Mencari..

Dia pewaris Grup HM. Kau akan sulit mendekatinya, dia tidak suka wanita sembarangan…

Ji Yul~a?

Ketiga kalinya Hwan memanggil setelah mengguncang tubuh Ji Yul sampai gadis di sisinya itu tersentak dan langsung melihatnya.

“Ah! Ye, waeyo?(Oh! Iya, ada apa?)” tanya Ji Yul yang tampak tidak fokus.

“Waeyo?” kata Hwan mengulang ucapan Ji Yul, “neo waeyo? Apayo?(kau kenapa? Sakit?)” tambahnya seraya menyentuh dahi Ji Yul.

Merasa aneh, Ji Yul pun mengerjap cepat dan menggenggam erat pergelangan tangan Hwan.

“Ani, gwaenchanayo. Na meonjeo galgeyo (Tidak, aku baik-baik saja. Aku pergi dulu),” sahut Ji Yul cepat.

Sedetik kemudian, gadis itu telah membereskan bukunya dan pergi meninggalkan Hwan di perpustakaan Universitas Seoul. Terdiam dan menatap kosong kepergian Ji Yul hingga getaran tanda pesan dari ponsel di meja menyadarkannya.

Dari : Chan

Kau sibuk? Aku tidak bisa tidur ㅠㅠ

Ke : Chan

Kuliah. Cobalah menghitung bintang sampai mengantuk.

Nanti malam aku hubungi.

Sesudah membalas dengan cepat pesan dari kembarannya tersebut, Hwan bergegas membereskan semua bukunya dan berlari mengejar Ji Yul. Sementara itu, Chan tampak kesal usai membaca balasan darinya.

Dia menyingkap selimutnya dan beranjak keluar kamar. Sembari menghentakkan sandal rumahnya, dia melangkah ke dapur yang gelap dan tidak menyadari jika ada seseorang yang tengah duduk memperhatikannya dari salah satu kursi di meja makan.

“Aaah…”

Dia menghela cukup keras seraya menyeka mulut dengan punggung tangan kirinya. Sampai pandangannya teralih pada…

“OMO! Kkamjjakiya!(ASTAGA! Kau mengagetkanku!)” serunya.

Segera, dia menggenggam erat gelas jusnya yang hampir terlempar. Dan…

“Ya! Seo Min Hyuk!”

Dia berteriak penuh kekesalan sambil memegangi dadanya namun, Min Hyuk tidak sedikitpun bergeming dan hanya mengerjap dengan wajah yang datar. Langsung dia menekan sakral lampu dapur, lalu duduk di hadapan Min Hyuk dan meneguk habis jusnya.

“Aaah…” helanya sambil memejam sesaat.

Tetapi, Min Hyuk masih diam dan menatapnya datar.

“An mallaesseoyo?(Apa kau tidak ingin berbicara?)” tanyanya berusaha untuk membuka obrolan dengan Min Hyuk.

Tapi, Chan tetap mendapat respon yang sama. Tatapan juga ekspresi datar Min Hyuk membuat dia meniup poni yang menutupi dahinya sebelum kemudian bersandar dengan kesal di kursinya. Sedangkan, Min Hyuk yang tidak bereaksi tampak tenang menikmati kopinya. Cukup lama suasana hening itu menyelimuti keduanya, sampai Chan kembali menatapnya.

“Neo…jinjja an mallaesseoyo?(Kau...apa benar-benara tidak ingin berbicara?)” tanya Chan lagi.

“Juseu deo masillaeyo?(Kau ingin minum jus lagi?)” tanya Min Hyuk datar dengan suara yang pelan.

“Sirheo!(Tidak mau!)” bentak Chan seraya membuang muka, “haa…” dia menghela napas panjang dan bersandar lagi di kursinya sambil menggeleng sesaat, “dwaesseo(lupakan),” tambahnya.

TING!

Saat yang sama, alarm microwave mereka berbunyi dan Min Hyuk secara tiba-tiba beranjak. Rasa heran pun menyelimuti Chan yang langsung membetulkan posisi duduknya dan mulai memandangi Min Hyuk yang sibuk mengeluarkan makanan dari dalam microwave.

Dia membuka bungkus aluminium foil yang melindungi makanannya dan tampaklah dua buah roti lapis ukuran sedang yang masih berasap. Sementara, Chan yang terus memperhatikan dari balik punggungnya seketika meneguk ludah.

“Apa kau…tidak ingin membaginya denganku?” tanya Chan yang begitu menginginkannya.

Tanpa mempedulikan pertanyaannya, Min Hyuk segera membawa roti lapis tersebut ke meja makan. Dia memotong lalu meletakkan salah satu roti lapis di atas piring dan menyerahkannya pada Chan yang otomatis tersenyum riang. Tapi, senyum itu hanya sesaat sampai dia menyadari jika potongan Min Hyuk lebih besar.

“Ba, bagaimana dengan yang lain?” tanya Chan kebingungan.

Namun, Min Hyuk bungkam dan langsung membawa semua roti lapis beserta gelas kopinya ke kamar. Tidak ada yang bisa Chan lakukan lagi selain mencibir kesal setelah melihat pintu kamar Min Hyuk kembali tertutup rapat.

“Hsstt, bagaimana mungkin aku bisa bertahun-tahun berhubungan dengan anak sepertinya,” omel Chan yang akhirnya pasrah dan menggigit roti lapisnya.

Sementara itu, Min Hyuk terlihat bersantai di sofa tunggal. Dia meletakkan piring di pangkuannya yang terlapis bantal dan lalu menyalakan televisi. Hening, hanya suara dari acara televisi yang ia tonton dan dengan wajah datar, dia menikmati makanannya.

Lama, sampai jam dinding menunjukkan pukul 3.00 dinihari dan ketika tiba-tiba ponselnya bergetar. Terkejut? Tidak. Dia tidak melamun walaupun sekilas tampak seperti itu tetapi, nyatanya dia fokus. Dia merespon cepat panggilan teleponnya sesudah mengecilkan volume televisi.

“Seo Min Hyuk,” sapanya dingin.

“Ttong,” sahut suara lembut dari seberang.

Seketika, dia mengerjap cepat dan melihat layar ponsel yang menampilkan nomor wilayah setempat.

“Ireum?(Nama?)” tanyanya usai menempelkan ponsel ke telinga lagi.

“Park Ji Hye,” sahut suara tersebut, “kau yang selama ini mencariku, kan?” tambahnya riang.

“Bagaimana kau tahu nomor ponselku?” tanya Min Hyuk yang kembali terlihat tenang.

“Karena kau mencariku,” sahut Sang Penelepon bernama Ji Hye tersebut.

“Ingin bertemu? Kau di Paris?” tanya Min Hyuk datar.

“Besok. Pukul 4.00 sore di Kuil Matahari,” ucap Ji Hye.

“Hmm,” sahut Min Hyuk singkat.

Panggilan terputus dan Min Hyuk melemparkan ponsel sembarangan ke sisinya lalu kembali menikmati roti lapis sesudah membesarkan volume televisi.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!