Antara Cinta Dan Paksaan

Antara Cinta Dan Paksaan

Merasa kecil

Moscow, di sebuah rumah mewah yang terasa sunyi, jam dinding berdetak perlahan, mengiringi dinginnya malam. Di ruang makan yang remang-remang, seorang wanita cantik dengan rambut pirang tergerai di atas meja kayu mahoni tertidur pulas. Ini bukan pertama kalinya Ivelle tertidur dalam penantian. Empat tahun pernikahannya dengan Raphael Rodward terasa seperti mimpi buruk yang tak kunjung usai. Hari ini seharusnya menjadi hari jadi mereka, namun kesepian lebih mendominasi daripada perayaan.
ivelle
ivelle
NovelToon
NovelToon
ivelle
ivelle
Mas aku masak lagi, mas ingat ga hari ini adalah anniversary kita lho.
Sebuah pesan terkirim, tanpa balasan. Ivelle mengirimkan foto itu beberapa jam yang lalu, berharap suaminya akan melihatnya dan menyadari hari ini istimewa.
ivelle
ivelle
Selamat hari anniversary pernikahan, Mas... Aku tunggu di rumah.
Lagi, sunyi. Raphael belum juga membalas. Ivelle terus menunggu, duduk di kursi dengan tatapan kosong ke arah pintu. Harapan kecil masih menyala di hatinya, meski berkali-kali dipadamkan oleh kenyataan.
Waktu terus merangkak. Lilin-lilin kecil di atas kue mulai meleleh, sama seperti harapan Ivelle yang perlahan mencair. Rasa lelah fisik dan batin akhirnya mengalahkannya. Ia tertidur dengan kepala bertumpu pada lipatan tangan di atas meja makan.
Suara pintu terbuka perlahan memecah keheningan. Sosok tinggi Raphael berdiri di ambang pintu, tatapannya kosong dan lelah setelah seharian bekerja. Ia melirik ke arah meja makan, melihat piring-piring makanan yang tak tersentuh dan kue dengan lilin yang hampir habis. Namun, matanya tidak menangkap sosok Ivelle yang tertidur di sana. Ia menghela napas pelan, seolah sudah terbiasa dengan pemandangan seperti ini.
raphael rodward
raphael rodward
selesai sangat larut
Raphael bahkan tidak menyadari kehadiran istrinya. Ia berjalan melewati meja makan, menuju kamarnya, meninggalkan Ivelle yang terlelap dalam kesepian di hari jadi pernikahan mereka. Dinginnya malam semakin menusuk, seolah ikut merasakan kepedihan hati seorang istri yang diabaikan.
NovelToon
Pagi menyapa Moscow dengan kabut tipis yang menyelimuti rumah. Cahaya matahari perlahan menerobos jendela ruang makan, menerangi wajah lelah Ivelle yang masih tertidur di meja. Semalam suntuk ia menunggu, dan pagi ini ia terbangun dengan rasa kecewa yang familiar.
Ivelle menyalakan ponselnya dan mencari nomor dirinya sendiri, setelah menemukannya. Ivelle mengklik nomornya dan mengetik.
ivelle
ivelle
(Mengirim pesan ke dirinya sendiri, mengetik perlahan) Selamat pagi untuk hatiku yang kembali patah.
Ivelle terbangun dengan leher kaku dan mata sembab. Ia melihat sekeliling, menyadari bahwa Raphael bahkan tidak menyadari ia tertidur di sini. Makanan yang ia siapkan masih utuh, kue buatannya tampak menyedihkan dengan lilin yang menetes.
ivelle
ivelle
Usahaku lagi-lagi sia-sia.
Ia menghela napas panjang, berusaha mengumpulkan kepingan semangatnya yang kembali hancur. Ini bukan pertama kalinya, dan mungkin juga bukan yang terakhir. Namun, setiap kali Raphael mengabaikannya, luka di hatinya terasa semakin menganga.
ivelle
ivelle
(Mengirim lagi pesan singkat pada nomor dirinya sendiri) Aku akan membersihkan ini. Mungkin... mungkin aku saja yang terlalu berharap.
Dengan gerakan pelan, Ivelle mulai membereskan sisa-sisa perayaan yang tak pernah terjadi. Piring-piring itu terasa dingin di tangannya, sama dinginnya dengan perlakuan Raphael padanya selama ini.
