuti pelayan itu ke tempat mandi. Qi Feng masuk sendiri dan meminta pelayan itu menunggu di luar pintu.

Di dalam kamar mandi dengan bak besar berisi air bersih, Qi Feng menanggalkan pakaiannya. Tubuh tinggi dengan daging yang tipis yang tak layak untuk dipandang. Semua itu karena penindasan tiga orang itu.

Qi Feng masuk ke bak, dia mulai menggosok tubuhnya sendiri. Di umurnya yang hampir 17 tahun, tapi tak seperti teman seumuran. Sejak lima tahun lalu di tempat untuk mengetes jenis akar spiritualnya, dia bukan lagi generasi yang diharapkan.

Ayahnya tak peduli dengan semua itu, tapi sering kali mendapatkan cemoohan. Qi Feng ingin merubahnya. Jadi selama ini ia selalu membaca buku demi buku demi secerah harapan. Meskipun dia seorang anak dari keluarga kaya, tapi tanpa kekuatan yang cukup akan sama seperti sampah.

Qi Feng yang mandi sambil melamunkan dirinya di masa lalu tak sengaja tertidur. Dalam mimpi indahnya dia menjadi sosok yang kuat dan dikagumi banyak orang. Seorang gadis cantik yang tak begitu jelas mendekatinya. Telinga Qi Feng menangkap ucapannya yang lembut.

"Kau kembali?" kata gadis itu lembut.

"Tuan Muda! Tuan Muda kenapa belum keluar? Tuan Muda!" seruan pelayan di depan pintu membangunkan Qi Feng dari mimpinya.

"Aku baik-baik saja hanya tertidur sebentar," kata Qi Feng sambil bergegas memakai baju bersih dan keluar.

Krek...

Pintu terbuka, pelayan itu menyampaikan pesan bahwa dia dipanggil ayahnya ke halaman belakang. Qi Feng yang mendengar itu mengerutkan dahinya.

"Untuk apa Ayah mengajakku ke sana? Apa ini jebakan dari ibu tiri? Tapi ada Ayah dia tak akan berani bergerak," pikir Qi Feng.

"Baiklah aku akan ke sana nanti," jawab Qi Feng sambil berjalan ke arah kamarnya.

Di dalam kamarnya, Qi Feng mengambil sebuah belati untuk berjaga-jaga sebelum menemui orang di halaman belakang.

...****************...

Halaman belakang yang menjadi tempat bertemunya ayah dan anak. Meja batu beserta kursinya sudah siap. Menu makanan lengkap dan lezat tentunya menunggu penikmatnya datang. Pemuda yang ditunggu oleh Qi Chao akhirnya datang.

"Ternyata memang Ayah," batin Qi Feng lega ini bukan jebakan ibu tirinya.

"Qi Feng cepat kemari!" panggil ayahnya.

Qi Feng melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti tadi. Dia duduk di depan ayahnya dan menatap penuh tanya.

"Ini sudah larut, Ayah makan sebanyak ini?" tanya Qi Feng.

"Hahaha... tentu saja tidak. Ini untukmu," kata ayah.

"Untukku?"

"Iya, makanlah!"

Qi Feng memakan makanan itu karena memang lapar. Dia belum makan sudah dipanggil ke halaman. Ayahnya menatap Qi Feng menyantap makanan dengan lahap senang dan tersenyum.

"Ayah tidak ingin ikut makan?"

Ayah hanya menggeleng dan berkata, "Tidak, semuanya untukmu."

Selesai makan, pelayan membereskan piring-piring di meja. Qi Feng menatap ayahnya.

"Ayah untuk apa mengajakku ke sini? Tak mungkin hanya makan saja kan."

"Iya memang ini hari spesial," kata ayahnya.

"Tunggu sebentar lagi saja sambil mengobrol santai!" ajak ayah.

"Oke," kata Qi Feng.

"Bagaimana tentang hewan spiritual yang kau cari?"

"Sudah ada beberapa yang diketahui lokasinya. Aku akan pergi ke sana untuk memeriksa."

"Kapan berangkatnya?"

"Besok atau lusa," jawab Qi Feng.

"Dengan siapa?"

"Cukup aku sendiri," jawab Qi Feng datar.

Qi Chao menghela napas berat mendengar putranya akan pergi ke luar. Apalagi dia seorang diri. Hal yang tak pernah diketahui oleh ayahnya selalu tersembunyi. Terkadang Qi Feng menyelinap pergi ke hutan untuk berburu sekedar mengisi perut. Jadi bisa dibilang Qi Feng mampu hidup di luar.

"Apa Ayah mengkhawatirkanku?" tanya Qi Feng hati-hati.

"Tentu saja. Bagaimana bisa orang tua membiarkan anaknya berjalan sendiri di tempat asing? Bagaimana jika ada orang jahat?"

"Tenang saja Ayah, aku bisa menjaga diriku sendiri. Aku sudah belajar bela diri dengan tangan kosong," kata Qi Feng menyombongkan diri.

"Bagaimana jika mereka melatih akar spiritualnya? Bukankah kamu akan dalam bahaya?"

"Memang benar kata Ayah aku tak bisa melawannya, tapi bisa kabur dari mereka."

"Terserah padamu, aku akan memberimu uang. Kau juga bisa menyewa penjaga jika mau."

"Terima kasih Ayah," kata Qi Feng sambil tersenyum.

"Ternyata aku masih penting. Buktinya aku masih bisa membuatnya khawatir," kata Qi Feng dalam hati merasa senang.

Duar! Duar! Duar!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!