When Time Meant Nothing

When Time Meant Nothing

1 : A Love Carved in Silence

Selamat membaca... Ini bukan kisah cinta biasa. Ini adalah cerita tentang kehilangan yang tak pernah benar-benar pergi, tentang seorang pria yang pernah mencintai begitu dalam, hingga separuh jiwanya ikut terkubur bersama wanita itu. Di antara secangkir kopi yang dingin dan malam yang terlalu sunyi, masih ada nama yang berbisik pelan di dalam kepalanya. Ia tak lagi menanti keajaiban, hanya mencoba hidup dalam bayang-bayang kenangan yang terlalu hangat untuk dilupakan. Dan di sanalah, takdir perlahan membuka pintu baru tak diminta, tapi datang membawa cahaya kecil… yang mungkin bisa menggantikan luka menjadi makna.
*Mansion*
Anastasia Larasati
Anastasia Larasati
sayangg... aku harus pergi
Arvino Salvadore
Arvino Salvadore
kamu mau kemana? aku ga mau kamu jauh dari ku... kumohon... ( dengan nada manja )
Anastasia Larasati
Anastasia Larasati
(terkekeh manis ketika mendengar nada suaminya yang begitu manja ) aku ga kemana-mana cuma mau ke butik sebentar, sayangg...
Arvino Salvadore
Arvino Salvadore
ini masih pagi lohhh... (memegang tangan Anastasia dengan lembut penuh permohonan)
Arvino Salvadore
Arvino Salvadore
(memberikan ekspresi cemberut) sayang kumohon...
Anastasia Larasati
Anastasia Larasati
cuma sebentar aja... (melepaskan tangan yang dipegang oleh Arvino)
Anastasia Larasati
Anastasia Larasati
aku janji ga akan lama
Arvino Salvadore
Arvino Salvadore
serius?
Anastasia Larasati
Anastasia Larasati
Iyah aku serius sayang (memberikan senyuman manis)
Arvino Salvadore
Arvino Salvadore
ya udah, hati-hati yahh...
Anastasia Larasati
Anastasia Larasati
iya sayang... aku akan kembali...
" Anastasia Larasati beranjak pergi keluar Mansion "
# 4 JAM KEMUDIAN
NovelToon
" Pukul sepuluh pagi. Cahaya matahari menyelinap lewat celah tirai kamar, menyinari wajah Arvino yang masih terlelap atau lebih tepatnya, memaksanya bangun dari tidur yang tidak tenang. Begitu matanya terbuka, naluri pertamanya bukan menguap… tapi menoleh ke sisi tempat tidur yang kosong. Datar. Dingin. Sepi. Anastasia belum pulang. Empat jam telah lewat sejak ia berkata akan pergi sebentar ke butik. Tak ada pesan masuk. Tak ada panggilan terjawab. Ponselnya sunyi, seolah dunia ikut diam bersama kecemasan yang mulai tumbuh di dada Arvino. Ia duduk di tepi ranjang, menatap lantai sejenak, mencoba mengusir pikiran buruk, tapi gagal. Sesuatu terasa… tidak biasa. Dan untuk pertama kalinya setelah sekian lama, waktu mulai terasa seperti ancaman. "
Arvino Salvadore
Arvino Salvadore
Shitt... Why isn't she answering my calls? (dengan nada penuh kekesalan)
* TELEPON BERDERING *
Ia menatap layar ponselnya yang masih sunyi. Jari-jarinya gemetar, menelusuri pesan terakhir dari Anastasia yang kini terasa begitu jauh. Pikiran buruk terus berputar di kepalanya hingga tiba-tiba, ponselnya berdering. Nomor tak dikenal. Arvino menegang. Detak jantungnya melonjak lebih cepat daripada nada dering yang mengisi kamar. Dengan tangan yang nyaris tak stabil, ia menatap layar dan bergumam, "Why won’t she pick up the phone?" Lalu jemarinya bergerak… menerima panggilan itu, dengan harapan… dan ketakutan yang sama besarnya.
