Ingatan..

“Kau, bukan Ttong yang kucari.”

Min Hyuk memutus telepon setelah satu jam memperhatikan seorang gadis yang terlihat kesal dari pintu gerbang Kuil Matahari. Dari balik kaca helm yang menutupi ekspresi datarnya, sorot mata tajam itu tampak begitu jelas.

Dia menstarter motornya dan pergi dalam keadaan tenang seperti biasa. Dia mengendarai motor menuju ke sebuah Taman Kanak-kanak yang pintu gerbangnya terbuka lebar. Min Hyuk menstandarkan motor dan membuka helmnya. Dia turun dan menduduki sebuah ayunan kecil lalu mendorongnya perlahan.

“Bogoshipeo(Aku rindu),” bisiknya yang menatap kosong sekitar.

Bayangan itu, tampak jelas. Aku…melihatnya dengan jelas. Ttong?

“Omma, Omma, ireonayo. Omma, museowoyo. Ommaaa…(Ibu, Ibu, bangun. Ibu, aku takut. Ibuuu...)”

Ttong…dia sendirian dengan seragam penuh darah dan entah ke mana dia di bawa. Dia hilang dari pandanganku di tengah keramaian. Dia…takut. Ttong…lihat aku, aku bersamamu.

“Ttong…”

“Ttong???”

Min Hyuk tersentak dan membuka matanya, sosok Chan terlihat berdiri tepat di sisi tempat tidurnya.

“Kau kenapa? Badanmu panas dan pingsan di Taman TK komplek kita. Syukur ada yang mengenalimu dan langsung menghubungiku. Dan Ttong, siapa Ttong? Sejenis kotoran yang kau makan dan membuatmu jatuh pingsan?”

Mendengar omelan sahabat kecilnya, Min Hyuk hanya mengerjap dan hal itu membuat Chan memejam sesaat menahan rasa kesalnya.

“Tidak akan pernah ada jawaban yang keluar dari mulutmu. Istirahatlah, aku siapkan makan malammu,” perintah Chan seraya melangkah keluar dari kamar.

“Yuna?” tanya Min Hyuk tiba-tiba.

Chan menghentikan langkahnya dan berbalik melihat Min Hyuk yang terbaring sambil menatapnya datar.

“Yuna hari ini berangkat study tour bersama teman-teman fakultasnya. Dia ke Cina, kemungkinan besar akan mampir ke Korea. Jangan pikirkan dia, pulihkan saja dulu dirimu,” kembali Chan memerintah dan langsung menutup pintu.

Lagi, Min Hyuk mengerjap dan memandangi pintu kamarnya yang tertutup. Tanpa sedikitpun ekspresi yang tersirat dari wajahnya, dia menyingkap selimut dan lalu menduduki kursi meja belajar yang terletak tepat di samping tempat tidur. Dia membuka laci meja dan mengeluarkan sebuah amplop cokelat berukuran besar.

Dia membuka amplop tersebut dan mengeluarkan beberapa lembar potongan koran juga lembaran berkas. Ia memperhatikan gambar seorang gadis sekolah dasar yang menangis di sisi seorang wanita paruh baya yang terbaring tak sadarkan diri di salah satu berita dalam potongan koran tersebut.

“Ttong,” bisiknya.

Untuk kesekian kali, dia mengerjap sebelum kemudian membuka lembaran kertas yang kini di pegangnya. Hening, dia mulai membaca dengan seksama data diri seseorang dalam lembaran itu.

“Heo Han Byul,” ucapnya membaca pelan sebuah nama yang tertera.

Namun, tiba-tiba pintu terbuka dan membuatnya bergegas memasukkan kembali berkas itu ke dalam amplop sebelum menyimpannya lagi ke laci. Tidak perlu terlalu panik dengan Chan yang tengah kesulitan menahan pintu sambil memegangi sebuah baki berisi makanan dan Min Hyuk pun memiliki cukup waktu untuk kembali ke tempat tidur tanpa ketahuan Chan yang masih membelakanginya.

