Bab 4

Dua hari setelah operasi ibunya, Alya menyempatkan diri untuk pulang ke rumah sebentar untuk mandi dan mengambil pakaian bersih. Ternyata di sana Reza sedang menunggunya di ruang tamu. Mereka belum bicara banyak sejak transfer uang itu terjadi. 

“Mas sepertinya kita harus bicara,” ucap Alya tegas, berdiri di depan Reza dengan tatapan lurus.

Reza mengangguk pelan. “Aku tahu banyak hal yng harus kita bicarakan…” balasnya. 

“Aku memang telah menyetujui untuk tidak menceraikan kamu dan mau menerima kehadiran gu*dik itu, tapi dengan satu syarat Mas aku tidak mau tinggal satu atap dengannya!” Tegas Alya. 

Reza menarik napas panjang, menunduk sesaat. “Tentu saja tidak akan pernah Alya, Mas tahu kamu nggak akan bisa dan Mas pun nggak mau bikin rumah ini seperti di neraka. Dengar Alya, Mas hanya nggak bisa ninggalin kamu. Kamu itu istri yang baik dan sumber keberuntungan bagiku. Mas gak bisa pisah dari kamu, tapi Masih juga gak bisa ninggalin Nadia dia sedang mengandung anakku,” ucapnya. 

Alya tertawa hambar. “kamu memang egois Mas, Aku batalkan gugatan itu karena Ibu,” lanjut Alya, suaranya mulai bergetar. “Bukan karena aku rela berbagi suami. Jangan pernah pikir aku terima semua ini karena cinta. Ini  adalah sebuah paksaan.”

Reza menunduk. Ada rasa bersalah, tapi juga ada ego yang terus menahannya untuk tidak  melepaskan salah satu dari mereka.

“Kalau kamu mau dua istri, sebaiknya kamu bersikap adil. Aku mungkin butuh waktu, tapi aku nggak akan diam. Ini belum selesai, Mas. Lihat saja siapa yang akan menyerah terlebih dahulu.”

Alya lalu melangkah pergi, meninggalkan Reza yang masih terduduk di ruang tamu. Di hatinya, perlawanan mulai tumbuh bukan untuk merebut hati Reza kembali, tapi untuk mengembalikan harga dirinya. 

Malam itu, setelah mengurus ibunya di rumah sakit dan memastikan kondisinya stabil, Alya kembali ke mobilnya dan duduk sendirian di sana. Ia banyak berpikir, keadaan rumah tangganya yang sedang tidak baik sangat menguras keadaan fisik dan mentalnya. Alya lelah tapi tidak ada seseorang pun yang hadir untuknya. Ia menatap dirinya di kaca spion, matanya sembab, tetapi dalam tatapan itu mulai ada api kecil yang menyala.

Ponselnya bergetar. Rupanya ada notif Pesan dari sahabatnya, Amel.  “Kapan lo ada waktu Al? gue pengen ketemu. Gue khawatir sama lo Al. Jangan ngerasa sendiri oke kalo lo butuh apa-apa kabarin gue. gue selalu ada buat lo.” 

Alya sedikit tersenyum membaca pesan itu. “Dia emang selalu ada di saat yang tepat,” gumam Alya. 

Kemudian Alya membalas dengan cepat pesan dari Amel itu. “Sekarang bisa?” 

“Gass, di tempat biasa yah,” balas Amel cepat. 

Malam itu juga, di sebuah kafe yang tampak tidak terlalu ramai Alya duduk berdua dengan Amel. Alya menceritakan segalanya kepada sahabatnya itu.

“Eew.. Dasar laki-laki brengsek!!” Umpat Amel kesal. 

“Gue gak mau di madu, Mel. Tapi gue juga gak bisa gugat cerai Reza sekarang, Reza pasti pake alasan gue ingkar janji. Apalagi setelah dia bantu biaya operasi Ibu,” lirih Alya. 

“Terus rencana lo gimana?” tanya Amel serius. 

“Aku akan kumpulkan bukti kalau Reza dan Nadia memang sudah lama menjalin hubungan. Aku mau Reza mengakui sendiri kalau dia yang salah, biar aku bisa keluar tanpa dicap perempuan tak tahu terima kasih.”

Amel mengangguk pelan, lalu berkata, “lo butuh pengacara yang paham. Dan butuh bukti kuat, Al.”

“Gue sudah tahu harus ke siapa, tapi gue butuh waktu. gue harus berpura-pura menerima semua ini dulu sampai saatnya tiba,” ujar Alya. 