Arvino Salvadore
Arvino Salvadore
dengan siapa?
Sebuah tawa lirih terdengar pelan, serak, dan asing. Tidak seperti tawa manusia yang bahagia… tapi seperti bayangan gelap yang mengejek dari ujung seberang. Tawa itu menggema di telinga Arvino, memecah harapannya… menggantinya dengan bulu kuduk yang meremang. Tawa itu bukan milik Anastasia. Dan itu… yang membuat segalanya terasa jauh lebih menakutkan.
Unknown
Unknown
Arvino Salvadore.... saya punya pilihan yang cocok buat kamu... (dengan nada penuh tantangan)
Arvino Salvadore
Arvino Salvadore
pilihan apa? (dengan nada waspada)
Unknown
Unknown
(tertawa jahat) kirimkan uang sebanyak 50 Miliar atau akan kubunuh istri cantikmu ini!!
Arvino membeku. Darahnya serasa berhenti mengalir, seolah dunia berhenti berdetak. Jantungnya menghantam dada, dan untuk sesaat, ia lupa caranya bernapas. Pikirannya kosong. Tapi kemarahan mulai menyala… membakar semua rasa takut yang baru saja datang.
Arvino Salvadore
Arvino Salvadore
maksud kamu apa? Dimana istri saya?
Unknown
Unknown
Istri kamu sekarang sedang ketakutan, Arvino... kalo kamu tidak mengirimkan uang sebanyak 50 Miliyar kepada saya, saya akan pastikan tubuh istri anda akan terpisah!! (penuh nada ancaman)
Arvino Salvadore
Arvino Salvadore
WHO ARE YOUUUU????? (dengan nada membentak)
Unknown
Unknown
saya mau anda mengetahui kesalahan pada diri anda sendiri... Anda telah membunuh seluruh keluarga kecil saya... dan hari ini giliran saya yang akan menghancurkan kebahagiaan anda...
Arvino Salvadore
Arvino Salvadore
saya salah apa? saya tidak merasa bahwa saya pembunuh!! (Dengan nada keras)
Unknown
Unknown
anda tidak menyadari kesalahan anda.. tapi rasa luka itu membekas pada saya.. saya butuh 50M jika anda tidak mau saya menghancurkan istri cantik anda ini...
Arvino Salvadore
Arvino Salvadore
saya akan menembus apapun itu
Arvino Salvadore
Arvino Salvadore
jangan sentuh istriku
Unknown
Unknown
cepatttttt!!
Unknown
Unknown
BAYAR SEKARANG!!!
Arvino Salvadore
Arvino Salvadore
baik, saya akan bayar!! tunggu..
Unknown
Unknown
dihitung hingga 1 sampai 5 detik
Unknown
Unknown
1
Unknown
Unknown
2
Unknown
Unknown
3
Unknown
Unknown
4
Arvino Salvadore
Arvino Salvadore
saya sudah kirim uangnya ke no rekening anda..
Unknown
Unknown
terlambat
Seketika " DUARRR! " Suara tembakan menyalak dari seberang telepon, tajam dan menggetarkan tulang. Arvino terlonjak. Ponselnya hampir terlepas dari genggaman. Matanya membelalak, napasnya tercekat. “Anastasia…?” bisiknya lirih, nyaris tak terdengar di antara gema tembakan yang masih menggantung di udara. Lalu hening. Sunyi yang memekakkan. Tidak ada tawa. Tidak ada suara. Hanya jantung Arvino yang kini berdetak seperti genderang kematian.
Unknown
Unknown
(tertawa puas) terimakasih atas kirimannya Arvino.. Dan selamat atas kematian istrimu ini..
Arvino Salvadore
Arvino Salvadore
DIMANA ISTRI SAYA??? (dengan suara ber gemetar)
Unknown
Unknown
Kalau kau ingin melihatnya untuk terakhir kali… pergilah ke Gudang Tua di Jalan Merapi Selatan.