Dan saat Chan berhasil masuk, dia telah kembali ke posisi awal bersama ekspresi datar penuh ketenangan. Dia tetap diam ketika Chan meletakkan baki makanan itu di hadapannya setelah membantu dia untuk duduk bersandar.

“Meogeobwa(Makanlah),” perintah Chan.

Tanpa sepatah katapun yang terucap, dia langsung meraih sendok dan melahap makanan yang tersedia.

“Aku sangat membencimu tapi, aku lebih menyukaimu karena kau selalu makan dengan baik. Makanlah yang banyak, aku siapkan obatmu,” kata Chan sambil tersenyum dan lalu keluar lagi.

Min Hyuk tetap fokus pada makanan sampai Chan kembali bersama obat-obatan di tangannya.

“Gurae. Yak meogeosseo jigeum!(OK. Sekarang minum obat!)” seru Chan riang.

Segera, Min Hyuk menyambut dan meneguk semua obat yang di berikan Chan.

“OK! Kkeut. Swiseyo(Selesai. Istirahatlah),” ujar Chan yang kemudian mengangkat baki makanan yang sudah kosong.

“Heo Han Byul?” bisik Min Hyuk tanpa sadar.

Ucapannya mengejutkan Chan yang sontak berhenti melangkah dan berbalik menatapnya heran.

“Neo halmal isseoyo? Ji Yuli bogoshipeo?(Kau mengatakan sesuatu? Kau merindukan Ji Yul?)” tanya Chan dengan kening berkerut.

Merasakan keanehan, Min Hyuk pun mengerjap dan lalu menggeleng pelan.

“Kau yakin tidak mengatakan sesuatu seperti kata “Yul”?” tanya Chan yang begitu penasaran.

Dan pada akhirnya, Min Hyuk memilih untuk mengabaikan Chan dan membuang muka. Sejenak, Chan terdiam memperhatikannya sebelum akhirnya mengangkat kedua bahu dan keluar kamar.

Usai pintu tertutup rapat, Min Hyuk mengerjap dan menghela napas pelan. Sedetik kemudian, dia memejamkan kedua matanya bersama pikiran yang “kosong” sesudah mematikan lampu tidur.

🌃🌃🌃

“Ji Yul~a?

“Ne?”

Dan saat Ji Yul berbalik seketika seorang gadis memeluknya erat.

“Eo!” hanya itu yang keluar dari mulut Ji Yul.

Gadis yang tak lain adalah Hui Yun itu pun melepaskan pelukannya dan tersenyum riang.

“Yuna Onnie!”

Ji Yul berseru riang tatkala melihat wajah Hui Yun yang ceria dan memeluknya lebih erat sesaat.

“Eonje wasseoyo?(Kapan kau tiba?)” tanyanya usai melepas pelukan.

“Oneul(Hari ini),” sahut Hui Yun dengan senyum manisnya.

“Hyuki Oppa? Chani Oppa?” tanya Ji Yul yang mencari-cari kedua sosok sahabatnya yang lain.

“Eopseo(Tidak ada),” ujar Hui Yun sembari menggeleng.

Tampak raut kebingungan di wajah Ji Yul ketika Hui Yun tidak kunjung menjelaskan maksudnya. Sampai…

“Dia kebetulan mengikuti study tour di Cina dan menyempatkan ke sini. Besok dia harus kembali lagi ke Paris.”

Penjelasan tersebut membuat Ji Yul menoleh dan melihat Hwan yang melangkah menghampiri mereka. Dia lalu merangkul Ji Yul sesudah memeluk Hui Yun beberapa saat.

“Naeileyo?!(Besok)” tanya Ji Yul dengan kedua mata membesar.

“Tunggulah setahun lagi, kita akan berkumpul kembali setelah itu,” kata Hui Yun yang sangat mengerti tentang kekecewaan Ji Yul.

“Bagaimana kalau kita makan siang bersama sebelum Hui Yun pulang?” usul Hwan sambil merangkul kedua gadis tersebut.

“Kaja!(Ayo!)” seru Hui Yun bersemangat.

“Wah! Beruntungnya aku. Dua gadis cantik bersamaku hari ini,” ujar Hwan yang langsung di sambut tawa mereka.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!