Penyesalan

Sore menjelang, dan suasana di rumah mewah itu terasa semakin aneh. Raphael keluar dari ruang kerjanya, merasa ada sesuatu yang tidak beres. Biasanya, Ivelle akan menyambutnya atau setidaknya terlihat di sekitar rumah. Namun, sore ini, rumah itu terasa sunyi dan kosong.
Raphael membuka ponselnya, dan mengirimi pesan.
raphael rodward
raphael rodward
(Mengirim pesan ke Ivelle) Kamu dimana?
Pesan itu terkirim, namun tidak ada balasan. Raphael mengerutkan kening. Ini tidak seperti biasanya. Ivelle selalu menjawab pesannya, meskipun singkat.
raphael rodward
raphael rodward
(Mencoba menelfon Ivelle)
Panggilan itu tidak diangkat. Rasa khawatir mulai menyelimuti hati Raphael. Ke mana perginya istrinya?
raphael rodward
raphael rodward
(Mencari Ivelle di sekitar rumah) Ivelle?
Ia mencari di ruang makan, dapur, bahkan taman belakang, namun Ivelle tidak terlihat di mana pun. Langkahnya membawanya ke depan kamar tidur utama. Pintu itu tertutup rapat.
raphael rodward
raphael rodward
(Berdiri di depan pintu kamar utama) Ivelle, kamu di dalam?
Tidak ada jawaban. Raphael merasa semakin gelisah. Ia mencoba membuka pintu, namun terkunci.
raphael rodward
raphael rodward
(Mengirim pesan lagi) Kenapa pintunya dikunci?
Masih tidak ada balasan. Dengan sedikit ragu, Raphael berjalan menuju kamar-kamar tamu. Ia membuka pintu kamar tamu pertama, dan di sanalah ia melihat Ivelle.
Ivelle sedang duduk di tepi tempat tidur, menatap keluar jendela. Cahaya sore yang keemasan menerpa wajahnya yang terlihat tenang namun sedikit murung. Ia tidak menoleh saat Raphael membuka pintu.
raphael rodward
raphael rodward
(Berdiri di ambang pintu) Ivelle? Kenapa kamu di sini? Dan kenapa kamu tidak menjawab panggilanku?
Ivelle akhirnya menoleh. Tatapannya datar, tanpa emosi yang biasanya terpancar saat ia melihat Raphael.
ivelle
ivelle
(Suaranya tenang namun dingin) Aku tidur di sini malam ini.
raphael rodward
raphael rodward
(Terkejut) Tidur di sini? Kenapa? Bukankah kamarmu... kamar kita ada di sana?
ivelle
ivelle
(Kembali menatap jendela) Aku hanya ingin tidur di sini malam ini.
Jawaban Ivelle singkat dan jelas, namun ada sesuatu yang tersirat di dalamnya. Raphael merasakan ada jarak yang lebih lebar di antara mereka sekarang, sebuah tembok tak terlihat yang semakin tinggi.
raphael rodward
raphael rodward
(Mendekat perlahan) Apa terjadi sesuatu? Apa kamu marah karena semalam?
Ivelle terdiam sejenak, sebelum akhirnya kembali menatap Raphael.
ivelle
ivelle
(Dengan tatapan yang menusuk) Tidakkah menurutmu seharusnya aku marah? Ini hari jadi pernikahan kita yang keempat, Raphael. Dan kamu bahkan tidak menyadarinya.
Kata-kata Ivelle bagai tamparan keras bagi Raphael. Ia terdiam, menyadari kebodohannya. Ia terlalu sibuk dengan pekerjaannya hingga melupakan hari penting bagi istrinya.
raphael rodward
raphael rodward
(Dengan nada menyesal) Ivelle... aku... aku minta maaf. Aku benar-benar lupa. Pekerjaan menumpuk...
ivelle
ivelle
(Memotong ucapan Raphael) Lupa? Atau memang tidak pernah peduli?
Pertanyaan Ivelle menggantung di udara, penuh dengan kepedihan dan kekecewaan yang selama ini ia pendam. Raphael terdiam, tidak tahu harus menjawab apa. Ia tahu, kata "maaf" saja tidak akan cukup untuk menebus kelalaiannya. Perubahan dalam diri Ivelle membuatnya merasa kehilangan, meskipun ia sendiri yang menciptakan jarak di antara mereka.
Nada dingin dan tatapan menusuk Ivelle membuat Raphael tertegun. Penyesalan memang menyelimutinya, namun ia tidak menyangka Ivelle akan bereaksi sejauh ini. Ia mencoba meraih tangan istrinya, namun Ivelle menarik tangannya dengan cepat.
raphael rodward
raphael rodward
(Mengulurkan tangan) Ivelle, dengarkan aku...
ivelle
ivelle
(Menepis tangan Raphael dengan kasar) Pergi.
raphael rodward
raphael rodward
(Bingung) Apa? Ivelle, jangan seperti ini...
ivelle
ivelle
(Dengan suara bergetar namun tegas) Aku bilang pergi, Raphael! Pergi dari kamar ini.