Unknown
Unknown
Dia... sudah terlalu cantik untuk dunia ini (dengan tertawa puas)
Klik. Panggilan terputus. Arvino terpaku. Darahnya seolah membeku, tapi tubuhnya mulai gemetar. Gudang tua itu... tempat yang bahkan bayangan pun enggan singgah. Dan di sanalah, katanya… cinta dalam hidupnya telah dibunuh
Tangannya gemetar saat meletakkan ponsel. Pikirannya kacau, tapi satu hal tetap jelas, ia harus pergi. Sekarang juga. Tanpa menunggu detik pun, Arvino meraih kunci mobil dan jaketnya. Langkah-langkahnya terburu, nyaris tersandung oleh karpet ruang tamu yang biasa disentuh kaki Anastasia setiap pagi. Udara pagi terasa menyesakkan, dunia terasa runtuh.
Arvino Salvadore
Arvino Salvadore
Tunggu aku, Sayang... walau hanya untuk terakhir kalinya (Bisik Arvino, hampir seperti doa)
Hatinya menolak percaya. Tapi matanya penuh amarah dan putus asa, menatap lurus ke jalan. Dan di balik setir mobil yang melaju gila-gilaan menuju gudang tua di Jalan Merapi Selatan, Arvino hanya punya satu harapan yang terus berulang dalam pikirannya: Semoga… semuanya hanya mimpi.
Rem mobil meraung di tengah jalan tanah yang becek dan sunyi. Arvino keluar dengan napas terengah, jantungnya seakan berdetak lebih cepat dari langkahnya. Gudang tua itu berdiri sunyi… tapi aroma kematian telah lebih dulu menyambutnya. Dan di sana, di tengah jalan berkerikil, tepat di depan pintu besi yang berkarat tergeletak tubuh yang sangat ia kenal.
Arvino Salvadore
Arvino Salvadore
Anastasia..... (dengan nada ber gemetar)
Baju yang dikenakannya pagi tadi kini sobek dan berlumur darah. Rambut indahnya berserakan, wajahnya tenang… terlalu tenang untuk seseorang yang seharusnya tersenyum saat bertemu cinta dalam hidupnya. Arvino terdiam. Kakinya lemas. Dunia runtuh tepat di depan matanya.
Arvino Salvadore
Arvino Salvadore
TIDAAKKKKK!!!!
Suaranya pecah, seperti jiwanya yang ikut hancur pagi itu.
Ia jatuh berlutut, menggenggam tangan yang sudah dingin, mencium dahi yang tak lagi hangat. Hujan mulai turun pelan, seolah langit pun ikut berkabung.
Wanita yang ia cintai… telah pergi. Tanpa pamit. Tanpa kata terakhir. Dan yang tersisa hanyalah darah, kenangan… dan dendam yang mulai tumbuh di dadanya.
NovelToon
Tangis Arvino pecah di tengah kesunyian yang menggantung. Suara hujan tak mampu menutupi jeritannya, suara patah hati yang tak akan pernah bisa dijahit kembali. Ia mengguncang tubuh Anastasia, berharap ada keajaiban kecil… bahwa semua ini hanya mimpi buruk yang akan hilang saat ia membuka mata.
Arvino Salvadore
Arvino Salvadore
Bangun, Sayang… tolong, bangun...
Suara itu pecah, tercekat, nyaris tak bisa keluar di antara air mata yang tak terbendung lagi.
Tiga bulan. Hanya tiga bulan mereka menikah. Tiga bulan sejak ia bersumpah di altar untuk melindungi wanita yang kini terbujur kaku dalam pelukannya. Mereka punya mimpi. Punya rencana. Punya rumah kecil yang belum sempat diisi tawa anak-anak. Dan sekarang… semuanya hancur.
Arvino Salvadore
Arvino Salvadore
Kenapa secepat ini…? Kita bahkan belum sempat menua bersama…
Ia menjerit. Memeluk jasad istrinya seerat yang ia bisa, seolah dengan itu ia bisa menarik waktu kembali. Tapi nyatanya, dunia tak peduli pada cinta yang dipatahkan. Dan Arvino hanya bisa menangis, di tengah darah dan kenangan, menatap langit yang tak memberi jawaban apa pun.