“Gue setuju setelah lo cerai dari laki-laki itu lo bisa balik lagi ke perusahaan. gue yakin pak Dirga bakal nerima lo dengan senang hati secara lo manager mareketing kesayang dia sampe sekarang belum ada loh yang ngalahin rekor lo sebagai manajer marketing terbaik dengan sales tertinggi,” puji Amel

“Bisa aja lo, Mel tapi Makasih yah Mel, selalu ada buat gue. “

Setelah selesai dengan pertemuannya dengan Amel, Alya lalu bergegas pulang ia memacu kendaraannya dengan cepat karena Ia takut jika Reza ada di rumah malam ini. Alya tahu jika Reza tidak suka jika ia terlalu lama di luar rumah. 

Tapi mungkin saja malam ini Reza tidak berada di rumah mungkin malam ini ia sedang berada di rumah gu*dik itu pikir Alya. Ia lalu menurunkan kecepatan mobilnya karena yakin Reza tidak ada di rumahnya malam ini. 

Namun apa yang terjadi setelah sampai di rumahnya. Ada hal membuat Alya geram ia berdiri membeku di depan pintu rumahnya, matanya menatap seorang perempuan yang sedang asik melihat-lihat dekorasi rumahnya. ia seperti melihat hantu karena membuat dirinya merinding seluruh tubuh ketika melihat perempuan itu. Tak lama, Reza muncul dari arah dapur dengan membawa sepiring makanan. 

“Kamu baru pulang Al?” Tanya Reza dengan wajah datar. Lalu ia meletakkan piring itu di atas meja ruang tamu. 

“Ada apa ini?” tanya Alya tegas dengan tatapan mata yang tajam.

“Oh iya ini Al, Mas ingin memperkenalkan Nadia kepada kamu Al, sekalian pengen ngobrol bertiga,” jawab Reza santai. 

“Udah nggak sehat yah kamu Mas, bisa-bisanya kamu mengizinkan gu*dik itu menginjakan kakinya rumahku!” Teriak Alya sambil menatap Reza tajam.

Reza dan Nadia begitu terkejut mendengar teriakan Alya, tapi Nadia mencoba tetap tenang ia berusaha  tersenyum walaupun hatinya kesal karena hinaan Alya. “Aku ke sini baik-baik, Mbak Alya. Aku cuma pengen kita bisa saling mengenal dan saling mengerti.”

“Saling mengerti!!” Alya lalu melangkah mendekat ke arah Nadia “kau tidur dengan suamiku, lalu minta aku nerima, bahkan sekarang kau berani masuk ke rumah ku dan duduk di sofaku lalu dengan mudahnya kau bilang mau ‘saling ngerti’?” teriak Alya penuh emosi. 

Reza mencoba menengahi. “Al tolong jangan keras kepala. Mas cuma pengen hidup tenang. Kamu istri aku. Nadia juga bagian dari hidup aku sekarang.”

Alya tertawa sinis. “Kamu sudah ingkar janji Mas, bukankah kamu sudah berjanji untuk tidak menaruh gunl*dik itu di rumah ku!”

Suasana langsung membeku. Reza kali membuat kesalahan besar tindakannya kali ini benar-benar membuat Alya murka. 

Alya kemudian mendekat ke wajah Nadia, hanya berjarak sejengkal. “Kamu pikir kamu kuat? Kamu pikir kamu menang karena sekarang dia lebih sering bersamamu? Percaya, aku belum mulai apa-apa. Lihat saja pasti kamu akan menyesal telah masuk ke dalam rumah tangga ku,” Lalu Alya menatap ke arah Reza tajam. 

“Dan kamu,” ucapnya pelan, “terima kasih sudah mempertemukan aku dengan sumber luka ini. Sekarang aku minta kamu bawa pergi gu*dik itu dari rumah ini sebelum aku panggil warga untuk mempermalukan kamu dan dan wanita itu!” Ancam Alya. 

“Oke! Aku pergi sekarang kamu sabar yah Al, biarkan hal ini cukup  menjadi rahasia kita saja,” Jawab Reza. 

“Terserah kamu Mas!” jawab Alya malas ia enggan. berdebat lebih jauh dengan orang yang tak punya rasa empat seperti Reza. Ia lalu mengambil tasnya, berjalan ke kamar, dan membanting pintu. Alya semakin yakin untuk berperang melawan dua manusia itu. 

Bersambung....

jangan lupa kasih like.....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!