Bab 3. Bara Api Pernikahan

Jasmine tersenyum tipis di balik cadar. Dia memang akan bersikap lembut terhadap siapapun. Namun, ia bukan tipekal wanita yang lemah untuk ditindas.

 Wanita berbalut gaun pengantin putih itu akan menentang keras siapapun yang berniat merendahkan harga dirinya. Meskipun itu adalah suaminya sendiri.

"Ternyata dia bukan wanita kaleng-kalengan! Aku harus bisa membuatnya bertekuk lutut padaku," gumam Keenandra sembari mengepalkan tinjunya.

"Aku tak akan membiarkan dia berbuat semena-mena denganku. Kita lihat saja aku atau kamu yang akan bertekuk lutut duluan!" batin Jasmine. Dia seolah-olah bisa menebak apa yang dipikirkan sang suami.

Jasmine tetap menyambut kedatangan tamu undangan dengan penuh suka cita. Senyum tulus senantiasa terukir di balik cadarnya. Berbeda sekali dengan Keenandra, dia seperti cacing kepanasan. Kalau bukan menjaga nama baik keluarga, pria berahang tegas itu sudah kabur dari pelaminan.

"Menyebalkan sekali!" ketus Keenandra di dalam hati.

Pria berwajah dingin tersebut mulai tak betah mengikuti serangkaian acara berlangsung. Dia sudah gerah menyambut tamu undangan yang datang silih berganti. Sumpah demi apapun Keenandra ingin cepat-cepat mengakhiri pesta pernikahan yang sama sekali tak diinginkannya.

"Sebentar lagi waktu sudah menunjukkan pukul dua belas siang. Setidaknya aku bisa istirahat sejenak dari keramaian," harap Keenandra dengan kesabaran setipis tisu dibagi sepuluh.

Benar saja, kumandang adzan Dzuhur pun menggema di seluruh pusat kota. Keenandra sedikit merasa lega karena acara pesta dan tabuhan rebana yâng dibawakan oleh Tim Nasyid Cahaya illahi pun berhenti sejenak. Dia merasa sedikit nyaman dengan itu semua.

"Akhirnya aku bisa bernafas lega. Telingaku hampir pecah mendengar tabuhan rebana dan nyanyian kuno tersebut. Sungguh sangat fanatik sekali!" omel Keenandra di dalam hati.

Keenandra yang terbiasa dengan dunia gemerlap sontak merasa berat sekali mendengar music realigi yang menganggu indera pendengarannya. Berbeda dengan Jasmine, gadis itu begitu sangat menyukai hal-hal yang berbau religi.

Pasangan pengantin itu pun diminta oleh penata rias untuk menggantikan pakaian pengantin mereka. Keenandra pun merasa senang, pikirnya ia bisa beristirahat sejenak di dalam kamar setelah hampir tiga jam duduk berdiri di pelaminan menyambut para tamu undangan yang datang silih berganti.

Kini, Jasmine dan Keenandra sudah memasuki kamar pengantin mereka. Pria berahang tegas itu pun mendaratkan bokongnya di sofa sembari melihat sang istri yang sedang dirias oleh tim MUA.

"Apa menariknya wajah di balik cadar itu? Bikin mood hancur saja." Keenandra pun sejenak memejamkan mata. Dia sama sekali tidak ingin melihat wajah di balik cadar Jasmine. Hatinya tetap mengatakan jika perempuan itu sangat buruk rupa.

"Mas, jika kamu ingin shalat Dzuhur dulu tidak apa-apa! Laki-laki kan tidak ada udzur-nya seperti perempuan. Aku insya Allah nanti akan menjamak shalatku di waktu Ashar," ungkap Jasmine setelah Tim MUA selesai menanandani dan menggantikan gaunnya dengan warna hitam.

Keenandra hanya tersenyum sinis sembari membuka kelopak matanya yang terpejam. Tim MUA pun segera keluar setelah selesai merias wajah dan gaun Jasmine. Mereka pun sudah selesai merias Keenandra dengan jas hitam senada dengan gaun pengantin Jasmine.

Aura dingin Keenandra membuat bulu kuduk orang yang melihatnya merasa merinding. Bahkan, Tim MUA tersebut dapat merasakan bagaimana arogannya sang pengantin pria.

"Aku lihat pengantin prianya benar-benar tidak cocok dengan nona Jasminee. Auranya itu dingin dan mematikan. Ini mah definisi pasangan yang saling bertolak belakang," bisik salah satu tim MUA pada rekan kerjanya.