Terdengar suara langkah kaki dari arah kamar. Raphael muncul dengan wajah tanpa ekspresi seperti biasa. Ia mengambil cangkir kopi tanpa menatap Ivelle.
raphael rodward
raphael rodward
Eh? kamu udah bangun ya. (Raphel menatap Ivelle yang tampak berantakan)
ivelle
ivelle
Iya.. (Jawabnya singkat, sambil menahan rasa sakit di dadanya)
Percakapan singkat yang dingin. Tidak ada ucapan selamat hari jadi, tidak ada permintaan maaf karena pulang larut malam. Bagi Raphael, hari ini hanyalah hari biasa.
ivelle
ivelle
Kamu tau ga sih? semalam aku menunggu kamu.. (Suara ivelle terdengar bergetar seperti akan menangis)
raphael rodward
raphael rodward
Sudah kubilang aku akan pulang larut, untuk apa menunggu?. (Jawab raphel dengan nada yang ketus)
Jawaban Raphael seperti tamparan tak terlihat. Dingin dan tanpa sedikit pun penyesalan. Ivelle menelan ludah, berusaha menahan air mata yang kembali mendesak keluar.
Keheningan kembali menyelimuti ruang makan. Raphael menyesap kopinya, seolah ucapan Ivelle hanyalah angin lalu. Ia tidak menjawab, tidak bereaksi.
raphael rodward
raphael rodward
Ada berkas yang perlu kamu ikut serta tanda tangani di ruang kerja. Soal investasi baru.
Bisnis. Selalu bisnis. Bagi Raphael, pernikahan ini hanyalah bagian dari bisnis keluarga. Tidak ada cinta, tidak ada kehangatan. Hanya kewajiban dan keterpaksaan. Ivelle terdiam, merasakan kepedihan yang begitu dalam menusuk hatinya. Hari jadi pernikahannya kembali berlalu tanpa makna, tanpa cinta. Kesepian adalah teman setianya di rumah mewah ini.
Kata-kata Raphael bagai pisau yang menghiris tepat di luka lama Ivelle. Investasi, berkas, bisnis... semua terasa begitu jauh dan tidak relevan dengan hatinya yang hancur. Ucapan selamat hari jadi yang ia nantikan sirna ditelan dinginnya realita pernikahan mereka.
ivelle
ivelle
(Ivelle menatap suaminya itu dengan penuh harapan) Jadi cuman itu yang kamu mau bilang? ga ada lagi?
Ivelle menatap punggung Raphael yang kini berjalan menuju ruang kerja. Ada harapan kecil yang masih tersisa di hatinya, secercah kemungkinan bahwa Raphael akan berbalik, menyadari kesalahannya, atau sekadar mengucapkan satu kalimat manis. Namun, Raphael terus melangkah, meninggalkannya sendiri dengan sisa-sisa harapan yang pupus.
raphael rodward
raphael rodward
sudahlah, aku sibuk. jangan ganggu aku.
Kata "jangan ganggu" terasa seperti palu godam yang menghantam hatinya. Ivelle terdiam, air mata yang sedari tadi ia tahan akhirnya tumpah juga. Ia memejamkan mata, merasakan perih yang tak tertahankan. Empat tahun... empat tahun ia mencintai pria ini, berusaha menjadi istri yang baik, namun yang ia dapatkan hanyalah kehampaan dan penolakan.
ivelle
ivelle
(Air mata mulai mengaburkan pandangannya) Empat tahun... dan aku masih merasa seperti orang asing di rumah ini... di hidupmu.
Ivelle menggigit bibirnya kuat-kuat, berusaha meredam isak tangisnya. Rasa sesak di dadanya semakin menjadi-jadi. Ia merasa begitu kecil dan tidak berarti di mata suaminya.
ivelle
ivelle
(Suaranya yang lembut itu tercekat) Apa... apa aku pernah berarti bagimu, Raphael? Walaupun hanya sedikit?
Perkataan itu terucap namun Ivelle tahu jawabannya bahkan sebelum Raphael membacanya. Keheningan yang selalu menyelimuti interaksi mereka adalah jawabannya. Keacuhan Raphael adalah tembok tinggi yang memisahkan hatinya dengan hati suaminya.
NovelToon

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!