# KEESOKAN HARINYA
Keesokan harinya, langit kembali muram. Seolah alam pun ikut berkabung, menangisi kepergian seorang wanita yang begitu dicintai… dan meninggalkan dunia ini terlalu cepat.
Mobil jenazah bergerak perlahan di antara iring-iringan kendaraan hitam yang penuh kesedihan. Di dalamnya, peti kayu berwarna cokelat gelap terbaring tenang, dihiasi bunga-bunga putih yang dulu sering Anastasia selipkan di vas ruang tamu.
Arvino duduk di samping peti itu diam, kaku, kosong. Matanya bengkak, namun sudah tak ada air mata yang tersisa. Tangannya tak henti menyentuh sisi peti, seolah masih ingin menyampaikan sesuatu… meski tahu, tak akan ada lagi balasan.
Arvino Salvadore
Arvino Salvadore
Kau tahu, Sayang... (bisiknya nyaris tak terdengar)
Arvino Salvadore
Arvino Salvadore
Aku masih ingat pertama kali kau tersenyum padaku. Dan kini, aku harus belajar melepaskanmu...
Di pemakaman, langkah-langkah pelan mengiringi peti menuju tanah yang telah digali. Doa dipanjatkan. Isak tertahan. Bunga ditaburkan. Dan dalam diam, bumi menelan cinta yang belum sempat tumbuh sempurna. Ketika tanah terakhir ditumpahkan, Arvino jatuh berlutut. Tak ada kata. Hanya sepasang tangan yang menggenggam nisan, dan sepasang mata yang menatap nama sang istri diukir indah, tapi terlalu cepat dikenang.
Anastasia Valleria Arvino. Istri. Sahabat. Segalanya. Hari itu, Arvino tidak hanya mengubur jasad, tapi juga bagian dari jiwanya yang tak akan pernah kembali.
NovelToon
Arvino Salvadore
Arvino Salvadore
tidak akan ada yang bisa menggantikan posisimu dihatiku, sayangg...
Sejak hari itu… sejak tanah menelan tubuh wanita yang paling ia cintai, Arvino berubah. Ia bukan lagi pria dingin dan berwibawa yang memimpin perusahaan multinasional dengan ketegasan mutlak. Bukan pula sosok yang pernah ditakuti di balik bayang-bayang gelap dunia mafia. Kini, yang tersisa hanyalah pria patah, jiwa yang kosong, dan mata yang kehilangan cahaya. Sudah berminggu-minggu ia tidak muncul di kantor. Dewan direksi panik, saham perusahaan goyah. Tapi Arvino tidak peduli. Baginya, dunia berhenti berputar di hari Anastasia dimakamkan.
Dia bahkan tak sanggup menyentuh setelan jasnya lagi. Kamar kerja mewah itu kini terkunci rapat, penuh debu dan kenangan. Setiap sudut rumah mengingatkannya pada Anastasia, suara tawanya, wangi parfumnya, cara ia menyeduh kopi dengan penuh cinta. Dan yang paling menyiksanya… adalah kenyataan bahwa semua ini tidak akan terjadi jika ia tidak pernah terlibat dalam dunia gelap itu. Mafia. Kata yang kini membuatnya muak pada dirinya sendiri. Pilihan masa lalu yang telah ia tinggalkan, terlambat. Terlalu terlambat. Dan kini, semua penyesalan itu menggigitnya perlahan… setiap hari, setiap malam.
Tirai selalu tertutup. Ponsel dibiarkan mati. Ia hidup… tapi seperti bayangan. Yang setiap detiknya dihantui satu wajah. Anastasia. Dan dalam sepi yang menusuk itu, ia hanya bisa berbisik,
Arvino Salvadore
Arvino Salvadore
Maafkan aku… Sayang. Aku yang menyebabkan semua ini. Aku... yang membunuhmu....
Arvino Salvadore
Arvino Salvadore
aku ceroboh sayang

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!