Air mata mulai menggenang di mata Ivelle, namun kali ini bukan air mata keputusasaan, melainkan air mata kemarahan dan kekecewaan yang memuncak. Ia berdiri dan mendorong Raphael dengan sekuat tenaga ke arah pintu. Wanita cantik itu bahkan tidak memanggil suaminya dengan kata ‘sayang’ lagi
raphael rodward
raphael rodward
(Terhuyung mundur) Ivelle! Ada apa denganmu?!
ivelle
ivelle
(Terisak) Aku muak! Aku muak dengan semua ini! Pergilah!
Tanpa menunggu jawaban Raphael, Ivelle terus mendorong suaminya hingga ia keluar dari kamar tamu. Dengan cepat, Ivelle menutup pintu dan menguncinya dari dalam.
raphael rodward
raphael rodward
(Dari luar pintu, mengetuk pelan) Ivelle, buka pintunya. Kita bisa bicara baik-baik.
Tidak ada jawaban dari dalam. Raphael terus mengetuk dan memanggil nama istrinya, namun yang ia dapatkan hanyalah keheningan yang menyayat hati.
Di dalam kamar, Ivelle terduduk lemas di lantai, bersandar pada pintu yang baru saja ia kunci. Air matanya akhirnya tumpah, membasahi wajahnya. Ia memeluk dirinya sendiri erat-erat, mencoba meredam gejolak emosi yang mengoyak hatinya.
ivelle
ivelle
(Berbisik di antara isak tangisnya) Aku tidak bisa lagi... aku tidak bisa terus berpura-pura...
Rasa sakit, kekecewaan, dan kemarahan bercampur aduk dalam dirinya. Empat tahun ia berusaha, empat tahun ia mencintai tanpa balasan. Dan hari ini, di hari jadi pernikahannya, ia merasa lebih hancur dari sebelumnya. Keputusan untuk mengunci pintu kamar tamu adalah simbol dari batas yang akhirnya ia tarik. Ia membutuhkan ruang, waktu untuk dirinya sendiri, jauh dari dinginnya Raphael.
Di luar pintu, Raphael akhirnya berhenti mengetuk. Ia berdiri terdiam, merasakan kebingungan dan penyesalan yang mendalam. Ia tidak pernah melihat Ivelle semarah ini sebelumnya. Ada sesuatu yang telah berubah dalam diri istrinya, dan ia merasa kehilangan kendali atas situasi ini. Untuk pertama kalinya, Raphael menyadari betapa besar ia telah menyakiti Ivelle, dan betapa jauh ia telah membiarkan istrinya merasa sendirian. Keheningan dari balik pintu kamar tamu terasa lebih menakutkan daripada amarah yang meledak-ledak. Ia tahu, ia telah melakukan kesalahan besar.
NovelToon
Malam merayap masuk melalui jendela kamar tamu, membawa serta dingin yang menusuk tulang. Ivelle masih terduduk di lantai, sesekali terisak pelan. Pelukannya pada diri sendiri semakin erat, seolah mencoba melindungi hatinya yang terluka. Di luar, Raphael berdiri bersandar pada dinding, pikirannya berkecamuk. Ia mencoba memahami apa yang sebenarnya terjadi pada Ivelle, pada pernikahan mereka.
raphael rodward
raphael rodward
(Mengirim pesan) Ivelle, aku tahu aku salah. Bisakah kita bicara?
Pesan itu hanya dibaca, tanpa ada balasan. Raphael menghela napas frustrasi. Ia tidak terbiasa ditolak seperti ini oleh Ivelle. Biasanya, istrinya itu akan selalu berusaha mencari cara untuk berbaikan, meskipun ia yang bersalah.
raphael rodward
raphael rodward
(Mengirim pesan lagi) Aku akan tidur di kamar. Tapi kumohon, biarkan aku tahu kalau kamu baik-baik saja.
Lagi-lagi, hanya tanda "dibaca" yang muncul. Raphael merasa semakin tidak berdaya. Ia berjalan menuju kamar tidur utama, membukanya perlahan. Ruangan itu terasa kosong dan dingin tanpa kehadiran Ivelle di sisinya. Ia berbaring di ranjang, menatap langit-langit dengan pikiran kosong.
Di kamar tamu, Ivelle akhirnya bangkit dari lantai. Tubuhnya terasa kaku dan pegal. Ia berjalan menuju kamar mandi dan membasuh wajahnya yang sembab. Menatap pantulan dirinya di cermin, ia melihat seorang wanita yang tampak rapuh namun memiliki sorot mata yang lebih tegas dari sebelumnya.
ivelle
ivelle
(Berbisik pada pantulannya) Aku harus kuat. Aku pantas bahagia.
Ia mengganti pakaiannya dengan baju tidur yang tadi ia ambil. Berbaring di tempat tidur kamar tamu yang terasa asing namun memberikan ketenangan, Ivelle mencoba memejamkan mata. Namun, bayangan wajah Raphael yang penuh penyesalan sesaat tadi terus berputar di benaknya.
NovelToon

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!