"Husss, jangan keras-keras! Tugas kita adalah merias klien yang telah membooking wo kita. Jangan sampai desas-desus ini sampai kepada tuan rumah atau mempelai pria dan wanita. Kita bisa berabe," sahut salah satu tim MUA lagi.

"Kita disewa bukan untuk bergosip. Ayo ambil makan siang kalian! Setelahnya kalian boleh melakukan ibadah sholat Dzuhur di Mushola dekat hotel," bisik ketua tim MUA tersebut dengan mengkoordinir rekan kerjanya.

"Baik, Mbak." Dia orang tim MUA itu pun tunduk patuh atas titah majikannya. Tinggallah Keenandra dan Jasmine yang saling berseteru di dalam kamar.

"Jangan bilang jika kamu sama sekali tidak mengenal Tuhan-mu!" rudung Jasmine saat melihat Keenandra malah menyandarkan kepalanya di sofa.

Pria yang telah menjadi suami Jasmine tersebut seolah-olah tuli dengan ocehan sang istri. Dia malah memejamkan mata karena rasa lelah menyambut para tamu undangan.

"Jika aku memang tidak mengenal Tuhan-ku, lalu apa urusannya denganmu!" cecar Keenandra sembari membuka mata dan menatap tajam ke arah Jasmine.

"Tentu saja itu menjadi urusanku, karena kamu telah sah menjadi suamiku!" sahut Jasmine dengan balik menatap wajah Keenandra yang sedingin kutub Utara.

Wajah di balik cadar itu merasa tak tenang saat mendengar jawaban sang suami yang tak sesuai ekspektasinya. Jasmine merasa dia harus lebih ekstra menghadapi kelakuan Keenandra yang di luar nulur.

"Pernikahan kita hanya karena perjodohan! Aku sama sekali tidak tertarik untuk mendengarkan setiap ocehanmu. Bagiku agamaku dan bagimu agamamu. Jika kamu ingin menunaikan ibadah sholat silakan saja! Tetapi, jangan memaksaku untuk ikut bersujud denganmu!" sombong Keenandra dengan lisan pedasnya tanpa perasaan.

"Astaghfirullah, kamu benar-benar buta agama dan sama sekali tidak ingin melaksanakan kewajiban umat muslim!" cetus Jasmine yang mulai memberikan ultimatum pada sang suami.

"Aku tidak ingin membuang-buang waktuku hanya untuk beribadah menyungkurkan kepala di atas sajadah. Hari-hariku hanya kusibukkan untuk urusan bisnis. Jadi, jangan pernah untuk merubah hidupku! Bagiku time is money! Aku tidak sempat melakukan ibadah sholat seperti yang kau minta!" tandas Keenandra dengan bangkit dari duduknya.

Hati pria tampan itu benar-benar keras, sekeras batu karang di lautan. Dia justru membenci Jasmine, saat sang istri mengomelinya untuk sholat.

"Subhanallah, astaghfirullah. Apa salah Dan dosaku ya Rabb sampai berjodoh dengan pria yang sama sekali tidak ingin menyembah-Mu?"

Wajah di balik cadar itu terlihat sangat sedih. Dia tidak menyangka jika pria yang menjadi suaminya sama sekali tidak memahami ilmu syari'at. Jasmine merasakan dia berada dalam bara api pernikahan yang siap menenggelamkannya dalam kenestapaan.

"Ya Allah, jika memang dia adalah insan yang baik untuk menjadi pasangan dunia dan akhirat hamba. Tolong hamba untuk bisa mengarahkan pria yang menjadi suami hamba dalam kebaikan." Jasmine berdo'a penuh ketegaran.

Sementara, Keenandra acuh tak acuh. Dia lebih memilih meninggalkan Jasmine yang sedang termangu di depan meja rias.

"Kamu belum sholat, Mas! Mau kemana?" seru Jasmine yang tak terima sang suami pergi begitu saja dari hadapannya.

"Aku peringatkan padamu, jangan pernah untuk menghalangi langkahku! Satu lagi jangan mengadukan pada kedua orang tuamu ataupun orang tuaku perihal ini! Kalau sampai itu terjadi kau akan tahu akibatnya," ancam Keenandra sembari menarik paksa ujung hijab pengantin Jasmine dan mencium ujung hijab panjang tersebut dengan tatapan yang mengintimidasi.

"Ka-kamu!"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!